• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

B. Focus Of Interest

Selama satu bulan Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Media (KKM).

Kegiatan yang Penulis kerjakan sebagian besar pada pembuatan atau produksi film

fiksi pada program Character Building. Oleh karena itu Penulis memutuskan bahwa pembuatan Film Fiksi Character Building ini diangkat sebagai focus of interest pada Tugas Akhir ini.

1. Latar Belakang

Program Character Building ini merupakan program pembentukan karakter dan budi pekerti anak-anak yang dibuat oleh SAV Puskat bekerjasama dengan

Yayasan Pendidikan Kanisius.

Proyek produksi Film Character Building ini terdiri dari 12 episode, di mana di setiap episode mengangkat judul dan makna film yang berbeda-beda sesuai

dengan buku panduan yang telah diterbitkan oleh Kanisius.

Misalnya, seperti 2 episode film character building yang terkahir yaitu : 1. Seindah Cinta Rembulan (episode 11)

2. Donat Arin (episode 12)

Film-film tersebut nantinya akan diputar di SD-SD Kanisius yang sekaligus

commit to user

35

2. Tujuan

Awal tujuan dari produksi Film Fiksi Character Building ini adalah memproduksi film yang mempunyai makna dan tujuan untuk pembentukan karakter

dan budi pekerti anak-anak dengan menampilkan sebuah konflik di dalamnya.

3. Obyek yang diangkat

Film ini mengangkat tentang permasalahan sehari-hari yang terjadi di dalam

keluarga, masyarakat, dan sekitar lingkungan pergaulan anak-anak. Misalnya,

masalah keluarga yang broken home, keminderan seorang anak, ketrampilan untuk

membuat sesuatu, dan masih banyak lagi. Hal itu yang sering terjadi di sekitar kita

yang mampu memberi pengaruh dalam diri anak-anak, namun kita kurang

menyadarinya.

4. Tahapan Produksi

Penggarapan keseluruhan episode film ini sebenarnya berlangsung selama 1

tahun, karena program character building ini terdiri dari 12 episode. Jadi, rata-rata penggarapan 1 episode hanya berkisar sekitar 1 bulan. Namun pada episode 11 dan

12, pembuatannya berlangsung selama 3 bulan. Dan di sini penulis akan membahas

mengenai proses produksi character building episode 11 dan 12.

a. Pra Produksi

Pada tahap ini dimulailah suatu penyusunan suatu crew produksi dan

penyusunan ide film yang diuraikan dengan pembuatan skenario, shooting script, riset lokasi, hingga pemilihan pemain.

commit to user

36

Setelah semua hal itu selesai dan semua peran telah terisi, proses itu berlanjut

pada pembuatan script breakdown. Script breadown merupakan uraian jadwal untuk melakukan suatu produksi, dimana di dalamnya berisi waktu pelaksanaan shooting,

lokasi shooting, pemain, setting, dan properti apa saja yang dipakai saat pelaksanaan

produksi tersebut. Namun juga tidak lupa sutradara menetapkan lama pelaksanaan

produksi film, agar pelaksanaan produksi tersebut dapat disesuaikan dengan estimasi

biaya yang tersedia.

Selama pra produksi, diadakan rapat koordinasi sebelum melakukan proses

produksi. Dalam rapat koordinasi ini membahas pematangan konsep, laporan

masing-masing crew atas persiapannya, dan mambahas secara keseluruhan proses produksi yang nanti akan dilkasanakan.

b. Produksi

Setelah seluruh persiapan selesai, maka langsung diadakan proses produksi.

Proses produksi film character building ini berlangsung selama 3 hari untuk setiap episode. Proses produksi ini merupakan serangkaian kegiatan shooting dalam

pembuatan film.

Dalam proses produksi, seluruh crew bertanggung jawab dalam tugasnya masing-masing. Hal pertama yang dilakukan dalam proses produksi film character building ini adalah pelatihan peran bagi para pemain. Sebenarnya hal ini dilakukan pada proses pra produksi. Namun, karena keterbatasan waktu maka pelatihan peran

(reading) diadakan sebelum shooting berlangsung dan yang bertanggungjawab dalam proses ini adalah asisten sutradara dengan pendampingan sorang sutradara.

commit to user

37

Pada saat proses pelatihan tersebut, crew yang lain bertugas menyiapkan peralatan-peralatan untuk shooting lainnya. Seperti antara lain ; pengaturan lighting, penataan kamera, setting, dan make-up artis.

