• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik Analisis Data

I. Interpretasi Data

Pada pengolahan dengan SPSS (dan sebagian besar pengolah data statistika), cukup lihat nilai significance (sig.) atau probability (p.)

sig. < α→ H 0 ditolak dan H 1 diterima sig. ≥α→ H 0 diterima H

0 : persediaan obat, persediaan alat dan bahan kesehatan, persediaan alat dan bahan gigi, dan persediaan alat dan bahan laboratorium tidak

menyebabkan peningkatan (tidak berpengaruh terhadap) jumlah pasien (R = 0)

H

1 : persediaan obat, persediaan alat dan bahan kesehatan, persediaan alat dan bahan gigi, dan persediaan alat dan bahan laboratorium

menyebabkan peningkatan (berpengaruh positif terhadap) jumlah

pasien (R > 0)

X = variabel bebas = variabel yang mempengaruhi = persediaan obat, persediaan alat dan bahan kesehatan, persediaan alat dan bahan gigi, dan persediaan alat dan bahan laboratorium

Y = variabel tidak bebas = variabel yang dipengaruhi = jumlah pasien

Secara hipotetikal, diduga ada hubungan positif (R > 0) antara X dan Y X naik, Y naik

45

A. Keadaan Geografis Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4 Daerah Tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak di tengah-tengah Propinsi DIY. Letak wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110”24”19” sampai 110” 28”53” Bujur Timur dan 07”15’24” sampai 07” 49’ 26” Lintang Selatan. Di tengah wilayah kota tersebut mengalir tiga buah sungai dari arah utara ke selatan, yaitu Sungai Winongo yang terletak di bagian barat kota, Sungai Code terletak di bagian tengah dan Sungai Gadjah Wong terletak di bagian timur. Pada skala makro, Kota Yogyakarta diapit oleh dua sungai besar, yaitu Sungai Progo di sebelah barat dan Sungai Opak di sebelah timur. Adapun wilayah Kota Yogyakarta ini di sebelah utara dibatasi oleh Kabupaten Sleman, di sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Sleman dan Bantul, di sebelah selatan oleh Kabupaten Bantul dan sebelah barat oleh Kabupaten Bantul dan Sleman (Pemerintah Kota Yogyakarta, 2002, hlm. 3). Kedudukan kota Yogyakarta sejak kemerdekaan hingga masa kini ialah menjadi Ibu Kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dipimpin oleh Gubernur, dan masa kini dijabat oleh Sultan Hamengku Buwono X. Selain itu kota Yogyakarta pada masa kini juga menjadi Ibu Kota Pemerintah Kota Yogyakarta yang dipimpin oleh seorang Wali Kota. Kota Yogyakarta

memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY. Dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT, serta dihuni oleh 490.433 jiwa (Kota Yogyakarta Dalam Angka, 1999).

Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh letaknya yang berada di dataran lereng Gunung Merapi dengan kemiringan yang relatif datar (0-2%) dan pada ketinggian 114 meter di atas permukaan air laut yang garis besarnya mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis muda. Sejalan dengan perkembangan Perkotaan dan Pemukiman yang pesat, lahan pertanian Kota setiap tahun mengalami penyusutan. Data tahun 1999 menunjukkan penyusutan 7,8% dari luas area Kota Yogyakarta (3.249,75) karena beralih fungsi (lahan pekarangan).

Curah hujan rata 2.012 mm/thn dengan 119 hari hujan, suhu rata-rata 27,2°C dan kelembaban rata-rata-rata-rata 24,7%. Angin pada umumnya bertiup angin muson dan pada musim hujan bertiup angin barat daya dengan arah 220° bersifat basah dan mendatangkan hujan, pada musim kemarau bertiup angin muson tenggara yang agak kering dengan arah ± 90° - 140° dengan rata-rata kecepatan 5-16 knot/jam.

