• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORITIK

B. INTERDEPENDENSI

dan Bangladesh saja.41 Adanya Indonesia Bangladesh Preferential Trade Agreement (IB-PTA) tersebut diharapkan membuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Bangladesh semakin kuat, tidak hanya persahabatan dan ukhuwah Islammiyah kedua negara yang semakin erat, tetapi juga arus perdagangan menjadi lebih besar dan saling menguntungkan.

B. INTERDEPENDENSI a) Definisi

Sekitar tahun 1920-an sampai dengan 1960-an teori interdependensi belum banyak dikenal oleh para ahli hubungan internasional. Teori interdependensi ini masih tergolong baru. Ketika globalisasi mulai marak sekitar tahun 1970-an, teori interdependensi pun mulai dipakai untuk menganalisis fenomena atau peristiwa yang terjadi dalam hubungan internasional. Munculnya teori interdependensi secara diakronis merupakan respon terhadap kelemahan-kelemahan teori sebelumnya yaitu teori realis. Sejak dikenalnya konsep negara bangsa (Nation State) sebagai hasil dari Perjanjian Wesphalia (1648) teori realis mulai menguasai setiap analisis politik internasional. Sampai dengan kemunculan beberapa negara baru sejak berakhirnya perang dunia ke II, teori realis pun masih dianggap relevan untuk menjelaskan fenomena politik dunia. Namun pada masa berikutnya asumsi-asumsi dasar teori ini sudah menjadi tidak relavan lagi, bahkan dinilai dapat menyesatkan.42

41 Kemendag.go.id. Bangladesh. diakses 28 Januari 2020, http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/bilateral/asia-selatan-tengah-dan-timur/bangladesh

42 Waheeda Rana. Theory of Complex Interdependence: A Comparative Analysis of Realist and Neoliberal Thoughts. (International Journal of Business and Social Science, Vol. 6, No. 2, 2015). 290.

Dalam perspektif interdependensi, terjadinya revolusi teknologi di sektor transportasi dan komunikasi internasional, negara tidak lagi menjadi penting sebagai penjaga gerbang arus transaksi antara intersocietal dan extrasocietal serta internasional menjadi tidak relevan. Dengan begitu kedaulatan negara yang menjadi simbol keutuhan dan kekuatan tertinggi negara hanya menjadi sebuah fiksi legal dan karakteristik yang askriptif daripada suatu yang deskriptif dan empirik. Para ahli teori interdependensi ini juga dengan tegas mengecam asumsi-asumsi pokok yang dilontarkan oleh teori realis. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan dua ilmuan Keohane dan Nye yang mengatakan:43

“We live in era of interdependence. This vague phrase expresses a poorly understood but widespread feeling that the very nature of world politics is changung. The power of nations-that age- old touchstone of analyst and statesman-has became more elusive: calculation of power are even more delicate and deseptive than in previous age”.

Menurut pengertian yang sederhana, interdependensi diartikan sebagai mutual dependence, tapi sebagai konsep analisis politik international interdependence menunjukkan suatu kondisi yang ditandai oleh efek resiprokal di antara negara atau aktor-aktor yang bukan negara dari negara yang berbeda. Efek resiprokal merupakan biaya, hasil atau akibat dari transaksi internasional. Karenanya saling ketergantungan (interdependence) tidak sama dengan saling keterkaitan (Interconectedness). Dampak interaksi dari interdependensi tergantung pada berbagai hambatan atau biaya yang terkait dengannya. Apabila terdapat resiprocal costly effects of transactions diantara pelaku-pelaku

43 I Nyoman Sudara & Budi Winarno. Tinjauan Kritis Terhadap Realisme Politik Dan Relevansinya Terhadap Politik Internasional Pasca Perang Dingin. (BPPS-UGM, 10(1A), 1997). 42.

internasional, maka terjadilah interdependensi. Sebaliknya apabila tidak terjadi efek biaya yang berarti (Significantly effects) maka yang terjadi adalah keterikatan (interconectedness).44

Teori interdependensi baru mulai mendominasi atau sering digunakan dalam berbagai praktik dan analisis hubungan internasional setelah perang dingin berakhir. Kekuatan (Power) adalah suatu hal yang paling sering menghiasi perspektif realisme, sementara dalam studi hubungan internasional interdependensi lahir dari prinsip-prinsip liberalisme. Teori interdependensi menjadi semakin terkenal setelah Robert Keohane dan Joseph Nye pada tahun 1977 mengeluarkan karya yang berjudul Power and Interdependence.45

Menurut Robert Keohane dan Joseph Nye pengertian sederhana dari interdependensi adalah saling ketergantungan antar negara yang akan menyebabkan kerja sama yang lebih luas dan mengurangi konflik bersenjata. Saling ketergantungan tidak hanya dimaknai sebagai kerja sama antar negara serta perdamaian, namun dapat dimaknai sebagai persaingan atau kompetisi antar negara.46

Pada era yang telah maju seperti saat ini, negara berkembang mulai bangkit dari keterbelakangangnya. Negara-negara berkembang mulai memperkuat kemampuan dan kompetensi negaranya sehingga mampu mengubah tingkat ketergantungan (Dependence) menjadi tingkat saling ketergantungan (Interdependence). Mereka melakukan transformasi dari ketergantungan menjadi saling ketergantungan pada kerja sama yang

