• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Investasi Tetap

1 Pra Operasional 325.000.000

2 Pekerjaan Sipil dan Struktur 5.765.000.000 3 Mesin dan Peralatan 7.950.000.000 4 Kendaraan Operasional 438.000.000 Total A 14.478.000.000 B Modal Kerja 13.645.707.895 Total B 13.645.707.895

Total Investasi (A+B) 28.123.707.895 Volume Produksi dan Biaya Produksi

Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan mulai berproduksi pada tahun ke-1 dengan kapasitas 60 persen dari total kapasitas, tahun ke-2 berproduksi 80 persen dari total kapasitas dan tahun ke-3 dan seterusnya pabrik berproduksi penuh. Volume produksi industri MES pada kapasitas penuh adalah 1.800 KLiter/tahun atau 150Kliter/bulan dengan nilai penerimaan dari penjualan MES sebesar Rp 44.100.000.000,-. Secara rinci, volume produksi dan nilai penjualan dari industri MES ini disajikan pada Lampiran 20. Biaya bahan baku yang dibutuhkan terdiri dari biaya bahan baku utama, bahan pembantu dan bahan kemasan. Kebutuhan biaya bahan baku industri MES pada kapasitas penuh adalah sebesar Rp 22.489.815.789,- per tahun. Biaya bahan baku industri MES ini disajikan pada Lampiran 21.

Biaya Operasional

Biaya operasional terdiri dari biaya operasional tetap dan biaya operasional tidak tetap. Biaya operasional tetap terdiri dari biaya operasional kantor, sedangkan biaya operasional tidak tetap terdiri dari biaya operasional pabrik dan biaya pemasaran. Biaya oprasional termasuk pula biaya tenaga kerja (Lampiran 22). Total kebutuhan biaya operasional industri MES ini pada kapasitas penuh adalah sebesar Rp 5.027.700.000,- per tahun. Secara rinci, kebutuhan biaya operasional industri MES ini dapat dilihat pada Lampiran 23.

Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi rugi laba digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha yang akan dijalankan. Profitabilitas usaha ini dilihat dari rugi laba yang timbul akibat kegiatan operasional pabrik. Nilai proyeksi rugi laba yang positif menunjukkan nilai penjualan produk lebih besar daripada nilai pengeluaran yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional pabrik untuk memproduksi produk tersebut atau dengan kata lain terdapat laba operasi. Untuk mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba setelah dilakukan perhitungan pajak. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang tentang perpajakan no.17 tahun 2000. Proyeksi laba rugi industri MES dapat dilihat pada Lampiran 24.

Proyeksi Arus Kas

Arus kas terdiri dari uraian pemasukan dan pengeluaran yang terjadi selama berlangsungnya proses produksi dan penjualan selama umur proyek berlangsung. Arus kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap tahunnya. Aliran kas masuk terdiri dari modal sendiri dan pinjaman serta laba/rugi bersih. Aliran kas keluar terdiri dari investasi tetap dan angsuran pinjaman pokok serta bunga. Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan kas keluar setiap tahunnya. Secara lengkap arus kas industri MES ini disajikan pada Lampiran 25.

Kriteria Investasi

Salah satu kriteria penentuan keputusan untuk merealisasikan suatu proyek adalah dengan berdasarkan perhitungan kriteria investasi. Perhitungan kriteria investasi ini diharapkan dapat menunjukkan tingkat kelayakan suatu proyek. Adapun kriteria investasi yang digunakan dalam aspek finansial ini meliputi NPV, IRR, B/C Ratio, PBP, BEP, dan analisis sensitivitas. Perhitungan kriteria investasi secara lengkap disajikan pada Lampiran 26.

1. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih dari nilai investasi sekarang dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk

menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Apabila nilai penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar daripada nilai sekarang investasi maka proyek tersebut menguntungkan sehingga dinyatakan layak.

Dari hasil perhitungan kelayakan investasi diperoleh NPV dari proyek industri MES ini adalah sebesar Rp 13.707.106.258,-. Hal ini menunjukkan proyek yang akan dilaksanakan dikatagorikan layak karena di masa akhir proyek nilai bersih yang dihasilkan bernilai positif

.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return merupakan ukuran keberhasilan suatu kegiatan investasi dilihat dari kemampuannya untuk menghasilkan keuntungan bersih, dimana setiap keuntungan bersih yang diperoleh diinvestasikan kembali pada tahun berikutnya. IRR dinyatakan dalam persen dan merupakan pembanding yang baik dengan tingkat discount rate modal yang berlaku. Jika nilai IRR lebih besar dari suku bunga yang ditetapkan, maka menunjukkan proyek mampu mengembalikan pinjaman modal serta memiliki peluang yang cukup baik untuk menghasilkan keuntungan.

Hasil perhitungan kelayakan investasi diperoleh nilai suku bunga dari proyek industri MES ini adalah sebesar 25,70 persen. Dimana hal ini menunjukkan proyek yang akan dilaksanakan dikatagorikan layak menurut parameter IRR, karena berada di atas suku bunga yang berlaku pada saat proyek dilaksanakan, yaitu sebesar 16 persen.

3. Benefit – Cost Ratio (B/C)

Rasio B/C (Benefit/Cost) menunjukkan manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi. Ratio ini dinyatakan sebagai perbandingan antara NPV positif (yang menyatakan keuntungan) dan NPV negatif (yang menyatakan aliran kas keluar) atau lebih singkatnya yaitu membagi nilai sekarang dari arus manfaat terhadap nilai sekarang dari arus biaya sehingga dapat diketahui kemampuan keuntungan (benefit) yang dihasilkan untuk menutupi biaya (cost) yang dikeluarkan.

Nilai rasio B/C lebih besar dari 1 mengindikasikan bahwa suatu proyek layak untuk dijalankan dan sebaliknya rasio B/C lebih kecil dari 1 menandakan proyek tersebut tidak layak. Perhitungan rasio B/C yang diperoleh untuk industri MES ini adalah 1,49. Dengan demikian proyek dikatakan layak karena rasio B/C lebih dari 1.

4. Pay Back Periode (PBP)

Masa pengembalian modal atau biasa disebut Pay Back Period (PBP) merupakan suatu simulasi yang digunakan untuk mengetahui lamanya periode yang dibutuhkan proyek untuk dapat mengembalikan seluruh modal yang telah dikeluarkan pada awal investasi. Perhitungan PBP menunjukan bahwa modal yang ditanamkan akan kembali setelah proyek industri MES berjalan selama 3,94 tahun.

5. Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) atau titik impas secara teoritis menunjukkan suatu titik dimana unit yang diproduksi menghasilkan pemasukan yang tepat sama dengan biaya yang telah dikeluarkannya. Titik impas merupakan keadaan usaha di mana dengan volume produksi tertentu atau dengan volume penjualan tertentu tidak mengalami kerugian atau keuntungan. Dengan kata lain titik impas menunjukkan jumlah minimum produk yang harus diproduksi atau dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Hasil perhitungan nilai BEP untuk industri MES ini pada kapasitas penuh adalah sebesar Rp 1.680.659.331,- dengan volume BEP sebesar 68.598 liter.

6. Analisis Sensitivitas

Untuk menghindari kerugian akibat perubahan-perubahan kondisi lingkungan yang tidak terduga pada saat pelaksanaan proyek, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas. Faktor-faktor penting dijadikan acuan untuk mengantisipasi perubahan tersebut adalah kemungkinan penurunan harga jual atau kenaikan harga bahan baku. Kedua hal ini secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi aliran kas (cash flow).

Hasil perhitungan analisis sensitivitas kelayakan finansial, ternyata proyek industri MES ini masih layak dilaksanakan jika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 10 persen atau jika terjadi penurunan harga jual sebesar 5 persen. Hasil analisis sensitivitas kelayakan finansial industri MES dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil analisis sensitivitas kelayakan finansial industri MES

Kriteria Investasi Kondisi NPV (Rp) IRR (%) Net B/C PBP (tahun) Keterangan

Harga normal 13.707.106.258 25,70 1,49 3,94 Layak Harga bahan baku naik 10% 2.875.884.664 18,05 1,10 4,95 Layak Harga bahan baku naik 13% (373.481.815) 15,73 0,99 5,36 Tidak layak Harga jual turun 5% 5.646.451.008 20,14 1,20 4,63 Layak Harga jual turun 9% (802.073.193) 15,39 0,97 5,43 Tidak layak

Dokumen terkait