BAB II KAJIAN TEORITIS
2.7 Inventarisasi Bahan Pustaka
Bahan pustaka yang ada di perpustakaan biasanya berasal dari pembelian, sumbangan, hadiah atau tukar menukar. Sebelum bahan pustaka digunakan terlebih dahulu didaftarkan dalam buku induk perpustakaan. Kegiatan pendaftaran koleksi inilah yang disebut inventarisasi bahan pustaka.
2.7.1 Pengertian Inventarisasi Bahan Pustaka
Menurut Massofa (2008), “Inventarisasi koleksi adalah kegiatan pencatatan setiap bahan pustaka ke dalam buku inventarisasi (buku induk) sebagai tanda bukti pembendaharaan perpustakaan. Inventarisasi ini merupakan kegiatan yang mencatat koleksi bahan pustaka sebagai bukti bahwa koleksi tersebut milik perpustakaan yang bersangkutan. Dalam melakukan pencatatan ini harus ditetapkan macam dan ukuran kolom-kolom dalam buku inventaris dan petunjuk untuk mengisinya. Melaksanakan pemberian tanda hak milik perpustakaan (dengan stempel atau cara lain) pada tiap bahan pustaka yang diterima, baik untuk keperluan perpustakaan maupun yang diwajibkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan”.
Inventarisasi merupakan salah satu kegiatan yang harus dikerjakan oleh petugas di perpustakaan sebelum bahan pustaka diproses dibagian pengolahan. Adapun tugas bagian inventarisasi adalah menetapkan dan melaksanakan pencatatan menurut cara yang telah ditetapkan. Pada intinya, kegiatan inventarisasi bahan pustaka itu adalah kegiatan pencatatan semua bahan pustaka milik perpustakaan yang dilakukan oleh petugas perpustakaan atau pustakawan.
Dalam pernik pustakawan (2009),“Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan data bahan pustaka yang di terima, baik dalam bentuk buku, majalah, bentuk mikro dan audio visual ke dalam buku inventaris (buku induk)”.
Menurut Massofa (2008), Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan data-data fisik buku kealam sarana pencatatan, yang dapat berupa lembaran lepas, kartu maupun buku, dan sering disebut juga sebagai buku induk. Setiap ekslempar bahan pustaka mempunyai satu nomor induk. Adapun informasi lain yang perlu dicatat dalam buku induk adalah judul, pengarang, asal, nomor induk, bahasa, jumlah eksemplar, judul serta harga.
2.7.2 Jenis-jenis Inventarisasi
Menurut Massofa (2008), ada 3 jenis inventarisasi yang dirinci sebagai berikut:
1. Inventarisasi Buku
Inventarisasi untuk buku diantaranya berfungsi sebagai daftar inventaris koleksi perpustakaan, mengetahui jumlah koleksi buku pada tahun tertentu, membantu mengetahui buku-buku yang hilang. Pencatatan buku selalu berdasarkan kronologis, yaitu menurut tanggal penerimaan, pembagian kolom-kolom buku induk disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan, hal ini berkaitan dengan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh perpustakaan yang dapat diperoleh dari buku induk.
2. Inventarisasi Majalah
Majalah merupakan terbitan berseri yang diterbitkan secara periodic selama kurun waktu yang cukup lama untuk subjek tertentu. Pencatatan majalah dalam buku induk berguna untuk memastikan nomor-nomor majalah.
3. Inventarisasi Non Buku
Tata cara pencatatan nonbuku dalam buku induk pada prinsipnya sama dengan pencatatan buku, hanya berbeda dalam pembentukan nomor induk. Dalam hal ini nomor induk menjadi tempat penempatan bagi bahan non buku. Nomor induk dibentuk dari huruf yang diambil dari huruf pertama bahannya, ditambah dengan nomor urut.
2.7.3 Tujuan Inventarisasi Bahan pustaka
Rachman (2006), menjelaskan bahwa tujuan inventarisasi bahan pustaka yaitu:
1. Mempermudah pustakwan dalam pengadaan bahan pustaka.
2. Memudahkan pustakawan untuk mengawasi terhadap koleksi yang
dimiliki.
