• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intisari Studi Kepustakaan

01. Perencanaan merupakan suatu proyeksi tentang apa yang harus dilaksanakan guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai proyeksi, perencanaan

memiliki unsur kegiatan mengidentiikasi, menginventarisasi,

dan menyeleksi kebutuhan berdasarkan skala prioritas,

mengadakan spesiikasi yang lebih rinci mengenai hasil yang akan dicapai, mengidentiikasi persyaratan atau kriteria untuk memenuhi setiap kebutuhan, mengidentiikasi kemungkinan

alternatif, strategi dan sasaran bagi pelaksanaannya.

02. Secara teoretis, perencanaan pendidikan

berpedoman pada empat pendekatan utama, yaitu (1) social

demand approach; (2) manpower planning approach; (3)

cost beneit approach; dan (4) cost effectiveness approach.

Menurut dimensi waktunya, perencanan pendidikan dapat dibedakan atas perencanaan jangka panjang, menengah, dan pendek. Menurut ruang lingkupnya, dapat dibedakan atas perencanaan makro, messo, dan mikro. Sementara menurut pendekatannya dapat berupa perencanaan terintegrasi, komprehensif, strategis, dan operasional. Perencanaan strategis disusun berdasarkan skala prioritas, sehingga berbagai sumber daya dapat diatur dan

dimanfaatkan secermat dan seeisien mungkin.

03. Pendidikan dituntut untuk dapat berperan dan memberi arah bagi pembangunan dan perkembangan masyarakat, tetapi pendidikan sering kali tertinggal jika dibandingkan dengan pembangunan sektor lain. Pendidikan yang diharapkan dapat dinikmati oleh setiap warga negara, pada kenyataannya masih terbatas. Permintaan akan jumlah, jenis, dan mutu akan pendidikan terus meningkat. Salah satu “kiat” untuk meminimalkan dan mengantisipasi persoalan tersebut adalah dengan jalan menyusun rencana strategis bagi pengelolaannya dan memperkecil ruang lingkupnya, yang semula terpusat dalam lingkup provinsi menjadi lingkup kabupaten atau kota.

04. Perencanaan strategis (strategic planning) merupakan suatu dokumen formal yang memuat penjelasan tentang visi, misi, tujuan dan target organisasi, serta cara-cara untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Salah satu teknik yang banyak digunakan dalam menyusun perencanaan strategis adalah menganalisis tantangan dan peluang eksternal serta menganalisis kekuatan dan kelemahan internal organisasi (analisis SWOT). Oleh karena itu, perencanaan strategis juga merupakan kunci untuk dapat melihat adanya interaksi internal organisasi dengan lingkungan eksternalnya.

05. Pertimbangan kunci dalam menyusun rencana strategis antara lain (1) analisis situasi, (2) merumuskan strategi dasar, (3) mengembangkan tujuan jangka panjang, (4) memformulasikan program strategis, (5) mengembangkan program jangka menengah, (6) mengubah rencana strategis ke dalam serangkaian keputusan, serta (7) kemungkinan

rencana dan alternatif pengembangannya. Untuk

kepentingan analisis situasi, dapat digunakan teknik analisis posisi sistem pendidikan.

06. Langkah dasar dalam penyusunan rencana strategis antara lain (1) merumuskan visi; (2) merumuskan misi berdasarkan visi; (3) merumuskan prinsip-prinsip penembangan program berdasarkan visi dan misi; dan (4) merumuskan tujuan berdasarkan visi, misi, dan prinsip-prinsip.

07. Kriteria keunggulan rencana strategis antara lain

terletak pada adanya: (1) misi yang jelas dan spesiik; (2)

mengutamakan kepentingan pengguna; (3) menggunakan cara yang tepat untuk melaksanakan misi lembaga; (4) melibatkan para pengguna dalam pengembangan strategi; (5) terbuka peluang bagi pengembangan kekuatan seluruh staf dengan cara menghilangkan kendala dan membantu mereka dalam meningkatkan kontribusinya kepada lembaga melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif dan

eisien; serta (6) adanya instrumen pemantauan dan evaluasi terhadap efektivitas dan eisiensi kelembagaan.

08. Dalam rangka menyusun model intervensi pemberdayaan perencanaan strategis bagi penuntasan wajib belajar dan peningkatan mutu pendidikan, terlebih dahulu perlu ditetapkan indikator-indikatornya serta kriteria atau persyaratan ambangnya. Persyaratan ambang bagi penuntasan wajib belajar antara lain memerlukan dukungan: (1) penyediaan data kependudukan dan data kependidikan secara cepat dan akurat; (2) daya tampung sekolah yang memadai; serta (3) partisipasi pendidikan yang tinggi,

tanpa ada peserta didik yang drop out, dan semua lulusan

SD/MI melanjutkan ke SLTP atau yang sederajat. Sementara persyaratan ambang bagi peningkatan mutu pendidikan antara lain harus didukung oleh: (1) mutu masukan yang

relatif baik; (2) jumlah dan kualiikasi guru yang memadai; (3) jumlah dan kondisi fasilitas isik sekolah yang memadai; (4)

frekuensi dan mutu layanan yang memadai; serta (5) jumlah dan mutu lulusan yang sesuai dengan tujuan ataupun target yang telah ditetapkan.

