• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 KERANGKA TEORITIS

2.3 Investasi Pada Saham

Investasi menurut Sunariyah (2000: 2) adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang.

Investasi menurut Eduardus Tandelilin (2001: 3) adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Jadi investasi adalah penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva tetap atau pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan.

2.3.2. Jenis-jenis Investasi

Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets). Aktiva riil adalah aktiva berujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. Sedangkan aktiva finansial menurut Sunariyah (2000:2) adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas.

2.3.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Investasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi menurut Bapepam (1997: 82) adalah sebagai berikut.

(1) Faktor positif

Faktor-faktor positif yang mempengaruhi investasi adalah suplai uang yang cukup, pemotongan pajak, tingkat suku bunga yang rendah, stabilitas politik atau ekspektasi terhadap stabilitas, dan tingkat tenaga kerja yang tinggi.

(2) Faktor negatif

Faktor-faktor negatif yang mempengaruhi investasi adalah uang ketat, pajak meningkat, tingkat suku bunga tinggi yang menawarkan hasil yang lebih baik dalam investasi yang kurang berisiko, kerusuhan serta kekacauan politik, konflik internasional, dan penundaan pemilihan umum.

2.3.4. Tujuan Investasi

Tujuan orang melakukan investasi menurut Eduardus Tandelilin (2001:4) pada dasarnya adalah untuk menghasilkan sejumlah uang, akan tetapi tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang. Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seeorang melakukan investasi, adalah sebagai berikut.

(1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

(2) Mengurangi tekanan inflasi.

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat meghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

(3) Dorongan untuk menghemat pajak.

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.3.5. Risiko Investasi

Seseorang dalam melakukan investasi cenderung untuk menghindar dari kemungkinan menanggung risiko, tetapi tidak ada seorang pun yang terbebas dari risiko.

Timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi bersamaan atau hanya muncul dari salah satu saja. Risiko yang dimaksud menurut Kamaruddin Ahmad (1996: 4) adalah sebagai berikut.

(1) Risiko tingkat bunga, terutama jika terjadi kenaikan; (2) Risiko daya beli, disebabkan inflasi;

(3) Risiko pasar bear dan bull, trend pasar turun atau naik; (4) Risiko manajemen, kesalahan/kekeliruan dalam pengelolaan; (5) Risiko kegagalan, keuangan perusahaan ke arah kepailitan; (6) Risiko likuiditas, kesulitan pencairan/pelepasan aktiva;

(7) Risiko penarikan, kemungkinan pembelian kembalian aset/surat berharga oleh emiten;

(8) Risiko konversi, keharusan penukaran suatu aktiva; (9) Risiko politik, baik internasional maupun nasional; (10) Risiko industri, munculnya saingan produk homogen.

2.3.6. Pengertian Saham

Saham menurut Eduardus Tandelilin (2001: 18) merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan di pasar modal.

Saham (stock atau share) menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006: 6) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seeorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Saham menurut Rusdin (2006: 68) adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.

Jadi saham merupakan surat bukti kepemilikan atau bagian modal suatu persereoan terbatas yang dapat diperjualbelikan, baik di dalam maupun di luar pasar modal yang merupakan klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan; memberikan hak atas dividen sesuai dengan bagian modal disetor seperti yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan.

2.3.7. Jenis Saham 2.3.7.1. Saham Preferen

Saham preferen menurut H.M. Jogiyanto (2007: 67) merupakan saham yang memiliki sifat/karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa. Karakteristik saham preferen menurut H.M. Jogiyanto (2007: 68-69), adalah sebagai berikut.

(1) Hak preferen terhadap dividen, yaitu hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.

(2) Hak preferen pada waktu likuidasi, yaitu hak saham preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi.

Macam-macam saham preferen menurut H.M. Jogiyanto (2007: 70-72) adalah sebagai berikut.

(1) Convertible Preferred Stock

Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan.

(2) Callable Preferred Stock

Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya.

(3) Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP)

Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas t-bill (treasury bill). Di Indonesia, t-bill adalah SBI (Sertifikat Bank Indonesia) yang dikeluarkan oleh bank sentral (Bank Indonesia).

2.3.7.2. Saham Biasa

Saham biasa menurut H.M. Jogiyanto (2007: 73) merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam satu kelas saham saja. Hak-hak pemegang saham biasa menurut H.M. Jogiyanto (2007: 73-74) adalah sebagai berikut.

(1) Hak kontrol, yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih dewan direksi atau pimpinan perusahaan.

(2) Hak menerima pembagian keuntungan, yaitu hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.

(3) Hak preemtive, yaitu hak untuk mendapatkan persentasi kepemilikanyang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak control dari pemegang saham lama dan melindungi hara saham lama dari kemerosotan nilai.

2.3.8. Manfaat Investasi Pada Saham

Manfaat yang bisa diperoleh investor dalam berinvestasi pada saham menurut Rusdin (2006: 73) adalah sebagai berikut.

(1) Dividen

Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan diusulkan oleh Dewan Direksi dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Ada dua jenis dividen, yaitu dividen tunai dan dividen saham.

Dividen tunai yaitu jika emiten membagikan dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap saham yang dimiliki, sedangkan dividen saham yaitu jika emiten membagikan dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahaan tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham.

(2) Capital Gain

Investor dapat menikmati capital gain, jika harga jual saham melebihi harga beli saham tersebut.

2.3.9. Risiko Investasi Pada Saham

Risiko investasi yang akan ditanggung oleh investor dalam investasi pada saham menurut Rusdin (2006: 74) adalah sebagai berikut.

(1) Tidak ada pembagian dividen

Jika emiten tidak dapat membukukan laba pada tahun berjalan atau Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham karena laba yang diperoleh akan digunakan untuk ekspansi usaha.

(2) Capital Loss

Investor akan mengalami capital loss jika harga beli saham lebih besar dari harga jual saham.

(3) Risiko Likuidasi

Jika emiten bangkrut atau di likuidasi, para pemegang saham memiliki hak klaim terakhir terhadap aktiva perusahaan setelah seluruh kewajiban emiten dibayar. Yang terburuk adalah jika tidak ada lagi aktiva yang tersisa, maka para pemegang saham tidak memperoleh apa-apa.

(4) Saham Delisting dari Bursa

Karena beberapa alasan tertentu, saham dapat dihapus pencatatannya (delisting) di Bursa, sehingga pada akhirnya saham tersebut tidak dapat diperdagangkan.

Dokumen terkait