3. Memudahkan pustakawan dalam pelaporan tahunan tentang jumlah
2.7.4 Tugas dan Wewenang Inventarisasi Bahan Pustaka
Dalam pernik pustakawan (2009), menjelaskan tugas dan wewenang inventarisasi adalah :
1. menetapkan jenis dan jumlah buku inventaris yang diperlukan.
2. menetapkan macam dan ukuran kolom-kolom dalam buku inventaris serta
petunjuk untuk mengisinya.
3. menetapkan dan melaksanakan pencatatan menurut cara yang telah
ditentukan.
4. menetapkan jenis bahan pustaka dalam pemberian tanda kepemilikan
perpustakaan dengan stempel tiap bahan pustaka yang diterima.
2.7.5 Kegiatan Inventarisasi Bahan Pustaka
Kegiatan inventarisasi terutama bertujuan agar perpustakaan dapat mengontrol pemiliknya. Dengan inventarisasi perpustakaan dapat membuat laporan, menyusun statistik dan mengetahui bahan pustaka yang sudah/belum dimiliki.
Menurut Bafdal, Ibrahim (2001:46), kegiatan yang dilakukan dalam inventarisasi bahan pustaka adalah:
1. Memberi stempel pada buku.
Setiap bahan pustaka yang datang harus diperiksa. Dalam pemeriksaannya hendaknya diteliti nama pengarang, judul karangan, edisi, serta bentuk fisiknya. Setelah selesai diperiksa dan ternyata benar maka setiap bahan pustaka tersebut distempel dengan stempel inventaris perpustakaan.
2. Setiap bahan pustaka yang distempel dengan stempel perpustakaan sebagai tanda pengenal. Yang perlu distempel adalah halaman-halama tertentu, seperti halaman judul, daftar isi bab per bab. Hal ini tergantung kepada kebijakan pustakawannya masing-masing.
3. Buku-buku yang telah distempel perpustakaan, perlu juga distempel
dengan stempel inventaris yang memuat kolom isian inventaris dan tanggal menginventaris. Biasanya stempel inventaris ini distempelkan dibalik halaman judul.
4. Mendaftar bahan pustaka
Bahan-bahan yang telah distempel segera diinventariskan ke dalam buku inventaris. Dalam penginventarisasiannya diusahakan dibagi menurut carapengadaannya. Bahan pustaka yang diperoleh dari bantuan pemerintah hendaknya diinventariskan dalam buku inventaris bantuan pemerintah. Bahan pustaka yang diperoleh dari hadiah dan sebagainya.
Tgl diterima:……… Asal dari :……… No. induk :……….. Tgl. Inventaris :………
MILIK PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 1 PEUREULAK
Contoh kepemilikan dan cap inventarisasi
Tata laksana kerja inventarisasi bahan pustaka menurut Milburga (2000: 75), inventarisasi dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencatat buku/bahan pustaka satu persatu mulai dari penerimaan yang
paling awal sampai dengan penerimaan yang paling akhir.
2. Mencatat mulai dari kolom nomor urut dengan angka nomor yang terkecil dilanjutkan dengan nomor urut seterusnya setiap kali menerima buku atau bahan pustaka baru.
3. Kolom tanggal diisi dengan tanggal saat pencatatan penerimaan bahan
pustaka tersebut.
4. Kolom asal buku diisi dengan keterangan:
a. nama toko buku atau penerbit, bila buku-buku tersebut berasal dari pembelian.
b. Nama Perseorangan/badan atau instansi/lembaga, bila buku-buku itu
berasal dari hadiah.
c. Nama perpustakaan, apabila buku-buku itu berasal dari pertukaran
koleksi dari perpustakaan lain.
5. Kolom pengarang diisi dengan nama pengarang dengan buku yang dicatat. 6. Kolom judul diisi dengan judul buku yang sedang diinventarisasi.
7. Kolom jumlah eksemplar diisi keterangan jumlah eksemplar.
8. Kolom harga satuan diisi dengan harga setiap eksemplar buku, apabila
buku itu berasal dari pembelian.
9. Kolom jumlah harga diisi jumlah harga dari keseluruhan jumlah eksemplar buku yang bersangkutan.
10.Kolom jenis buku diisi dengan jumlah eksemplar masing-masing jenis
buku yang sedang diinventarisasi.
11.Kolom bahasa diisi dengan jumlah eksemplar yang setiap bahan dari buku yang sedang diinventarisasi.
