• Tidak ada hasil yang ditemukan

akumulasi modal. Bila diukur berdasarkan satuan tingkat pertumbuhan GNP, hal tersebut sama dengan penambahan tingkat tabungan domestik, yang pada

gilirannya akan meningkatkan rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratios) dan pendapatan per kapita negara-negara berkembang yang pada umumnya miskin modal. Dalam bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan neo-klasik Solow memakai fungsi agregat standar (P. Todaro dan Stephen C. Smith, 2003) :

Dimana :

Y = Produk Domestik Bruto;

K = stok modal fisik dan modal manusia; L = adalah tenaga kerja

A = produktivitas tenaga kerja;

α = elastisitas output terhadap modal (persentase kenaikan GDP yang bersumber dari 1 persen penambahan modal fisik dan modal manusia)

Menurut teori pertumbuhan neo-klasik tradisional (traditional neoclasiccal growth theory), pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor : kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), serta penyempurnaan teknologi (P. Todaro dan Stephen C. Smith, 2003). Suatu negara atau wilayah yang mengadakan hubungan perdagangan dan kerjasama investasi dengan negara-negara lain pasti akan mengalami konvergensi dan

peningkatan pendapatan per kapita karena arus modal akan masuk dari negara atau wilayah yang kaya ke negara atau wilayah yang miskin.

B. Definisi Ketenagakerjaan

Secara umum tenaga kerja (manpower) atau penduduk usia kerja (UK) diartikan sebagai penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun keatas) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Menurut Dumairy tenaga kerja adalah penduduk yang berumur

pada batas usia kerja, dimana batas usia kerja setiap negara berbeda-beda (Dumairy, 1996).

Hal serupa juga dinyatakan Simanjuntak (2001) yang menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah atau mengurus rumah tangga dengan batasan umur 15 tahun. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Sitanggang dan Nachrowi (2004) yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa.

Hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang memiliki tunjangan di hari tua yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta. Untuk golongan inipun, pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Oleh sebab itu mereka yang telah mencapai usaha pensiun biasanya tetap masih harus bekerja sehingga mereka tetap digolongkan sebagai tenaga kerja (Payaman Simanjuntak, 2001).

Pada statistik Indonesia sejak tahun 1971 batas usia kerja adalah seseorang yang sudah berumur 10 tahun atau lebih, namun sesuai dengan Konversi ILO

(International Labor Organization) semenjak dilaksanakan Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) tahun 2001 batas usia kerja yang semula 10 tahun atau lebih dirubah menjadi 15 tahun atau lebih. Konsep tersebut membagi penduduk menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja.

Angkatan kerja (labor force) adalah penduduk yang belum bekerja namun siap untuk berkerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku (Suparmoko, 2002). Dalam hal ini adalah penduduk yang kegiatan utamanya selama seminggu yang lalu bekerja (K), atau sedang mencari pekerjaan (MP). Untuk kategori bekerja apabila minimum bekerjaselama 1 jam selama seminggu yang lalu untuk kegiatan produktif sebelum pencacahan dilakukan. Sedangkan mencari pekerjaan adalah seseorang yang kegiatan utamanya sedang mencari pekerjaan, atau sementara sedang mencari pekerjaan dan belum bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu.

Jadi angkatan kerja dapat diformulasikan melalui persamaan identitas sebagai berikut: AK = K + MP. Penjumlahan angka-angka angkatan kerja dalam bahasa ekonomi disebut sebagai penawaran angkatan kerja (labour supply). Sedangkan penduduk yang berstatus sebagai pekerja atau tenaga kerja termasuk ke dalam sisi permintaan (labour demand).

Bukan Angkatan Kerja (unlabour force), adalah penduduk yang berusia kerja (15 tahun ke atas) yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan, dan sedang mencari kerja, yaitu : orang-orang yang kegiatannya sekolah (pelajar,mahasiswa), mengurus rumah tangga serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan

imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan,penderita cacat yang independen). Jadi jumlah usia kerja (UK) apabila dilihat melalui persamaan identitas adalah sebagai berikut:

Tingkat pengangguran (unemployment rate), adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja sedang aktif mencari pekerjaan, yaitu membandingkan jumlah orang yang mencari pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran (TP) dapat dirumuskan sebagai berikut: TP=MP/AK x 100%.

Tingkat Pengangguran Alamiah ( natural rate of unemployment ) adalah keadaan yang menunjukkan adanya tingkat pengangguran rata-rata yang berfluktasi. Tingkat Pengangguran alamiah bisa dipandang sebagai tingkat pengangguran yang mempengaruhi gravitasi perekonomian dalam jangka panjang, dengan adanya ketidaksempurnaan pasar tenaga kerja yang menyulitkan pekerja dari proses perolehan pekerjaaan dengan segera.

Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut secara aktif dalam kegiatan perekonomian.

Kesempatan kerja menurut BPS adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja atau disebut pula pekerja. Bekerja yang dimaksud disini adalah paling sedikit satu jam secara terus menerus selama seminggu yang lalu

Berikut beberapa definisi lain mengenai kesempatan kerja:

Esmara (1986), kesempatan kerja dapat diartikan sebagai jumlah penduduk yang bekerja atau orang yang sudah memperoleh pekerjaan, semakin banyak orang yang bekerja semakin luas kesempatan kerja.

Sagir (2000), memberi pengertian kesempatan kerja sebagai lapangan usaha atau kesempatan kerja yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi, dengan demikian kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan kesempatan kerja juga dapat diartikan sebagai partisipasi dalam pembangunan.

C. Teori Ketenagakerjaan 1. Teori Klasik Adam Smith

Adam Smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

2. Teori Klasik J.B. Say

Jean Baptise Say (1767-1832) mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri (supply creates its own demand). Pendapat Say ini disebut Hukum Say (Say’s Law). Hukum Say didasarkan pada asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Tiap ada produksi akan ada pendapatan, yang besarnya sama dengan nilai produksi tadi. Dengan demikian dalam keadaan keseimbangan, produksi cenderung menciptakan permintaannya sendiri akan produksi barang yang bersangkutan.

Berdasarkan asumsi seperti ini ia menganggap bahwa peningkatan produksi akan selalu diiringi oleh peningkatan pendapatan, yang akhirnya akan diiringi pula oleh peningkatan permintaan.

3. Teori Keynes

John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.

Menurut Keynes, kegiatan perekonomian tergantung pada segi permintaan, yaitu tergantung kepada perbelanjaan atau pengeluaran agregat yang dilakukan

perekonomian pada suatu waktu tertentu. Diartikan dengan pengeluaran agregat adalah pengeluaran yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa yang

dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu, dan hanya bisa diukur untuk suatu tahun tertentu.

Semakin besar pembelanjaan agregat (permintaan agregat) yang dilakukan dalam perekonomian, semakin tinggi tingkat kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja yang dicapai. Permintaan agregat yang wujudnya tidak selalu mencapai tingkat permintaan yang diperlukan untuk mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Oleh sebab itu, pengangguran akan selalu berlaku. Untuk mengatasinya, pemerintah perlu memengaruhi permintaan agregat.

Dalam hal ini, diasumsikan bahwa terdapat hubungan antara output nasional dan kesempatan kerja nasional. Apabila pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan

maka kesempatan kerja mengalami kenaikan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan maka kesempatan kerja pun akan mengalami penurunan.

Pandangan mainstream economy terhadap permintaan tenaga kerja adalah sebagaimana permintaan terhadap faktor produksinya, dianggap sebagai permintaan turunan (derived demand), yaitu penurunan dari fungsi perusahaan. Meskipun fungsi perusahaan cukup bervariasi, meliputi memaksimumkan keuntungan, memaksimumkan penjualan atau perilaku untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, namun maksimisasi keuntungan sering dijadikan dasar analisis dalam menentukan penggunaan tenaga kerja.

Mempertimbangkan hal tersebut (maksimisasi keuntungan), dan dengan asumsi perusaha beroperasi dalam sistem pasar persaingan, maka perusahaan cenderung untuk mempekerjakan tenaga kerja dengan tingkat upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja (ValueMarginal Product of Labor, VMPL). VMPL

menunjukkan tingkat upah maskimum yang mau dibayarkan oleh perusahaan agar keuntungan perusahaan maksimum.

4. Teori Harrord-Domar

Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan muncul dan disusul

D. Keseimbangan Tenaga Kerja

Penentuan jumlah pekerja yang akan digunakan dalam kegiatan ekonomi

diperlukan analisis mengenai pasar tenaga kerja. Pasar tenaga kerja tercipta karena adanya proses penempatan atau hubungan kerja yang meliputi permintaan dan penyediaan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja menjelaskan berapa banyak perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah pada periode tertentu. Permintaan tenaga kerja ini bertujuan untuk membantu proses produksi. Jadi besarnya permintaan tenaga kerja tergantung dari output yang dihasilkan. Permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan (Simanjuntak, 2001).

Penawaran tenaga kerja tergantung dari jumlah penduduk, persentase jumlah penduduk yang memilih masuk angkatan kerja, jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja dan upah pasar. Bagi pekerja upah adalah salah satu alat untuk meningkatkan daya beli dan meningkatkan kesejahteraan. Namun, bagi perusahaan upah mempengaruhi biaya produksi dan tingkat harga yang pada akhirnya berakibat pada pertumbuhan produksi, perluasan pasar, dan kesempatan kerja.