Gambar 4.1

Daerah Istimewa Yogyakarta

Pionir dan titik sentral dari kesenian serta budaya masyarakat Yogyakarta adalah kesultanan. Beragam kesenian Jawa klasik, seperti seni tari, tembang, geguritan, gamelan, seni lukis, sastra serta ukir-ukiran, berkembang dari dalam keraton dan kemudian menjadi kesenian rakyat. Dari sisi budaya semacam ini, sosok Sultan Yogyakarta kemudian diyakini sebagai pembawa rezeki. Rakyat Yogyakarta, misalnya, tidak pernah melewatkan tradisi ngalap berkah atau mencari berkah dari gunungan tumpeng nasi beserta lauk pauknya yang diberikan oleh Sultan pada upacara gerebeg. Kesatuan budaya dengan kehidupan masyarakat inilah yang di kemudian hari menjadi dasar bagi perekonomian kota kesultanan itu. Yogyakarta, seakan juga tidak pernah kehabisan seniman-seniman handal. Daya kreasi mereka selalu tertampung dalam berbagai festival yang digelar tiap tahun, seperti Festival

Kesenian Yogyakarta (FKY), Festival Gamelan, dan bahkan berbagai festival seni yang melibatkan siswa sekolah. Festival-festival itulah yang membuat banyak wisatawan nusantara maupun mancanegara mengunjungi Yogyakarta. Sebagai kota yang sarat dengan kebudayaan, Yogyakarta telah pula menjadi Daerah TujuanWisata (DTW) utama di Indonesia. Kota itu hanya kalah bersaing dengan Pulau Bali. Dari tahun ke tahun-kecuali dua tahun setelah krisis moneter 1997-jumlah wisatawan nusantara maupun mancanegara terus bertambah. Untuk tahun 2000, misalnya, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta telah mencapai 1,63 juta orang. Program pariwisata Kota Yogyakarta sendiri memang selalu dikaitkan dengan daerah sekitarnya, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, wilayah Kaliurang di lereng Gunung Merapi, Pantai Parang Tritis, atau Goa Selarong tempat persembunyian Pangeran Diponegoro. Namun, tetap saja, daya tarik kota itu sebagai obyek wisata adalah khasanah arsitektur kuno, seperti kompleks Keraton dan Puro Pakualaman, Istana Air Tamansari, serta berbagai museum. Sebagai sebuah industri, pariwisata memang melibatkan banyak sektor ekonomi lainnya, seperti sektor industri jasa hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, serta kerajinan dan perdagangan. Kontribusi sektor-sektor itu dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 79,5 persen dari seluruh kegiatan perekonomian masyarakat Yogyakarta. Kota itu misalnya-menurut data tahun 1999-memiliki 23 hotel bintang dan 229 kelas melati yang keseluruhannya mampu menampung penginap untuk 700.000 orang. Sementara tahun 1999 itu juga, PDRB per

kapita Yogyakarta adalah Rp 5,8 juta, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang Rp 5,5 juta. Salah satu kekayaan lain dari Yogyakarta adalah sekolah. Sejak berdirinya Universitas Gadjah Mada tahun 1949, kota ini memang dikenal sebagai kota pelajar. Ribuan siswa dan mahasiswa berdatangan dari luar kota bahkan dari luar pulau Jawa untuk menempuh pendidikan di kota itu. Walaupun kini Yogyakarta tidak lagi memiliki perguruan tinggi negeri, karena UGM berada di Kabupaten Sleman, tetapi julukan sebagai kota pelajar masih tetap dialamatkan kepadanya. Kota ini masih memiliki 47 perguruan tinggi, mulai dari tingkat akademi, institut, sekolah tinggi, maupun universitas, dengan jumlah mahasiswa mencapai 86.000 orang (Yoseptin Titien/Litbang Kompas, 2001).

Makanan khas Kota Yogyakarta adalah Gudeg, yaitu makanan yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.