44 Ibid., 43.

45 Robert Keohane dan Joseph S. Nye. Power and Interdependence.(Boston:Little Brown, 1977).

berimbang khususnya pada bidang ekonomi, sehingga menyebabkan saling melengkapi dan saling membutuhkan satu negara dengan negara lainnya.47

Teori Interdependensi ini merupakan turunan dari teori liberalisme, yang muncul karena adanya dua negara atau lebih yang saling bekerja sama. Sebuah negara tidak akan mampu memenuhi kebutuhan negaranya sendiri tanpa adanya bantuan dari negara lain. Sehingga kerja sama dianggap sangat perlu untuk saling melengkapi dan menguntungkan satu sama lain. Setiap tindakan yang dikerjakan oleh suatu negara tentu bertujuan untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Untuk mencapai hal tersebut salah satunya mengadakan kerja sama dengan negara lain. Terjalinnya hubungan kerja sama antar negara, akan membuat negara manjadi saling ketergantungan satu sama lain.48

b) Aktor

Aktor dalam hubungan internasional terdiri dari aktor negara (state) dan aktor non-negara (non-state). Aktor negara merupakan aktor yang paling dominan dalam hubungan internasional, yaitu pemerintah atau institusi milik negara. sementara aktor non-negara dapat meliputi MNC (Multinational Corporation), NGO (Non Governmental Organizations), individual dan lain sebagainya. 3 Syarat yang menetukan adanya sebuah negara yaitu pemerintahan, batas wilayah dan kekuasaan dalam membuat kebijakan. Sebuah negara

47 Rana, Theory of Complex Interdependence, 291.

48 Richard W. Mansbach & Kirsten L. Rafferty. Introduction to Global Politics. (New York : Routledg, 2008). 3.

harus dapat memenuhi kebutuhan rakyatnya seperti kesejahteraan dan keamanan. Negara memiliki kuasa penuh atas pemerintahan dan mengatur kebijakan bagi masyarakatnya, seperti memanfaatkan sumber daya alam, mempertahankan wilayah dari serangan musuh dan melakukan berbagai kerja sama dengan negara lain.49

Pelaku dalam teori interdependensi ini dapat berupa negara maupun non-negara, aktor yang terlibat menimbulkan efek timbal balik atau Resiprokal. Hubungan timbal balik antar negara akan menghasilkan transaksi internasional seperti arus barang dan jasa, aliran uang serta pesan komunikasi yang melewati batas negara. Setiap kebijakan atau tindakan yang dilakukan oleh satu pihak akan mempengaruhi pihak lain. Ditandai dengan adanya kerja sama atau kompetisi.50

c) Karakteristik Interdependensi

Keohane dan Nye memiliki model lain dari interdependensi yaitu interdependensi kompleks. Interdependensi kompleks merupakan hubungan kerja sama antar negara untuk mencari solusi terbaik agar tercapainya kepentingan nasional maupun penyelesaian masalah bersama. Kerja sama yang dilakukan antar negara akan meningkatkan kompleksitas hubungan yang akan menciptakan rasa saling ketergantungan. Interdependensi kompleks menyatakan bahwa

49 Ruth Mery Lucyana S. Aktor Negara dan Aktor Non-Negara dalam Hubungan Internasional. diakses 7 Juli 2020, http://ruth-mery-lucyana-fisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-110833

50 Robert Keohane dan Joseph S. Nye. Chapter I Interdependence in World Politics, dalam Power and Interdependence 3rd Edition. (New York : Longman Publishing, 2001). 7.

aktor yang terlibat dalam hubungan kerja sama bukan hanya aktor negara, namun aktor non negara juga dapat mempengaruhi dan memiliki peran yang penting dalam suatu kerja sama.

Dalam teori interdependensi kompleks memiliki tiga karakteristik utama yaitu51 :

1. The usage of multiple channels between societies in interstate, transgovernmental and transnational relations. Mendefinisikan bahwa interaksi yang dilakukan antar negara menimbulkan rasa saling ketergantungan antara satu pihak dengan pihak lainnya, aktor-aktor yang terlibat dalam hubungan ini meliputi aktor negara dan aktor non-negara karena dirasa memiliki peran penting serta mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah di beberapa negara sehingga lebih sensitif terhadap negara lain.

2. The absence of hierarchy among issues (Multiple Issues). Tidak memiliki tingkatan yang jelas terkait isu-isu yang menjadi fokus utama para aktor, karena masing-masing aktor mempunyai perannya sendiri terhadap isu utama yang berbeda.

3. Military force is not used by governments toward other governments within the region, or on the issues, when complex interdependence prevails. Tidak ada penggunaan kekuatan militer karena pola kompleksitas menjadikan kekuatan militer tidak efektif lagi di berbagai isu. Seluruh negara di dunia saat ini lebih mengedepankan hubungan kerja sama pada bidang pendidikan,

51 Rifda Rosina. Analisis Interdependensi Kompleks India Terhadap Monsanto (Studi Kasus:Pekerja Anak Mosanto Di India Tahun 2002-2017). (Skripsi : Universitas Islam Indonesia, 2018). 11-13.

ekonomi, kesehatan, sosial, politik, dan lain sebagainya untuk kemakmuran dan kesejahteraan negara.

C. INTEGRASI EKONOMI

Dokumen terkait