12.Kolom nomor inventarisasi diisi dengan nomor inventarisasi yang sudah ditentukan untuk setiap eksemplar buku.
13.Kolom nomor pustaka diisi dengan nomor pustaka berdasarkan isi buku
menurut Dewey.
14. Kolom keterangan diisi dengan keterangan-keterangan mengenai keadaan buku yang diinventarisasi.
15.Setelah kolom inventarisasi hampir habis, sebelum ganti halaman dicatat rekapitulasi buku-buku yang telah dicatat dengan perincian tentang jumlah eksemplar, judul, harga seluruh buku yang dibeli, seperti tercatat pada halaman tersebut, jenis buku serta macam bahasanya dan lain-lain. Kemudian hasil rekapitulasi tersebut dipindahkan ke halaman berikutnya pada baris paling atas.
Menurut Pangaribuan (2009: 12-13), informasi yang dicantumkan pada pencatatan buku induk adalah sebagai berikut:
1. Nomor urut.
2. Tanggal penerimaan yaitu : tanggal kapan buku tersebut diterima. Tanggal ini dicantumkan pada setiap ekslempar buku yang diinventarisasi
3. Pengarang, nama pengarang ditulis setelah dibalik terlebih dahulu
sebagaimana dilakukan dalam pengatalogan.
4. Judul buku, yaitu judul buku secara keseluruhan namun jika terlalu
panjang dapat dipotong tanpa mengurangi arti judul tersebut dengan menambah tiga titk (…)
5. Tempat terbit/penerbit, yaitu tempat kota dimana buku tersebut diterbitkan dan oleh penerbit mana (tulis nama penerbitnya), isi dapat dilihat pada halaman judul.
6. Asal/sumber perolehan. Dalam kolom ini dicatat dari mana buku berasal,
apakah dari hasil pembelian, hadiah, tukar menukar dan sebagainya. 7. Bahasa yang dipakai: Indonesia/Inggris dan lain-lain.
8. Nomor inventarisasi/induk.
9. Golongan (nomor klasifikasi) kolom ini dicatat setelah buku diproses.
10.Keteranga mengenai keadaan buku.
Contoh buku induk/inventarisasi
Sumber: Pangaribuan (2009 : 13)
No Tgl No induk pengarang Judul Impresum Asal Bahasa Jlh No kelas ket
2.7.6 Inventarisasi Buku
Menurut Pamuntjak (2000:36), tata cara pencatatan buku induk yaitu terdiri dari:
1. Tanggal penerimaan 2. Nomor urut buku induk 3. Nama penulis 4. Judul buku 5. Tahun 6. Cetakan 7. Penerbit 8. Pengirim 9. Harga 10.Keterangan
Contoh: Buku Inventarisasi Bahan Pustaka
tanggal no pengarang judul tahun cetakan penerbit pengirim harga ket
Sumber : Pamuntjak, 2000:36
2.8 Jenis Bahan Pustaka
Bahan perpustakaan (Library Materials) biasa dikenal dengan istilah bahan pustaka, sedangkan kumpulan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan disebut dengan istilah koleksi perpustakaan. Semua istilah tersebut intinya adalah ditujukan untuk sebuah karya hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam berbagai bentuk media. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak informasi yang dibutuhkan serta semakin banyak pula berbagai jenis bahan pustaka yang tersedia. Hal ini menuntut perpustakaan untuk dapat mengembangkan koleksi sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Menurut Massofa (2008), beberapa jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan yaitu (1) karya cetak, (2) karya noncetak, (3) bentuk mikro; dan (4) karya dalam bentuk elektronik.
2.8.1 Karya Cetak
Menurut Pangaribuan (2009 : 2), karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, yaitu:
1. Buku
Buku atau dikenal juga dengan istilah monograf adalah bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar UNESCO, tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya adalah buku teks, buku rujukan, buku fiksi. Biasanya dilengkapi dengan nomor standar internasional, yaitu ISBN (International Standard Book Number)
2. Terbitan Berseri
Terbitan berseri adalah bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus-menerus dengan jangka waktu terbit tertentu. Untuk jenis terbitan erseri menggunakan nomor standar ISSN ( International Standard Serial Number).
