• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bakteri asam laktat diisolasi dari bubuk hasil fermentasi biji kakao hibrid yang telah difermentasi selama 72 jam. Proses isolasi

BAL diawali dengan proses enrichment,

dimana 1 g sampel bubuk biji dimasukkan ke dalam 9 mL MRS Broth (Merck), lalu

dihomogenkan sehingga didapatkan

pengenceran 10-1 kemudian di inkubasi pada

suhu 37 oC selama 24 jam.

Setelah inkubasi, sampel diencerkan

menggunakan media pepton water (Merck) di

dalam tabung Eppendorf. Pengenceran

dilakukan secara bertingkat sampai 10-9,

dengan cara 100 L dari enrichment atau

pengenceran10-1 ditambahkan ke dalam

tabung Eppendorf yang berisi 900 L pepton water sehingga didapat pengenceran 10-2,

selanjutnya diambil 100 L dari pengenceran

10-2 ditambahkan ke dalam tabung Eppendorf

yang berisi 900 L pepton water sehingga didapatkan pengenceran 10-3 dan seterusnya

hingga didapatkan pengenceran 10-9.

Kemudian dilakukan proses plating, kultur dari pengenceran 10-9 diinokulasikan pada

media MRS Agar (Merck), diinkubasi secara anaerob pada suhu 37oC selama 48 jam.

Koloni BAL tunggal yang tumbuh pada

permukaan media dimurnikan kembali

dengan cara menginokulasikan koloni ke dalam media MRS Agar (Merck) secara gores dan diinkubasi secara anaerob pada suhu 37

oC selama 48 jam.

Karakterisasi Bakteri Asam Laktat

A. Identifikasi Morfologi BAL

Kegiatan identifikasi morfologi BAL

dilakukan dengan dua cara, yaitu identifikasi makroskopik dan mikroskopik. Identifikasi makroskopik yang diamati adalah bentuk, warna, dan ukuran koloni BAL yang tumbuh pada media MRS Agar sedangkan identifikasi

mikroskopik yaitu bentuk sel dengan

pewarnaan Gram

B. Uji Antimikroba

Uji aktivitas antimikroba dilakukan terhadap tiga bakteri uji yaitu Escherichia coli, Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus. Bakteri asam laktat ditumbuhkan dalam media 10 mL MRS

broth di inkubasi selama 24 jam. Bakteri asam laktat diujikan dengan bakteri indicator yang telah ditumbuhkan selama 24 jam pada media LB (Luria Bertani) suhu 37oC. Uji Antimikroba

dengan menggunakan metoda Kirby-Bauer dengan cara bakteri indikator dioleskan

merata pada permukaan NA dengan

menggunakan cottonbud, kemudian pada

kertas cakram dicelupkan bakteri asam laktat dan ditanam pada permukaan NA yang telah diolesi bakteri indikator. Zona bening yang terbentuk diamati pada jam ke 24, 48 dan 72.

Isolat dengan zona hambat tertinggi

dilakukan pengujian ketahanan terhadap berbagai variasi pH dan suhu.

Pengaruh Suhu dan pH terhadap Aktifitas Antimikroba

A. pH

Pengujian resistensi terhadap pH dilakukan pada beberapa variasi pH media MRS Broth yaitu pH 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 (menggunakan HCl 1N dan NaOH 1 N sebagai pengatur pH). Isolat terpilih diinkubasi pada media MRS Broth dengan berbagai yang diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC secara

anaerob. Kultur yang terbentuk akan

dilakukan uji antimikroba dengan metoda Kirby-Bauer seperti dijelaskan pada prosedur uji antimikroba.

B. pH

Pengujian resistensi terhadap suhu dilakukan pada beberapa variasi suhu inkubasi kultur bakteri asam lakat, yaitu 37, 45, 55, 65, dan 75

oC. Isolat terpilih diinkubasi pada MRS Broth

selama 24 jam pada suhu 37, 45, 55, 65, dan 75

oC secara anaerob. Kultur yang terbentuk

akan dilakukan uji antimikroba dengan metoda Kirby-Bauer seperti dijelaskan pada prosedur uji antimikroba.

Isolasi DNA

Isolat BAL diinokulasikan dalam media 10 mL media MRS Broth dan diinkubasi secara anaerob selama 2 jam. Kultur BAL disentrifus sebanyak 6 mL pada suhu 4 °C selama 5

menit, dengan kecepatan 14.000 rpm.

95

diperoleh ditambahkan 500 μL 1 x TE, 50 μL

SDS 10 % dan 5 μL proteinase K 10 mg/mL

dan divoeteks. Diinkubasi pada suhu 37 oC selama 1 jam. Ditambahkan 600 μL larutan

fenol : kloform (P:C) (1:1), disentrifus dengan kecepatan 14.000 rpm selama 5 menit. Lapisan atas dipindahkan ke tabung Eppendorf baru,

ditambahkan 600 μL PC, dibolak balik,

disentrifus 14.000 rpm selama 5 menit.

Lapisan atas dipindahkan ke tabung

Eppendorf baru, tambahkan dengan natrium asetat 3 M sebanyak 1/10 dari volume yang

ada kemudian tambahkan isopropanol

sebanyak 6/10 volume yang ada, lalu dibolak balik dan disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 14.000 rpm. Supernatan dibuang

dan pelet DNA dicuci dengan dengan 100 μL

etanol 70% dingin, dikering anginkan. Setelah kering larutkan pellet DNA dengan 1xTE sebanyak 25 μL.