Dari 14 kecamatan yang terdapat di Kota Yogyakarta, Danurejan adalah sebuah kecamatan yang letaknya tepat di jantung kota dan memiliki sejumlah tempat penting terletak di daerah ini. Di antaranya, Stasiun Lempuyangan, Malioboro, pusat oleh-oleh di Jalan Mataram, Kantor Gubernur Kepatihan dan DPRD Provinsi. Malioboro adalah nama jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke

perempatan Kantor Pos Yogyakarta yang terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi dan Jalan Jend. A. Yani, Jalan ini merupakan poros Garis Imaginer Kraton Yogyakarta. Terdapat beberapa obyek bersejarah di jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret. Jalan ini sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain di sepanjang jalan ini.

Gambar 4.2 Kota Yogyakarta

Kecamatan Danurejan terdiri dari 3 Kelurahan, yaitu Kelurahan Suryatmajan, Kelurahan Tegal Panggung, dan Kelurahan Bausasran.

Dari ketiga kelurahan tersebut, Kelurahan Tegal Panggung adalah kelurahan yang terletak di pinggiran Kali Code. Di sepanjang bantaran sungai ini merupakan wilayah padat rumah penduduk dengan kondisi perumahan permanen dan semi permanen. Fasilitas, sarana dan pasarana sanitasi belum cukup memadai dikarenakan terbatasnya lahan, ketinggian tanah dan sosial ekonomi masyarakat. Selain itu, perilaku dan patisipasi masyarakat untuk memelihara akses sanitasi masih perlu ditingkatkan. Oleh karena lokasi yang kurang memadai tersebut, Kelurahan Tegal Panggung termasuk salah satu kelurahan di Kota Yogyakarta yang miskin.

Gambar 4.3

Kelurahan Tegal Panggung terdiri atas 16 RW, 66 RT dan terbagi dalam 5 kampung, yaitu Kampung Tegal Panggung, Tukangan, Ledok Tukangan, Tegal Kemuning, dan Kampung Juminahan. Luas wilayah kelurahan ini kurang lebih 35 Ha, dengan topografi dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 114 m di atas permukaan laut. Secara geografis Kelurahan Tegal Panggung terletak di Pusat Kota Yogyakarta dengan identifikasi sebagai berikut; Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 0,3 Km. Jarak dari Ibukota Propinsi/Kota Yogyakarta : 2,3 Km dan jarak dari ibukota negara adalah 565 Km. Adapun batas-batas administrasi Kelurahan Tegal Panggung adalah sebagai berikut; sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Kotabaru, sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Bausasran, sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Purwokinanti dan sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Suryatmajan.

B. Kependudukan Kelurahan Tegal Panggung

1. Kondisi Umum Kependudukan

Jumlah penduduk di Kelurahan Tegal Panggung adalah sebagai berikut, pada Tahun 2007 jumlah penduduk ada 11.846 jiwa yang terdiri dari 6.274 jiwa adalah laki-laki dan 5.572 jiwa adalah perempuan. Tahun 2008 jumlah penduduk ada 12.615 jiwa dengan 6.645 jiwa adalah laki-laki dan 5.970 jiwa adalah perempuan. Dan pada Tahun 2009, jumlah penduduk di Kelurahan Tegal Panggung ada 10.177 jiwa terdiri dari 5.170 jiwa laki-laki dan 5.007 jiwa perempuan.

Gambar 4.4

Jumlah Penduduk Kelurahan Tegal Panggung

Sumber : (Profil Pusk. DN I Tahun 2007 dan Data Monografi Desa & Kel. Tgl Panggung Tahun 2008, 2009)

Berdasarkan gambar chart di atas, pertumbuhan penduduk di Kelurahan Tegal Panggung dari Tahun 2007 ke Tahun 2008 mengalami kenaikan jumlah penduduk sebesar 6,49% dan dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 mengalami penurunan jumlah penduduk sebesar 23,96%.

Dengan luas wilayah 35 Ha, maka kepadatan penduduk pada Tahun 2007 adalah ± 338 jiwa/Ha, pada Tahun 2008 kepadatan penduduk menjadi ± 360 jiwa/Ha, dan Tahun 2009 kepadatan penduduk mencapai ± 290 jiwa/Ha

Dan berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK), pada Tahun 2007 Kelurahan Tegal Panggung dihuni oleh 3.029 KK, Tahun 2008 ada 3.224 KK, dan pada Tahun 2009 terdapat 2.731 KK.

Gambar 4.5

Jumlah penduduk menurut KK

Sumber : Profil Pusk. DN I Tahun 2007 dan Data Monografi Desa & Kel. Tgl Panggung Tahun 2008, 2009

Berdasarkan gambar chart di atas, pertumbuhan KK di Kelurahan Tegal Panggung dari Tahun 2007 ke Tahun 2008 mengalami kenaikan jumlah KK sebesar 6,44% dan dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 mengalami penurunan jumlah KK sebesar 18,05%.

Dilihat dari jumlah penduduk per tahun, maka dapat diperoleh rata-rata jumlah anggota tiap KK. Pada Tahun 2007, dengan jumlah penduduk 11.846 jiwa dan 3.029 KK, maka tiap KK rata-rata berpenghuni ± 4 jiwa. Tahun 2008, jumlah penduduk ada 12.615 jiwa dengan 3.224 KK, maka tiap KK dihuni ± 4 jiwa. Dan Tahun 2009, jumlah penduduk 10.177 jiwa dengan 2.731 KK, maka tiap KK dihuni ± 4 jiwa.

Sebagai sebuah kampung kota, Kelurahan Tegal Panggung mempunyai mobilitas penduduk yang sangat tinggi. Banyak penduduk dari

luar wilayah Kota Yogyakarta yang datang/ber-urbanisasi ke Kelurahan Tegal Panggung. Seperti halnya dengan kota-kota lain, arus urbanisasi telah menjadikan jumlah penduduk di Kelurahan Tegal Panggung mengalami naik dan turun. Kenaikan jumlah penduduk yang terjadi pada Tahun 2007 ke Tahun 2008 terjadi karena urbanisasi tersebut. Letak Kelurahan Tegal Panggung yang memang berada di jantung kota Yogyakarta dan berdekatan dengan wisata Malioboro yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, membuat orang-orang dari wilayah lain berdatangan dan mencari rejeki di Kelurahan ini dengan bekerja sebagai pedagang/wiraswasta. Dan pada Tahun 2008 ke Tahun 2009, mengalami penurunan jumlah penduduk yang dikarenakan semakin mahalnya biaya hidup di Kota, membuat para pendatang tersebut kembali lagi ke wilayah asalnya. Semakin tinggi kepadatan penduduk namun kesempatan kerja yang rendah pun menjadi alasan penurunan jumlah penduduk di Wilayah Kelurahan Tegal Panggung.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, Kelurahan Tegal Panggung termasuk salah satu kelurahan di Kota Yogyakarta yang miskin. Pada Tahun 2007, ada 3.549 penduduk miskin dan 1.020 KK miskin. Tahun 2008 menurun menjadi 3.040 penduduk miskin dan 873 KK miskin. Dan pada Tahun 2009, kemiskinan di Kelurahan Tegal Panggung semakin menurun menjadi 2.295 penduduk miskin dan 678 KK miskin.

Gambar 4.6

Jumlah penduduk miskin dan KK miskin

Sumber : Profil Pusk. DN I Tahun 2007 dan Data Monografi Desa & Kel. Tgl Panggung Tahun 2008, 2009

Berdasarkan gambar chart di atas, dari Tahun 2007 ke Tahun 2008 mengalami penurunan jumlah KK Miskin sebesar 16,84% dengan jumlah penduduk miskinnya mengalami penurunan juga sebesar 17,40%. Dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 mengalami penurunan jumlah KK Miskin sebesar 28,76% dengan jumlah penduduk miskinnya mengalami penurunan sebesar 32,46%.