Teori ekonomi Neoklasik dijelaskan sifat penyediaan atau penawaran tenaga kerja dalam perekonomian yaitu :

a. Penawaran terhadap tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah meningkat.

b. Permintaan terhadap tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini dilukiskan dengan garis

We W1 W2 ND NS Kelebihan Permintaan Tenaga Kerja Kelebihan Penawaran Tenaga Kerja Tingkat Upah Tenaga Kerja E Le

Berdasarkan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah penyediaan tenaga kerja selalu sama dengan permintaan.

Gambar 4. Keseimbangan Tenaga Kerja.

Gambar 4 kurva ND menggambarkan permintaan tenaga kerja dalam

perekonomian dan kurva NS menggambarkan penawaran tenaga kerja dalam perekonomian.

Keseimbangan di pasar tenaga kerja tercapai ketika permintaan tenaga kerja di pasar adalah sama dengan penawarannya. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuilibrium (titik E). Titik E tersebut menentukan besarnya penempatan atau jumlah orang yang bekerja (L) dan tingkat upah (W). Jika terjadi

GDP riil

Pengangguran

ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja maka akan timbul masalah dalam pasar tenaga kerja.

Keseimbangan yang tercapai dapat terlihat jelas apabila kita membandingkannya dengan keadaan yang berlaku pada tingkat upah yang lain misal pada W1 atau W2. Apabila tingkat upah adalah W1 akan berlaku kelebihan penawaran kerja (berarti sebagian tenaga kerja menganggur). Apabila tingkat upah adalah W2 akan berlaku kelebihan permintaan tenaga kerja. Keadaanya menyebabkan kenaikan upah, yang seterusnya menyebabkan penawaran tenaga kerja bertambah dan permintaan tenaga kerja berkurang.

E. Teori Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Mankiw (2000), Okun seorang ahli ekonomi, memperkenalkan Hukum Okun dan menyatakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara tingkat

pengangguran dengan GDP (Gross Domestic Product) riil, di mana terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dengan GDP riil. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesempatan kerja dengan GDP riil.

Sumber : Mankiw 2000.

Kurva Hukum Okun pada Gambar 5 menjelaskan hubungan negatif (bila satu naik, yang lain turun) antara pengangguran dan GDP riil. Secara ringkas, ini didefinisikan sebagai :

Persentase GDP Riil = 3,5% - ( 2  Tingkat Pengangguran)

Jika tingkat pengangguran tetap sama, GDP riil tumbuh sekitar 3,5 persen. Untuk setiap poin persentase tingkat pengangguran meningkat, pertumbuhan GDP riil biasanya turun sekitar 2 persen.

Sementara itu dalam Todaro 2000, dijelaskan bahwa dalam teori pertumbuhan Harrord-Domar dinyatakan bahwa secara definitif tingkat pertumbuhan output (Y) dikurangi dengan tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja (Y/L) kurang lebih sama dengan pertumbuhan kesempatan kerja (L). Secara matematis hubungan-hubungantersebut dapat disajikan sebagai berikut:

=

Todaro menggunakan teori Harrod-Domar,menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya

dengan lebih mengutamakan perkembangan sektor-sektor ekonomi yang padat karya seperti sektor pertanian dan industri-industri berskala kecil. Apabila pertumbuhan ekonomi dilihat dari pertambahan output dalam bentuk GDP konstan, maka akan menghilangkan unsur inflasi di dalamnya.

Sementara itu di sisi lain inflasi ini sebenarnya dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat menciptakan kesempatan kerja. Secara umum pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi daerah yang ditentukan oleh perubahan PDRB dengan tahun dasar tertentu secara langsung ataupun tidak langsung akan meningkatkan kesempatan kerja.

F. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Perkembangan pembangunan ekonomi secara makro dapat digambarkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian dalam suatu wilayah.

PDRB merupakan penjumlahan dari semua barang dan jasa akhir atau semua nilai tambah yang dihasilkan oleh daerah dalam periode waktu tertentu (1 tahun). Dalam hal ini PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan faktor-faktor produksi. PDRB juga merupakan jumlah dari nilai tambah yang diciptakan dari seluruh aktivitas ekonomi suatu daerah atau sebagai nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah.

PDRB digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi yang terpenting adalah sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian (Mankiw,2007).

1. Metode Perhitungan PDRB

1.1.Pendekatan Produksi

Pendekatan dengan cara ini dimaksudkan untuk menghitung netto barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh sektor ekonomi selama setahun disemua wilayah. Barang dan jasa yang di produksi ini dimulai dari harga produsen yaitu harga yang belum termasuk biaya transport dan pemasaran karena biaya transport akan

dihitung sebagai pendapatan sektor transport, sedang biaya pemasaran akan dihitung sebagai pendapatan sektor perdagangan.