Dalam buku perpustakaan sebagai ilmu (2009:12), menyatakan contoh terbitan berseri adalah:
a. Majalah, buletin, warta, journal, newsletter, warkat warta, laporan tahunan, bulanan, mingguan
b. Buku tahunan, Yearbook
c. Serial
d. Seri monograf, Monograf berseri
2.8.2 Karya Noncetak
Menurut Hastuti (2012), menyatakan karya noncetak adalah bahan pustaka yang informasinya disampaikan dalam bentuk suara, gambar, teks, dan juga kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut. Istilah lain dari karya ini adalah nonbooks materials (bahan nonbuku), nonprint (bahan noncetak), dan audiovisual materials (bahan pandang dengar). Karya non cetak terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Rekaman Suara
Karya ini dituangkan dalam bentuk piringan hitam, pita kaset, dan cakram (disk). Jika dilihat dari segi isi, diantaranya adalah rekaman musik, wawancara, seminar, ceramah, pelajaran bahasa inggris, dan sebagainya
2. Film (gambar hidup) dan Rekaman Video
Film ada dua macam yaitu film yang bersuara dan film yang tidak bersuara. Jika dilihat dari segi fisiknya ada 3 macam yaitu film yang berukuran 18 mm, 16 mm, dan 35 mm. Alat bantu yang digunakan untuk melihatnya adalah proyektor dan layar. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan
3. Rekaman Video
Rekaman vidoe mencakup semua bentuk video, diantaranya yang berbentuk kaset, gulungan, cakram. Alat bantu yang digunakan adalah televisi, komputer, VCR (Video Casette Recorder).
4. Bahan Kartografi
Bahan kartografi adalah semua karya yang merupakan representasi dari bumi, matahari, bulan, planet-planet, dan badan-badan ruang angkasa lainnya. Bahan pustaka ini dapat berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Misalnya peta ruang angkas, atlas, globe, foto udara, dan sebagainya.
5. Bahan Grafika
Bahan grafika adalah bahan pustaka yang harus diproyeksikan, misalnya:
a. Filmstrip, yaitu selongsongan film yang memuat gambar dalam urutan
tertentu yang diproyeksikan satu persatu.
b. Slide, yaitu gambar dalam suatu media film atau bahan transparan lain yang harus dilihat dengan bantuan proyektor slide.
c. Transparansi, yaitu selembar bahan transparan yang berisi gambar dan dirancang untuk digunakan dengan overhead projector atau kotak sinar.
2.8.3 Bentuk Mikro
Menurut Siregar (2001:55) menyatakan bahwa, Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan kedalam karya noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup di dalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebaginya. Bentuk mikro terdiri dari beberapa macam yaitu:
1. Mikrofilm, bentuk gulungan film yang berukuran 16 mm dan 35 mm
2. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x
148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm.
3. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas
yang mengkilat tidak tembus cahaya berukuran sebesar mikrofis
4. Aperture card, satu lembar mikrofilm ukuran 35 mm yang ditempelkan
pada lembaran kartu
5. Microfilm cartridge, bentuknya sama dengan mikrofilm ukuran 16 mm,
namun selain ditempatkan pada satu kemasana film juga diberikan suatu tanda agar pada waktu membacanya dapat dilakukan secara otomatis
6. Microflm Jackets, bentuk mikrofilm yang dimasukkan kedalam kantong
plastik transparan yang mempunyai jalur-jalur dan berisi 14 atau 12 lembar.
Sedangkan menurut Pangaribuan (2009 : 3), “Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuki menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film yang tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan micro-reader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan dalam bahan noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup didalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya”.
2.8.4 Karya dalam Bentuk Elektronik
Sumber daya elektronik adalah informasi yang dituangkan dalam bentuk buku atau jurnal elektronik yang biasa dikenal dengan istilah electronic collection. Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya.
Pangaribuan (2009:3), “Dalam perkembangan teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti pita magnetic dan cakram atau disk. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti computer”.
2.9 Seleksi Bahan Pustaka
Seleksi bahan pustaka merupakan proses mengidentifikasi bahan pustaka yang akan ditambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan. Seleksi bahan pustaka merupakan kegiatan penting yang perlu dilakukan untuk menyesuaikan koleksi dengan kebutuhan pengguna dan berhubungan dengan mutu perpustakaan yang bersangkutan. Kegiatan seleksi bahan pustaka merupakan kegiatan mengumpulkan semua sumber informasi literatur yang akan dipergunakan dalam proses penyeleksian, pedoman penyeleksian dan penentuan bahan pustaka yang akan diadakan.