Setelah segala persiapan selesai, maka shooting dimulai. Sutradara, Pencatat

Script (Scoring), dan audioman berada di depan monitor untuk melihat secara detail adegan yang diambil selama shooting berlangsung.

Sutradara dan cameraman sama-sama mempunyai hak untuk menilai kualitas

baik dan buruknya suatu adegan. Apabila, salah satu dari mereka menilai adegan

harus diulang lagi. Maka harus diadakan re-take untuk adegan tersebut. Begitu juga dengan audioman, apabila seorang audioman menilai audio yang terekam kurang baik walaupun adegan sudah baik, maka seorang audioman berhak untuk meminta

re-take adegan tersebut.

Keseluruhan adegan tersebut harus dicatat oleh seorang pencatat script (scoring), dan Penulis di dalam produksi ini bertindak sebagai scoring. Adegan yang dinilai baik ataupun tidak menurut sutradara, cameraman, maupun audioman.

Semuanya harus dicatat lengkap dan diberi keterangan. Hal itu dilakukan dengan

tujuan membantu sutradara untuk mengetahui apa saja yang telah direkam serta

menjadi petunjuk bagi editor film mengenai tiap materi yang akan dikerjakannya. Seorang scoring wajib untuk mengecheck apakah seluruh adegan sudah diambil atau belum. Dan seorang scoring berhak untuk mengingatkan sutradara apbila ada

adegan yang belum diambil.

Setelah proses shooting selesai, lalu dilanjtukan ke dalam proses pasca produksi yaitu editing. Kesemua catatan waktu (time code) yang ditulis oleh seorang

commit to user

38

scoring tersebut diserahkan kepada editor dan akan dipilih sesuai kualitas yang terbaik dan disusun secara urut.

c. Pasca Produksi

Pada tahap pasca produksi ini editor akan melakukan pemilihan, penyusunan, dan penyambungan gambar-gambar sesuai dengan hasil yang terbaik.

Hal pertama yang dilakukan seorang editor dalam proses editing ini adalah

pemilihan gambar sesuai hasil yang terbaik selama proses produksi berlangsung.

Tapi, tidak menutup kemungkinan apabila hasil yang dianggap paling terbaik pada

saat shooting ternyata memiliki kekurangan bagi editor dalam penyambungan

gambar. Maka, dalam hal ini editor berhak untuk memilih ulang yang terbaik yang

sesuai dengan alur tekhnis sebuah film. Setelah melakukan pemilihan gambar, hal

yang berikutnya dilakukan oleh editor adalah penyusunan dan penyambungan gambar agar menjadi satu rangkaian adegan yang utuh. Dalam proses ini lalu

diteruskan dengan proses mixing yaitu penyambungan antara gambar dengan musik

atau sound effect yang akan ditampilkan dalam rangkaian film tersebut.

Setelah proses editing selesai maka hasil film akan dilihat oleh produser. Disini produser akan menilai apakah diperlukan adanya revisi atau tidak. Hal yang

biasa dilakukan dalam perbaikan, antara lain :

1. Memperbaiki kualitas dan waktu atau durasi suatu film.

2. Memperbaiki cover film.

Apabila produser sudah menyetujui dan menganggap baik film tersebut

dalam segala aspek, maka film itu siap untuk diedarkan dan diputar untuk khalayak

commit to user

39

5. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dari proses pembuatan kedua episode character buliding tersebut yaitu :

1. Seindah Cinta Rembulan ( Episode 11 )

2. Donat Arin ( Episode 12 )

Hasil final dibuat menjadi 2 format film yaitu format DVD, film ini sekaligus

juga memiliki buku panduan yang diterbitkan oleh Kanisius. Produk ini hanya

dipasarkan oleh penerbit Kanisius dan juga akan diputar di SD-SD Kanisius.

6. Kendala yang dihadapi

Selama proses produksi tersebut, kendala yang dirasa cukup meganggu

adalah masalah cuaca, karena cuaca pada saat itu cepat sekali berubah dan kami

biasa menyebutnya dengan “magic hour”.

