BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Investasi
Berdasarkan teori
barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang.
Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti
pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Suatu pertambahan pada
pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang
lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan
lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang, walaupun suatu perusahaan lain
memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga
menunjukkan suat
meminjamkan untuk mendapatkan bunga.
Investasi dapat berupa bentuk aset riil (real assets), yaitu investasi dalam bentuk
aktiva berwujud fisik, seperti emas, batu mulia dan sebagainya. Dan juga dapat
12
investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim
atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga/perorangan tertentu.
Menurut Hamid dalam Ansor (2009) bahwa Investasi dapat diartikan sebagai
kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan
pada waktunya nanti investor akan mendapatkan jumlah keuntungan dari hasil
penanaman modal. Definisi investasi lain yang menyebutkan bahwa investasi
merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari suatu asset
selama periode waktu tertentu dengan harapan akan memperoleh penghasilan atau
peningkatan nilai investasi (Jones dalam Ansor, 2009). Berdasarkan definisi tersebut
maka dapat disimpulkan investasi adalah memanfaatkan aset yang dimiliki seseorang
untuk hal yang lebih bernilai, yang bertujuan untuk menambah atau meningkatkan
kesejahteraan pemilik modal atau aset.
Berdasarkan wujudnya investasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
real asset dan financial asset. Real asset adalah investasi yang secara fisik dapat
dilihat keberadaannya, seperti: tanah, bangunan, logam mulia, dan klaim perusahaan
dari pihak pemilik aset. Klaim tersebut biasanya dinyatakan ke dalam bentuk
sertifikat atau surat berharga yang menunjukkan kepemilikan aset keuangan. Dalam
penelitian ini yang menjadi bahan analisis adalah penelitian yang bersifat non real
atau financial asset. Dimana yang menjadi tujuan dari investasi ini adalah keuntungan
13
(kembalian) yang berupa capital gain atau capital loss. Jogiyanto (2003), capital gain
atau capital loss adalah keuntungan atau kerugian yang diterima karena selisih antara
harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi. Besarnya capital gain akan positif
bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya,
sedangkan terjadinya capital loss terjadi apabila harga jual saham lebih rendah dari
harga beli dari saham sehingga terjadi kerugian.
Jenis investasi dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan kepemilikan yaitu
investasi langsung dan investasi tidak langsung.
1. Investasi langsung (direct investing) diartikan sebagai suatu kepemilikan
surat-surat berharga secara langsung dalam suatu institusi/perusahaan tertentu yang
secara resmi telah di go public dengan tujuan mendapatkan tingkat keuntungan
berupa deviden dan capital gain.
2. Investasi tidak langsung (indirect investing), terjadi apabila suatu surat berharga
yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi
sebagai perantara. Kepemilikan aset secara tidak langsung dilakukan melalui
lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar, yang bertindak sebagai perantara.
Dalam perannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara
mendapatkan deviden seperti halnya dalam investasi langsung serta capital gain
14
Terdapat beberapa tujuan investasi yaitu untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan
untuk hemat pajak.
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.
Dalam melakukan kegiatan penanaman modal atau dalam melakukan investasi
investor harus mempunyai satu tujuan, yaitu untuk memperoleh keuntungan yang
akan meningkatkan pendapatan yang bertujuan untuk tekanan inflasi.
2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan kegiatan investasi dalam
perusahaan tentunya seseorang dapat menghindarkan kekayaan yang dimilikinya
tidak merosot nilainya.
3. Dorongan untuk hemat pajak. Banyak negara di dunia seperti Indonesia, pihak
pemerintahnya melakukan kebijaksanaan yang disebut tax holiday dimana tujuannya untuk menarik investor melakukan investasi pada bidang usaha
tertentu.
Dari beberapa tujuan investasi di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari
investasi secara garis besar yaitu, untuk mengharapkan pendapatan (return) yang lebih besar di masa yang akan datang tentunya dengan tingkat risiko yang melekat
pada investasi yang dilakukan tersebut. Manfaat dari investasi saham yang dapat
diperoleh investor melalui kepemilikan saham adalah memperoleh deviden dan
15
1. Deviden adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham,
sejumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.
2. Capital gain adalah selisih antara harga jual dengan harga beli atau disebut juga dengan selisih kenaikan kurs. Capital gain terjadi bila pemilik saham atau investor menjual sahamnya dengan kurs yang lebih dibandingkan dengan kurs
pada waktu pembelian.
2.4. Rasio Keuangan
Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolok ukur yang sering digunakan adalah rasio atau indeks, yaitu perbandingan atau hubungan yang pasti antara dua data keuangan. Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Jadi analisis rasio merupakan alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan. Analisis rasio merupakan alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan.
Analisis rasio yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan laba rugi, dapat memberikan gambaran tentang berbagai aktivitas yang telah dilakukan perusahaan serta posisi keuangan pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan para manajer
16
memperkirakan reaksi para kreditur dan investor atas laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
2.4.1. Rasio Profitabilitas
Rasio keuntungan (profitabilitas ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, yang merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Rasio profitabilitas diwakili rasio return on equity.
Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Bringham dan Hosuton, 2004).
Dalam perhitungannya, secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli. Dengan demikian maka Return on Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan
17
harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi (Weston dan Bringham, 2005).
Return on Equity (ROE) adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga
modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax / EAT). Return
on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat
kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wira (2008), terdapat keterkaitan antara
return saham dan Return on Equity (ROE). Hasil yang diperoleh adalah bahwa
Return on Equity (ROE) mempunyai konsistensi memprediksi return saham dari
tahun ke tahun secara signifikan.
Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan yang semakin efisien dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007). Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli.
Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif
18
(ROE) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa
mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi
penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang
prospek perusahaan di masa mendatang.
2.4.2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas, yaitu rasio yang memperlihatkan hubungan (perbandingan)
antara kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Tujuannya untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Dari ratio likuiditas ini dapat diketahui apakah perusahaan mampu memenuhi
kewajibannya yang akan segera jatuh tempo. Rasio likuiditas diwakili curren ratio. Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rasio lancar menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat
dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi aktiva lancar dalam periode yang
sama dengan jatuh temponya utang. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang
memiliki rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan
banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan
19
menaksir risiko hutang yang disajikan dalam neraca adalah rasio lancar. Rasio ini
menghubungkan aktiva lancar terhadap kewajiban lancar untuk mencoba
memperlihatkan keamanan klaim pemberi hutang jika ada kegagalan”.
Current ratio dapat dihitung dengan rumus: Aktiva Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar Menurut Harahap (2005:301):
Rasio lancar dapat dibuat dalam bentuk beberapa kali atau dalam bentuk persentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100 % ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100 %. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.
2.4.3. Rasio Leverage
Rasio hutang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang, dan juga mengetahui kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage diwakili oleh
debt to equity ratio.
Menurut Husnan (2005:134) bahwa “Debt to Equity Ratio (DER) merupakan
rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam
20
perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya”. Debt to Equity Ratio
(DER) memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan yang dijamin
dengan modal perusahaan sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha.
Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)
terhadap total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar
dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban
perusahaan terhadap pihak luar atau kreditur
Rasio DER untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri. Selain itu
rasio ini juga bisa digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio DER berarti modal
sendiri yang digunakan semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Perhitungan
DER dilakukan dengan menggunakan rumus:
Total Kewajiban
DER = x 100 % Total Ekuitas
2.4.4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Aktivitas yang rendah pada tingkat
21
penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Rasio aktivitas diwakili rasio total asset turnover.
Rasio total asset turnover mengukur efektivitas penggunaan setiap rupiah dana yang tertanam dalam aktiva untuk menghasilkan penjualan. Rumus total asset turnover sebagai berikut:
Sales Total assets turnover =
Total assets
2.4.5. Rasio Pasar
Rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan sudut investor atau calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Rasio pasar diwakili oleh price earning ratio.
Menurut Jogiyanto (2000), price earning ratio.(PER) merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan
22
bersih per saham. Jika dikatakan suatu saham mempunyai PER 5 kali, berarti harga saham tersebut merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan.
Saham yang memiliki PER yang semakin kecil bagi pemodal akan semakin
bagus, karena saham tersebut memiliki harga yang semakin murah. PER merupakan
salah satu segi untuk memandang kinerja harga saham. Dwi dan Rifka (2002:96)
menyatakan bahwa oleh para investor angka ratio PER digunakan untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earnings power) di
masa datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung
pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang
tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang rendah, cenderung memiliki PER yang rendah pula.PER menjadi
tidak mempunyai makna apabila perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah
(abnormal) atau menderita kerugian. Pada keadaan ini, PER perusahaan akan begitu
tinggi (abnormal) atau bahkan negatif.
Menurut Smith et.al. (1995), price earning ratio dihitung dengan membagi harga pasar dari suatu saham dengan earnings per share tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung price earnings ratio adalah:
Market Price Per Equity Share Price Earning Ratio =
23 2.5. Return Saham
Setiap investor yang ingin melakukan investasi memilki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan keuntungan (return). Selain memiliki tujuan yang sama, investor (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung. Menurut Jogiyanto (2003), return dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (1) return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi, dan (2) return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor (shahib al-mal) di masa mendatang.
Menurut Sitompul (2004), Expected return didefinisikan sebagai return yang diharapkan oleh seorang investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal perusahaan sebagai contoh kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur hutang perusahaan, dan lain sebagainya. Kemudian yang kedua faktor eksternal seperti pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, dll. Faktor ekonomi misalnya terjadinya inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga).
Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan (Thian, 2001). Tujuan investor dalam
24
berinvestasi adalah ntuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return saham yang tinggi mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Return saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pula memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham.
2.6. Penelitian Terdahulu
Permana (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan perbankan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur menggunakan Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV) dan Price Earnings Ratio (PER). Penelitian dilakukan atas 20 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk perioda 2004 sampai dengan 2008. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, sedangkan Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), Price Earnings Ratio (PER) sebagai variabel independen. Hasil penelitian yang menggunakan metoda regresi berganda sebagai alat analisis data ini menyatakan bahwa Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif secara simultan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, Return on Asset
25
(ROA) dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Dalam penelitiannya, Hadianto (2008) menguji pengaruh EPS dan PER secara parsial dan simultan terhadap nilai perusahaan dalam sektor perdagangan besar dan ritel. Sampel diambil dengan menggunakan metoda purposive sampling dengan kriteria emiten yang bergerak dalam sektor perdagangan besar dan ritel yang secara konsisten menjadi saham pembentuk indeks LQ 45 di BEI tahun 2000-2005 yang terdiri atas PT Ramayana Santosa Lestari, Tbk. dan PT Matahari Putra Prima, Tbk. Peneliti menggunakan model regresi panel data sebagai metoda analisis data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa EPS dan PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Secara simultan, EPS dan PER juga berpengaruh terhadap harga saham.
Lestari, dkk. (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental dan teknikal terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 rasio keuangan yang terdiri atas Current Ratio, Quick Ratio, Leverage Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Operating Margin, Return on Investment, Return on Equity, Price Earnings Ratio, dan Price to Book Value. Faktor teknikal yang digunakan adalah volume perdagangan dan indeks harga saham individu. Peneliti menggunakan 16 perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan tahun
26
2003 dalam penelitiannya. Sampel ini dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa faktor fundamental yang terdiri atas Quick Ratio, Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover, Operating Profit Margin, Return on Investment, dan Price Earnings Ratio, serta faktor teknikal yang terdiri volume perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, Leverage Ratio, Operating Profit Margin, Price Earnings Ratio, volume perdagangan dan indeks harga saham individu berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Trisnawati (2009) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham serta untuk mengetahui ukuran kinerja yang berpengaruh paling signifikan terhadap return saham. Sampel penelitian diambil berdasarkan metoda purposive sampling yang terdiri atas 23 perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Penelitian ini menggunakan metoda regresi berganda untuk menganalisis data. Hasil empiris menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
27 Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel Teknik
Analisis Hasil penelitian Permana (2010) Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2004-2008 Variabel independen adalah EPS, ROA, LEV, PER, variabel dependen nilai perusahaan
Regresi Linier Berganda
Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif secara simultan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, Return on Asset (ROA) dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Hadianto (2008)
Pengaruh EPS dan PER terhadap Harga Saham Sektor
Perdagangan Besar dan Ritel pada Perioda 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia
Variabel independen adalah gEPS dan PER, variabel dependen harga saham
Regresi Linier Berganda
EPS dan PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Secara simultan, EPS dan PER juga berpengaruh terhadap harga saham
28 Lestari (2007) Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Variabel independen adalah current ratio, quick ratio, leverage ratio, debt to equity ratio, inventory turnover, fixed asset turnover, total asset turnover, gross profit margin, operating profit margin, net operating margin, return on investment, return on equity, PER, PBV, variabel dependen adalah volume perdagangan dan indeks harga saham
Regresi linier berganda
Faktor fundamental yang terdiri atas Quick Ratio, Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover, Operating Profit Margin, Return on Investment, dan Price Earnings Ratio, serta faktor teknikal yang terdiri volume perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, Leverage Ratio, Operating Profit Margin, Price Earnings Ratio, volume perdagangan dan indeks harga saham individu berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Trisnawati (2009)
Pengaruh Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham pada Perusahaan
Manufaktur di BEI
Variabel independen adalah EVA, Arus kas operasi, residual income earnings, operating leverage, MVA variabel dependen adalah return saham Regresi linier berganda
Semua variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham
29 2.7. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dan mampu