Maunglib (2009), menjelaskan Semua bahan pustaka hendaknya dipilih secara cermat, disesuaikan dengan standar kebutuhan pemakai perpustakaan dalam suatu skala prioritas yang telah ditetapkan dan mencakup persyaratan antara lain:
1. Isi buku
2. Bahasa yang digunakan
3. Ciri fisik buku
Menurut Massofa (2008), Pedoman dasar untuk melakukan seleksi yaitu: 1. Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada di pasaran
2. Memahami tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekerja
3. Mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani
4. Mengenal prinsip-prinsip seleksi
5. Mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi
6. Memahami berbagai kendala yang ada.
2.9.1 Prinsip Pemilihan Bahan Pustaka
Tujuan perpustakaan adalah menyebarkan informasi kepada pengguna. Agar tujuan itu tercapai maka dalam kegiatan pemilihan koleksi bahan pustaka perlu adanya prinsip-prinsip seleksi. Untuk meningkatkan mutu koleksi, perpustakaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka. Hal ini dilakukan agar perpustakaan terhindar dari beberapa kekeliruan dalam menentukan koleksinya.
Secara umum Pawit, Yusuf dalam buku Pedoman Penyelenggaran Perpustakaan Sekolah (2007: 26) menjelaskan bahwa, prinsip pemilihan koleksi untuk suatu perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan kebutuhan
kurikulum yang berlaku disekolah
2. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan daerah tempat perpustakaan sekolah tersebut berada
3. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan sistem
pendidikan secara nasional
4. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan tingkat
kemampuan membaca siswa usia sekolah
5. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan sistem
perpustakaan nasional
6. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan dana yang
tersedia.
Menurut Siregar (2002:80), prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka ditetapkan sebagai upaya untuk menyesuaikan pemilihan bahan pustaka dengan tujuan dan fungsi perpustakaan. Prinsip tersebut diperjelas sebagai berikut:
1. Relevansi atau kesesuaian
Bahan pustaka harus disesuaikan dengan fungsi dan tujuan perpustakaan dengan lembaga induknya.
2. Kesesuaian dengan kebutuhan pengguna
Pemilihan bahan pustaka harus mengutamakan kepentingan pengguna dengan tujuan untuk memenuhi tingkat keterpakaian pemakai.
3. Kelengkapan
Pengadaan bahan pustaka hendaknya berpedoman kepada kelengkapan koleksi yang dibutuhkan oleh pemakai jasa perpustakaan, bukan berpedoman pada jumlah banyaknya eksemplar buku tetapi harus diperhatikan kualitas koleksi tersebut.
4. Kemutakhiran
Isi yang terdapat dalam bahan pustaka harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Unsur kerja sama dengan pihak lain
Perpustakaan sebaiknya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti pakar ilmu pengetahuan pengguna dalam melaksanakan pemilihan bahan pustaka agar relevansi koleksi dengan kebutuhan pengguna dapat dipenuhi.
Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:13), prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan dilakukan dengan cermat oleh pihak yang berwenang memilih
berdasarkan skala prioritas.
2. Pengadaan koleksi disesuaikan dengan program pendidikan yang dimiliki sekolah yang bersangkutan.
3. Bahan yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan pengguna yang terdiri
dari Siswa dan guru.
4. Koleksi hendaknya lengkap, tidak saja buku ajar wajib, tetapi juga
meliputi bahan-bahan yang berkaitan dengan program pendidikan.
5. Bahan yang diadakan diusahakan bersifat mutakhir sesuai dengn
perkembangan ilmu pengetahuan.
Dengan terpenuhinya prinsip pemilihan bahan pustaka tersebut diatas diharapkan bahwa koleksi perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pengguna dan tercapainya tujuan perpustakaan.