Amplifikasi Gen 16S Rrna

DNA diamplifikasi menggunakan PCR 30 siklus. Primer yang digunakan :

27F : AGA GTT TGA TCM TGG CTC AG M = C; A

1525R : AAG GAG GTG WTC CAR CC W = A; T

Bahan-bahan yang digunakan untuk satu sampel dalam reaksi PCR (Polymerase Chain

Reaction) adalah 20 µl ddH2O, 3 µl primer mix

27F-1525R 5pmol/µl, RTG (Ready to Go) PCR

bead, dan 2 µL templet DNA. Dengan kondisi

PCR: denaturasi awal 94 °C selama 5 menit, denaturasi 94 °C selama 1 menit, annealing 57 °C selama 1 menit, ekstensi 72 °C selama 1 menit dan final extension 72 °C selama 5 menit sebanyak 30 siklus. Produk PCR dianalisa dengan elektroforesis.

Elektroforesis

Sebanyak 25 μL produk PCR ditambah

dengan 1,5 μL BPB (Bromo Phenol Blue)

dielektroforesis pada 100 V selama 30 menit dengan 1 % agarose gel. Sebagai marker digunakan 1 kb DNA Ladder (Takara) dan DNA lambda 50 ng/µL. Gel kemudian divisualisasikan dibawah lampu ultraviolet setelah ditambahkan etidium bromida.

III. Hasil dan Pembahasan

Isolasi Bakteri Asam Laktat dari Fermentasi Kakao Hibrid

Hasil penelitian menunjukkan terjadinya perubahan pH selama proses fermentasi kakao hibrid, yaitu dari 4 menjadi 3,5. Hal ini disebabkan karena selama proses fermentasi

menghasilkan asam-asam organik yang

merupakan hasil hidrolisis senyawa kompleks seperti karbohidrat, asam lemak dan juga sebagai hasil aktivitas pertumbuhan bakteri yang menghasilkan asam laktat, asam asetat,

etanol dan CO2.

Jumlah koloni bakteri asam laktat yang

dihasilkan pada pengenceran 10-9 adalah 6,5 x

1010 CFU/g. Hasil ini sesuai dengan ketentuan

pangan probiotik menurut FAO/WHO bahwa

penambahan pangan probiotik harus

memperhatikan kesehatan inang tempat bakteri hidup konsentrasi itu berkisar antara 106- 107 CFU/mL tujuan ini agar terjadi

keseimbangan mikroflora di usus.15

Bakteri asam aktat yang terisolasi dilanjutkan ke tahap pemurnian untuk mendapatkan bakteri asam laktat yang lebih murni. Dari hasil pemurnian ini diperoleh sembilan isolat BAL yaitu H1, H2, H3, H4, H5, H6, H7, H8 dan H9.

Karakterisasi Bakteri Asam Laktat

Identifikasi Bakteri Asam Laktat

Identifikasi dilakukan terhadap 9 isolat dengan cara makroskopik dan mikroskopik. Secara makroskopik pengamatan meliputi ukuran koloni, bentuk koloni, permukaan koloni, dan warna koloni yang dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan secara mikroskopik dilakukan dengan pewarnaan Gram untuk mengamati bentuk sel bakteri. Identifikasi BAL secara makroskopik pada medium MRS agar terlihat bentuk koloni pada umumnya bulat dan bundar, dengan ukuran koloni bervariasi, permukaan koloni berbentuk cembung dengan tepian licin, berwarna putih susu dan putih kekuningan. Sebelumnya

identifikasi morfologi BAL juga telah

dilakukan pada penelitian sebelumnya dari fermentasi buah sirsak dan pulp kakao hibrid

bahwa morfologi koloni BAL yang

96

dengan ukuran koloni rata-rata ± 2-4 mm,

permukaan koloni berbentuk cembung

dengan tepian licin, berwarna putih susu.15, 16

Identifikasi mikroskopik dilakukan dengan

pewarnaan Gram. Identifikasi dengan

pewarnaan Gram ini mengelompokkan

bakteri berdasarkan reaksi kimia, dimana pewarnaan Gram ini akan membagi bakteri menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif, perbedaan ini disebabkan karena lapisan dinding sel bakteri juga berbeda.

Tabel 1. Identifikasi bakteri asam laktat secara makroskopis dan mikroskopis

No. Kode Isolat Warna koloni pada

media agar Warna sel Gram Bentuk sel

1. H1 Putih susu Ungu Positif Basil

2. H2 Putih susu Ungu Positif Basil

3. H3 Putih susu Ungu Positif Basil

4. H4 Putih susu Ungu Positif Basil

5. H5 Putih susu Ungu Positif Basil

6. H6 Putih susu Ungu Positif Basil

7. H7 Putih susu Ungu Positif Basil

8. H8 Putih susu Ungu Positif Basil

9. H9 Putih susu Ungu Positif Basil

Uji Antimikroba

Hasil uji penghambatan pertumbuhan bakteri indicator Salmonell typhi, escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi

cakram menunjukkan kesembilan isolat

memperlihatkan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri indikator, ditandai

dengan terbentuknya zona bening di sekitar kertas cakram dengan ukuran yang bervariasi. Gambar zona bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar. 1. Zona hambat ke-9 isolat terhadap Salmonella typhi, A. Isolat H1, H2, H3, H4 dan B. Isolat H5, H6, H7, H8, H9

Kemampuan sembilan isolat bakteri asam laktat dalam menghambat pertumbuhan bakteri indikator patogen berbeda-beda. Isolat yang paling potensial dalam menghambat bakteri Escherichia coli adalah isolat H5 dengan diameter zona bening sebesar 9,5 mm. sedangkan isolat H9 adalah isolat yang paling potensial dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Salmonella typhi dan Staphylococcus

aureus dengan diameter zona bening berturut-

turt adalah 10,5 mm dan 18 mm. dari uji antimikroba ini dipilih isolate H9 sebagai

isolate potensila yang dilanjutkan uji

97