Bahkan pada Tahun 2008, Kelurahan Tegal Panggung ditunjuk sebagai lokasi Pilot Project Penanggulangan Kemiskinan secara terpadu (TKPK Tegal Panggung).

6 Alasan Pemilihan Kelurahan Tegal Panggung sebagai Pilot Project Program Penanggulangan Kemiskinan Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut :

a. Jumlah KK miskin pada Tahun 2007 ada 1.020 KK dan jumlah penduduk miskin 3.569 orang. Angka tersebut relatif tinggi, menempati urutan kedua se-Kota Yogyakarta setelah Kelurahan Pringgokusuman.

b. Koordinasi antar lembaga yang ada di masyarakat cukup bagus, sehingga diharapkan intervensi program dari berbagai lembaga dan instansi pemerintah dapat saling sinergis dalam menjalankan Program Penanggulangan Kemiskinan.

c. Tinginya semangat penduduk untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan, yang merupakan potensi dan modal awal dalam pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan.

d. Kondisi lingkungan geografis di pusat kota merupakan aset ekonomi yang besar, di mana peluang masyarakat untuk mengakses ekonomi lebih besar.

e. Status tempat tinggal masyarakat Tegal Panggung berada di pinggir Sungai Code dan di pinggir rel kereta api. Hal ini merupakan salah satu ciri kemiskinan di Kota Yogyakarta.

f. Sebagai lokasi pembinaan program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS).

2. Kemasyarakatan

Dalam suatu wilayah, ada Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Posyandu ini bertujuan untuk memonitor pertumbuhan dan kesehatan bayi/balita. Namun selain Posyandu Bayi/Balita, ada juga Posyandu Usia Lanjut. Posyandu usia lanjut ini juga bertujuan untuk melihat kesehatan para lanjut usia di wilayah Kelurahan Tegal Panggung. Ada 18 Posyandu Bayi/Balita dan 16 Posyandu Usia Lanjut di Kelurahan Tegal Panggung. Selama ini, kegiatan posyandu ini berjalan dengan lancar dengan anggota kader sebanyak 296 orang. Pelayanan Posyandu ini didukung oleh Puskesmas yang bertugas untuk memantau pertumbuhan atau kesehatan masyarakat. Jika ada kasus maka Puskesmas akan menindak-lanjuti.

Kelurahan Tegal Panggung, dengan luas wilayah yang kecil, mempunyai bangunan pendidikan dari TK sampai SMK.

Tabel IV.1

Jumlah sekolah di Kelurahan Tegal Panggung

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Jumlah Bangunan Jumlah Murid Jumlah Bangunan Jumlah Murid Jumlah Bangunan Jumlah Murid TK 4 221 4 230 4 231 SD 8 1.794 8 1.792 6 1.642 SMP 1 150 1 279 1 307 SMK 1 tdk ada data 1 154 1 248

Sumber : Profil Kelurahan Tegal Panggung Tahun 2007 dan Data Monografi Desa & Kel. Tgl Panggung Tahun 2008, 2009

Dengan keadaan wilayah Kelurahan Tegal Panggung yang miskin, maka tentu saja kesehatan menjadi hal yang seharusnya sangat diperlukan, mengingat lokasi dan kondisi yang sangat tidak nyaman dan bersih serta kumuh. Untuk itu perlu adanya campur tangan dari pemerintah, terutama dalam hal kesehatan. Salah satunya melalui puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas Danurejan I adalah puskesmas dengan wilayah kerja Kelurahan Tegal Panggung walaupun letak/ lokasi bangunannya berada di wilayah Kelurahan Bausasran. Puskesmas Danurejan I adalah salah satu dari 18 puskesmas yang ada di Kota Yogyakarta yang mempunyai wilayah kecil karena hanya ada satu kelurahan, yaitu Kelurahan Tegal Panggung.

Dokumen terkait