2.9.2 Alat Bantu Seleksi bahan Pustaka
Untuk dapat memperoleh koleksi yang dibutuhkan perpustakaan, maka perlu adanya alat bantu seleksi. Alat bantu seleksi bahan pustaka sangat diperlukan dan dipergunakan untuk memudahkan pemilihan dan pengadaan bahan pustaka
Menurut Milburga (2000: 74), alat bantu seleksi bahan pustaka tersebut adalah :
1. Katalog penerbit dalam dan luar negri yang berisi 2. Judul, anak judul, judul paralel
3. Edisi, negara, bahasa, bentuk 4. Kota terbit, penerbit,Tahun terbit
5. Harga langganan
7. Bibliografi Nasional dan Internasional 8. Bibliografi khusus bidang ilmu
9. Daftar tambahan koleksi perpustakan lain 10.Tim, bagan buku, iklan dan lain-lain.
Menurut Massofa (2008), alat bantu seleksi bahan pustaka untuk perpustakaan sekolah yaitu:
1. Katalog Penerbit 2. Bibliografi 3. Daftar Pustaka 4. Iklan atau brosur 5. Formulir Pemilihan
Menurut Yuven (2010), secara garis besar alat bantu seleksi bahan pustaka dapat dibedakan menjadi 2 kelompok:
1. Alat Bantu Seleksi
Yaitu alat yang dapat emmbantu pustakawan untuk memutuskan apakah bahan pustaka diseleksi, karne informasi yang diberikan dalam alat tersebut tidak terbatas pada data bibliografi, tetapi juga mencakup keterangan mengenai isi bahan pustaka tersebut, dan keterangan lain yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Informasi ini dapat diberikan dalam bentuk anotasi singkat saja, bisa berupa tinjauan dengan panjang yang bervariasi.
Contoh alat bantu seleksi antara lain:
a. Majalah tinjauan buku/bahan pustaka lain
b. Daftar judul untuk jenis perpustakaan tertentu, subjek tertentu, atau kelompok tertentu
c. Indeks
2. Alat Identifikasi dan Verifikasi
Yaitu alat bantu seleksi yang hanya mencantumkan data bibliografi bahan pustaka. Alat seperti ini dipakai untuk mengetahui judul yang telah terbit atau yang akan diterbitkan dalam bidang subjek tertentu, dari pengarang tertentu. Alat bantu ini dipakai untuk melakukan verifikasi apakah judul atau nama pengarang tepat, berapa harganya, terbitan berseri atau bahkan pandang dengar, masih ada dipasaran atau tidak.
Contoh alat indentifikasi dan verifikasi adalah: a. Katalog penerbit
b. Bibliografi
Menurut Darmono (2001:34), menyatakan alat bantu seleksi adalah sebagai berikut:
1. Katalog Penerbit dari Berbagi Penerbit
Katalog penerbit berisi informasi buku-buku terbaru dari penerbit dalam dan luar negeri. Informasi yang dikandung biasanya berisi judul, pengarang, tahun terbit, jumlah halaman, harga buku dan sering pula menyertakan anotasi atau deskripsi cakupan isi.
2. Tinjauan Buku
Tinjauan buku biasanya dimuat pada majalah ilmiah, surat kabar serta majalah popular. Ini merupakan salah satu alat untuk mengevaluasi dan seleksi tulisan bagi tulisan orang-orang ternama.
3. Bibliografi Nasional Indonesia
Berisi informasi tentang terbitan seluruh Indonesia yang mencakup buku, laporan penelitian, bacaan anak-anak, terbitan pemerintah, laporan konferensi serta peta.
4. Daftar Buku IKAPI
Daftar ini merupakan katalog berbagai penerbit Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Katalog ini diterbitkan IKAPI dan isi dari daftar ini memuat judul, pengarang, jumlah halaman, ISBN, dan harga buku. Alat ini memuat informasi judul buku yang merupakan gabungan dari berbagai bidang pengetahuan.
5. Resensi
Adalah suatu uraian pembicaraan maupun penilaian terhadap suatu karya yang menyangkut bentuk fisik maupun isinya. Resensi dapat disampaikan pada media tatap muka, diskusi buku, media cetak (buku, majalah, dan surat kabar), media dengar (radio), maupun media pandang dengar atau televisi.
Melalui alat bantu yang dijelaskan diatas, pustakawan atau pengguna dapat memilih bahan pustaka yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pustakawan juga dapat mengikuti berbagai bibliografis dan memuat evaluasi atas bahan pustaka yang dijadikan koleksi perpustakaan.
2.9.3 Pihak yang berwenang Melakukan Seleksi
Menurut Yuven, (2010), pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan