• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI PENDUKUNG

4. Alat Penguji Tegangan Tembus Minyak Trafo

3.7 Investigasi Kerusakan

Menganalisa kerusakan adalah kegiatan awal dalam proses perbaikan transformator distribusi dengan cara melakukan pengujian-pengujian untuk

mengetahui nilai-nilai secara data teknis dan melakukan pengamatan secara visual pada body transformator.

Tujuan dari menganalisa kerusakan adalah untuk mengetahui jenis kerusakan yang dialami transformator yang akan diperbaiki. Hal ini penting untuk dilakukan untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan ditempuh untuk memulai perbaikan

Selain itu, dari hasil analisa kerusakan akan diketahui kondisi transformator, apakah nantinya transformator mengalami kerusakan yang parah atau tidak. Kerusakan transformator dikelompokkan menjadi dua yaitu:

3.7.1 Pemeriksaan Fisik Bagian Luar ( Visual )

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan awal terhadap trafo yang mengalami gangguan. Tahapan ini perlu dilakukan karena sering terjadinya kerusakan yang hanya bersifat fisik secara kasat mata dan sifat kerusakannya tidak terlalu parah, yaitu:

Bushing isolator primer atau sekunder pecah yang mengakibatkan tegangan atau arus dari penghantar bocor terhadap body, hal ini bisa terjadi pada saat hujan atau basah.

Baut bushing primer atau sekunder rusak ulirnya sehingga titik kontak dengan kawat penghantar tidak kuat (lost contac).

Periksa kedudukan kontrol minyak trafo yang sering terjadi bocor karena seal atau karet ring sudah aus karena usia pakai atau sering terkena panas.

Periksa kondisi body trafo terutama pada sirip-sirip yang ada disekitar body trafo. Kerusakan biasanya bocor karena karat (pada trafo pemasangan luar atau out door) yang mengakibatkan minyak rembes dan akan berkurang walaupun dalam jangka waktu yang lama.

3.7.2 Pemeriksaan Elektrik

Pemeriksaan elektrik ini pertama dilakukan apabila trafo yang dianggap rusak tapi secara fisik terlihat masih baik.hal ini pernah terjadi akibat user atau pemakai trafo merasa ragu terhadap alat dan kemampuan user dalam menganalisa kerusakan apakah betul trafo tersebut rusak. Pemeriksaan elektrik ini diperlukan sebuah alat ukur yang dapat mengetahui berapa besar kekuatan tahanan isolasi, baik pada kumparan primer maupun sekunder. Alat ini dinamakan Megger.

Alat ukur ini merupakan alat yang dipakai untuk mengetahui besaran kemampuan tahanan isolasi pada kumparan primer dan kumparan sekunder. Skala alat ukur ini dari 0 sampai 200.000 MΩ menunjuk secara otomatis pada saat melakukan pengukuran.

Cara pemeriksaan tahanan isolasi kumparan primer atau kumparan sekunder ialah sebagai berikut :

Sebelum melakukan pengukuran tahan isolasi terlebih dahulu dicek kesiapan alat ukur, yaitu kondisi batere alat ukur tersebut. Saklar operasi pada alat ukur mempunyai akurasi yang baik apabila jarum penunjuk pada posisi batere “Battery Good” yang tertera pada alat ukur.

Sambungkan kabel pada lubang kontak yang tersedia ( biasanya sesuai warna kabel). Jepitkan kabel pada kontak bertanda Ω (ohm) pada alat ukur ke titik fasa kumparan primer yang ada di ujung bushing primer, dan kabel yang bertanda kontak ke body kemudian dijepitkan ke bodytrafo.

Putar selektor ke posisi Ω (ohm), perhatikan jarum penunjuk. Apabila jarum menunjuk ke posisi 0 (nol) berarti kawat kumparan mengalami kerusakan isolasi sehingga terjadi hubung singkat ke body (short). Apabila jarum menunjuk ke suatu angka berarti kawat kumparan masih mempunyai tahanan isolasi. Besaran angka yang ditunjuk menunjukkan besarnya tahanan isolasi yang dimiliki kawat

kumparan terhadap body. Pada alat ukur ini mempunyai dua baris besaran angkadalam satuan mega ohm (MΩ), yaitu pada baris pertama warna merah dari 0 (nol) sampai dengan 5.000 MΩ. Pada baris kedua dengan warna hjau mulai 2.000 MΩ sampai 200.000 MΩ dan tanda tak berhingga (∞). Apabila tahanan yang diukur melebihi 5.000 MΩ maka jarum akan berubah posisinya dari baris pertama (merah) ke baris kedua (hijau) dengan angka awal 2.000 MΩ dulu baru menunjuk ke angka yang sebenarnya, misalnya :10.000 MΩ. Begitu selanjutnya cara mengukur pada bagian yang lainnya dengan cara yang sama.

Dari pengalaman penulis memperoleh suatu pendekatan bahwa hasil ukur tahanan isolasi dinyatakan masih baik apabila didapat angka ≥ 500 MΩ untuk trafo yang sudah beroperasi bertahun-tahun , tetapi untuk trafo baru dinilai layak apabila hasil ukur tahanan isolasi sebesar ≥ 2000 MΩ.

Transformator dinyatakan masih layak pakai apabila hasil pengukuran pada ketiga fasa primer menunjukkan angka yang sama (mendekati sama), apabila ada perbedaan yang besar maka kondisi trafo sudah tidak layak pakai karena salah satu fasa mengalami kegagalan isolasi yang akan mengakibatkan trafo meledak. Beberapa hal yang dapat diketahui dari pengujian dengan menggunakan megger antara lain:

a. Hubung singkat primer dengan sekunder b. Hubung singkat primer dengan body c. Hubung singkat sekunder dengan body

Apabila hasil pengukuran secara elektrik pertama ditemukan kelainan maka langkah selanjutnya kumparan dan inti besi dibongkar untuk dicari kerusakannya. Jenis kerusakan ada yang terlihat dengan kasat mata dan ada yang tidak terlihat, biasanya kerusakan isolasi pada bagian dalam atau pada posisi lilitan ditengah kumparan. Yang terlihat dengan mata kerusakan trafo bisa langsung diperbaiki. Tetapi bila tidak dapat dilihat oleh kasat mata kerusakan

harus ditentukan dengan pengujian tegangan rendah, TR (Turn Ratio) atau TTR (Transformer Turn Ratio). TR dan TTR memang cukup rumit karena diperlukan pemahaman tentang teori yang ukup baik terutama tentang standarisasi dan penguasaan vektor.

Cara pengujian tegangan rendah bisa dilakukan karena mudah dan cepat dipahami. Yaitu dengan cara menggunakan transformator regulator yang bisa mengatur tegangan antara 12 volt hingga 50 volt. Tegangan rendah (LV) dimasuki tegangan 12 volt terlebih dahulu, arus yang mengalir dibaca. Jika arus yang mengalir terlalu besar maka bisa dipastikan terjadi kebocoran atau hubung singkat pada fasa tersebut. Cara ini memerlukan pengalaman dan sebelum melakukan cara ini harus dicatat hasil pengujian terhadap trafo yang normal sebagai pedoman. Hasilnya berbeda antara trafo satu dengan trafo lainnya sesuai daya dan kualias produknya.

Dari berbagai pengalaman pada jenis kerusakan peralatan utama dari sebuah trafo ditemukan berbagai jenis tingkat kerusakan yang sangat bervariasi. Tetapi dalam pembahasan ini akan diuraikan proses rewinding pada trafo

distribusi 100 KVA fasa 3 hasil rekondisi yang umum dilakukan dan sesuai

dengan pengalaman penulis.

Berikut proses rekondisi yang mempunyai target kualitas baik (minimal mendekati kualitas trafo baru) dengan memperhatikan faktor ekonomis dalam pembiayaan.

Dokumen terkait