7. Efektivitas Film

Setelah mengikuti proses produksi Film Character Building ini, Penulis dapat menyampaikan efektivitas maupun kegunaan dari film ini :

1. Sebagai melengkapi buku panduan pembentukan karakter anak yang diterbitkan

oleh Kanisius.

2. Sebagai bahan pendidikan dan pembelajaran untuk pembentukan karakter dan

budi pekerti anak-anak.

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses pembuatan suatu karya audio-visual khusunya sebuah karya film

ternyata tidak semudah saat kita menikmati sebuah film. Banyak hal dan aturan yang

perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu film, dalam segi naratif maupun

sinematiknya.kedua hal tersebut harus diperhatikan secara menyeluruh agar tercipta

suatu karya film yang baik dan menarik khalayak.

Karena khalayak umum sekarang mampu untuk menilai sebuah karya film

dari segi naratif dan sinematik, jadi apabila terdapat ketidakseimbangan anatara

kedua aspek tersebut, pastinya akan dapat terlihat bagi khalayak umum yang mampu

menilainya.

Dan dalam pembuatan suatu karya sebuah film harus memiliki sebuah tujuan

dan makna atau manfaat dari pembuatan film tersebut. Misalnya dalam pembuatan

program character building ini, SAV Puskat dan Kanisius memiliki tujuan dan

manfaat untuk memberikan pembentukan karakter dan budi pekerti anak-anak di

jaman modern sekarang ini.

Maka berdasar hal tersebut, Penulis berniat melaksanakan Kuliah Kerja

Media ( KKM ) di bidang audio visual khusunya perfilman. Meskipun dalam kurun

waktu yang sangat singkat selama satu bulan, namun penulis merasa mendapatkan

banyak pengalaman dan pengetahuan baru yang dibutuhkan oleh Penulis untuk bekal

commit to user

41

Beberapa pengalaman dan pelajaran yang penulis dapatkan selama KKM di

SAV Puskat Yogyakarta adalah pembuatan film yang memiliki konsep dan nilai

yang bermutu. Dan juga semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang selalu

ditanamkan dalam suasana pekerjaan, tidak pernah adanya rasa senioritas satu sama

lain, namun semangat untuk bersama-sama belajar dan membantu satu sama lain.

Hal ini yang dapat dijadikan suatu keunikan dan pembelajaran yang benar-benar

berbeda yang kami dapatkan saat magang di SAV Puskat Yogyakarta.

B. Saran-saran

Program Kuliah Kerja Media (KKM) yang diterapkan oleh Diploma III

Komunikasi Terapan, sangatlah memberikan pengalaman kepada mahasiswa dan

tentunya dapat menjembatani anatar dunia akademis dan dunia kerja. Setelah selama

satu bulan penulis melaksanakan Kuliah Kerja Media (KKM), maka dapat penulis

berikan sedikit saran :

1. Bagi Instansi :

a. Meneruskan pengadaan program magang atau Kuliah Kerja Media untuk

mencetak calon-calon broadcaster yang handal.

b. Membuka kesempatan kerja atau lowongan kerja bagi mahasiswa atau

lulusan mahasiswa yang pernah magang untuk bekerja di instansi tersebut.

2. Bagi Program Studi :

a. Membantu kegiatan belajar mahasiswa dengan menyediakan peralatan-

peralatan laboratorium atau praktek yang lengkap dan lebih modern atau

commit to user

42

b. Dalam pengkhususan materi pembelajaran sebaiknya lebih dispesifikan lagi

untuk lebih mendalami bagian ilmu broadcast atau penyiaran yang mana,

sehingga tidak dalam penentuan dunia kerja tidak gamblang untuk menjadi

apa.

c. Sebaiknya ada kerjasama antara fakultas atau program studi dengan instansi-

insatansi dunia audio-visual untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia dab juga bisa membantu membuka akses kerja bagi para mahsiswa

atau lulusannya.

3. Bagi Keilmuan Komunikasi Terapan :

a. Dalam pengambilan jurusan hendaknya mengambil profesi yang spesifik

mungkin untuk dunia kerja nantinya.

b. Mahasiswa sebaiknya membekali diri secara lebih dan khusus dengan

mengikuti berbagai pelatihan sesuai dengan profesi dalam dunia broadcasting

Dokumen terkait