Nilai barang dan jasa pada harga produsen ini merupakan nilai produksi bruto (NPB), sebab masih termasuk didalamnya biaya-biaya barang dan jasa-jasa yang dipakai dan dibeli dari sektor lain. Untuk menghindari perhitungan dua kali (double account), maka biaya-biaya barang dan jasa-jasa harus dikeluarkan sehingga diperoleh nilai produksi netto atau disebut juga nilai tambah bruto (termasuk penyusutan dan pajak tidak langsung).

1.2.Pendekatan Pendapatan

PDRB dirumuskan jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi (berupa gaji dan upah, bunga, sewa dan laba) yang ikut serta dalam proses produksi suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun, berdasarkan pengertian diatas, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, anak keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak

penghasilan dan pajak langsung lainnya.

1.3.Pendekatan Pengeluaran

PDRB dihitung jumlah seluruh komponen pengeluaran akhir, meliputi

pengeluaran konsumsi rumah tangga dan swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto serta ekspor netto (yaitu ekspor dikurangi impor) didalam suatu wilayah/region dengan jangka tertentu/setahun. Dengan metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dan barang dan jasa yang diproduksi.

2. PDRB Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan

Pendapatan regional suatu propinsi dapat dipakai untuk mengukur kenaikan

tingkat pendapatan masyarakat. Kenaikan itu dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu: a. Kenaikan pendapatan yang benar-benar dapat menaikkan daya beli

penduduk (kenaikan riil).

b. Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan pendapatan yang disertai kenaikan harga pasar tidak menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan semacam ini merupakan kenaikan pendapatan yang semu (tidak riil).

Oleh karena itu berdasarkan kenyataan diatas, untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnya (riil) maka faktor inflasi harus dieliminir. Pendapatan regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi belum dihilangkan) merupakan pendapatan regional dengan harga yang berlaku. Sedangkan pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan pendapatan regional atas harga konstan.

G. Investasi

Investasi merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Ketika pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi tersebut diperkirakan akan mendatangkan keuntungan berupa hasil penjualan yang lebih besar dari pengeluaran yang untuk

investasi, maka investor akan memutuskan untuk melakukan investasi atau penanaman modal (Sukirno, 2005).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal, adapun tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain adalah untuk :

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. b. Menciptakan lapangan kerja.

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional. e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional. f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ada tiga bentuk pengeluaran investasi, yakni :

a. Investasi Tetap Bisnis (Business Fixed Investment) mencakup peralatan dan struktur yang perusahaan beli untuk proses produksi.

b. Investasi Residensial (Residential Investment) mencakup perumahan baru yang orang beli untuk ditinggali dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan.

c. Investasi Persediaan (Inventory Investment) mencakup barang-barang yang perusahaan tempatkan di gudang termasuk bahan-bahan dan perlengkapan, barang setengah jadi dan barang jadi (Mankiw, 2000).

Menurut definisi dari Badan Pusat Statistik (BPS), pembentukan modal tetap adalah pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru (bukan barang-barang konsumsi) baik dari dalam negeri maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri (domestik).

Berdasarkan dari sumber kepemilikan modal, maka investasi dapat dibagi menjadi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN).

1. Penanaman Modal Asing (PMA)

PMA adalah penanaman modal asing yang dilakukan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dan menanggung segala resiko penanaman modal tersebut secara langsung. Modal asing itu sendiri adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak berasal dari kekayaan devisa Indonesia.

Dalam Salvatore (1997), dijelaskan bahwa PMA terdiri atas:

a. Investasi portofolio (portfolio investment), yakni investasi yang melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatan-kegiatan investasi portofolio atau finansial ini biasanya

berlangsung melalui lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiun, dan sebagainya.

b. Investasi asing langsung (foreign direct investment), merupakan PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa

pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, dan sebagainya.

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

PMDN adalah penggunaan modal dalam negeri baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha. Modal dalam negeri adalah modal yang berasal dari kekayaan masyarakat Indonesia baik yang dimiliki oleh negara, swasta nasional, atau swasta asing.

Upaya dalam mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam satu tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi dalam negeri, meliputi pengeluaran atau pembelanjaan untuk:

a. Seluruh nilai pembelian para pengusaha dalam negeri atas barang modal dan membelanjakan untuk mendirikan industri-industri. b. Pengeluaran masyarakat untuk mendirikan tempat tinggal.

c. Pertambahan dalam nilai stok barang-barang perusahaan yang sumber pengadaannya berasal dari modal domestik berupa bahan mentah, barang yang belum diproses dan barang jadi.

Dokumen terkait