09. Kegagalan penuntasan wajib belajar dan

peningkatan mutu pendidikan dapat diakibatkan oleh faktor internal maupun faktor internal sistem pendidikan. Faktor eksternal yang menonjol antara lain sosial-ekonomi,

budaya, demograis, dan geograis. Sementara itu, faktor

internalnya antara lain prestasi yang masih relatif rendah,

keterbatasan program, masukan dasar (raw input) yang

heterogen, minimnya masukan instrumental (sumber belajar- mengajar), dan diperparah oleh kelemahan manajerial sistem pendidikan.

10. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dasar dan menengah yang disertasi dengan penggunaan sistem informasi manajemen yang memadai dan para perencana pada daerah tingkat II yang profesional merupakan kebutuhan mendesak untuk dapat mengakses aspirasi masyarakat terhadap jumlah, variasi, dan mutu layanan pendidikan.

11. Dari beberapa studi terdahulu terungkap bahwa ada beberapa kelemahan dalam upaya penuntasan wajib belajar, antara lain masalah koordinasi; akurasi, konsistensi, pengolahan, analisis, dan pemanfaatan data sebagai dasar perencanaan dan pengembangan SIM pendidikan; keterbatasan guru bidang studi di SLTP dan ketimpangan dalam penyebaran guru SD; kekurangan fasilitas dan daya tampung; tingkat kehidupan ekonomi masyarakat yang masih rendah; ketiadaan atau minimnya sumber dana khusus dari Pemda; kekurangpahaman akan kebutuhan khusus anak usia sekolah di daerah terpencil; daya jangkau sekolah, pemukiman dan sebaran penduduk yang tidak merata masih menjadi kendala di hampir di semua daerah, walaupun berbeda masalah dan intensitasnya. Untuk itu, perumusan strategi yang tepat dan perencanaan yang komprehensif merupakan kebutuhan yang mendesak bagi setiap daerah, terutama dalam upaya penuntasan wajib belajar dan peningkatan mutu pendidikan.

12. Perumusan alternatif model intervensi pemberdayaan perencanaan stategis bagi penuntasan wajib belajar dan peningkatan mutu pendidikan dasar dapat berpedoman pada konsep model dan modeling. Rumusan alternatif model yang merupakan representasi dari sistem yang dipandang

mewakili sistem yang sesungguhnya. Visualisasinya

dirumuskan melalui aktivitas mental berupa berpikir (ways of thinking) tertentu untuk melakukan konkritisasi atas fenomena yang abstrak tentang upaya-upaya penuntasan wajib belajar dan peningkatan mutu pendidikan.

13. Model merupakan salah satu bentuk representasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Perumusan model tersebut mempunyai tiga tujuan utama, yaitu (1) memberikan penggambaran atau deskripsi kerja sistem untuk periode tertentu, di mana di dalamnya implisit terdapat seperangkat aturan untuk melaksanakan perubahan atau memprediksi cara sistem beroperasi di

masa datang; (2)memberikan gambaran tentang fenomena tertentu menurut diferensiasi waktu atau memproduksi seperangkat aturan yang bernilai bagi keteraturan sebuah sistem; dan (3) menghasilkan model yang mempresentasikan data dan format ringkas dengan kompleksitas rendah.

14. Peningkatan mutu pendidikan merupakan basis pengembangan SDM, kegiatannya dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan mutu: (1) kegiatan belajar-mengajar; (2)

manajemen pendidikan; (3) buku dan sarana belajar; (4) isik

dan lingkungan sekolah; serta (5) pengembangan partisipasi masyarakat. Sekolah dinilai bermutu jika hasil belajar peserta didiknya bermutu dan hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai jika terjadi proses pembelajaran yang nyata dan bermutu. Keberhasilan kegiatan belajar- mengajar banyak ditentukan oleh kemampuan guru dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar secara profesional. Oleh karena itu, kegiatan pembinaan kegiatan belajar mengajar lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan profesional guru, meliputi peningkatan:

penguasaan kurikulum dan perangkat pedoman 1)

pelaksanaannya;

penguasaan materi pelajaran; 2)

keterampilan dalam menggunakan berbagai metode 3)

secara variatif;

kemampuan menggunakan berbagai macam media 4)

pembelajaran;

kemampuan menyelenggarakan evaluasi proses dan 5)

hasil belajar;

tanggung jawab dan dedikasi guru terhadap tugasnya; 6)

serta

kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugasnya. 7)

Dokumen terkait