GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN ANALISIS
TOTAL 372 342 318 257 185 1474 Sumber data : data olahan PT. JAYA ASRI GARMINDO
2. Jahitan Berkerut 3. Jahitan Mleset
4. Saku tidak sejajar 5. Lain – lain
a. Kancing lepas b. Salah size c. Kurang halus
Jenis kerusakan yang terjadi bisa bermacam – macam, untuk mengetahui
prosentase kerusakan dihitung dengan rumus :
= usakan osentaseker Pr usakan Total akan Jumlahkeus ker ´ 100% 1) Jahitan lepas = 1474 372 ´ 100 % = 25.23%. 2) Jahitan berkerut = 1474 342 ´ 100 % = 23.20%. 3) Jahitan mleset = 1474 318 ´ 100 % = 21.57%.
4) Saku tidak sejajar =
1474 257 ´ 100 % = 17.43%. 5) Lain – lain = 1474 185 ´ 100 % = 5.76%. Tabel 3.7
Prosentase Jenis Kerusakan
Jenis Kerusakan Jumlah Kerusakan % kerusakan
Jahitan lepas 372 25.23 %
Jahitan berkerut 342 23.20 %
Jahitan mleset 318 21.57 %
Saku tidak sejajar 257 17.43 %
lv
Sumber data : data olahan PT. JAYA ASRI GARMINDO
Dari tabel diatas dapat diketahui data mengenai jenis kerusakan kemeja
Esprit S39087, untuk jenis kerusakan terbanyak adalah jahitan lepas sebesar
372 atau 25.23 % dan jenis kerusakan paling sedikit adalah Lain – lain misal
kancing lepas, salah size, kurang halus sebesar 185 atau 5.76 %.
Gbr 3.4 Diagram Pareto
3. Diagram sebab akibat
Diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisa suatu masalah
dan mengetahui faktor- faktor penyebabnya. Dengan diketahui
penyebabnya yang dominan maka dapat dicari penyelesaiannya.
Permasalahan adanya kerusakan produk dapat diketahui penyebabnya
dengan membuat diagram sebab akibat. Berikut ini beberapa
permasalahan yang dapat diambil dari permasalahan data sebelumnya
dan menjelaskan secara mendalam mengenai permasalahan kualitas
lvi Kurangnya Konstruksi
Tenaga ahli tidak tepat
Spesifikasi
Tenaga kurang teliti salah
Dan kurang konsentrasi
Kurangnya perawatan
Kualitas kain kurang baik
Gbr 3.5
Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat diatas dapat dijelaskan mengenai permasalahan
yang muncul dari upaya pengendalian kualitas. Secara garis besar
penjelasan masing- masing adalah sebagai berikut :
a. Tenaga kerja
1) Kurangnya tenaga ahli
Kurangnya masa pelatihan yang menyebabkan kurangnya
kecakapan dan keahlian para karyawan.
2) Tenaga kerja dan konsentrasi
Tenaga kerja Metode
Mesin Bahan Baku
lvii
Kurangnya konsentrasi dalam bekerja dapat mengurangi
kualitas hasil kemeja yang dihsilkan, untuk itu perlu adanya
pengawasan kenerja karyawan.
b. Metode
1) Konstruksi tidak tepat
Kesalahan seperti ini mungkin saja terjadi karena banyak
konstruksi, sehingga membuat kelalaian pengguna metode yang
sama namun dalam konstruksi yang berbeda.
2) Spesifikasi salah
Pengguna spesifikasi yang mleset dalam produksi dapat
mempengaruhi kualitas kemeja Esprit S39087.
c. Mesin
1) Kurangnya perawatan
Faktor mesin juga dapat menurunkan kualitas dan
memperlambat proses produksi darena pada saat proses
produksi sehingga terjadi kemacetan. Hal ini disebabkan karena
perawatan mesin yang kurang dilakukan secara berkala.
d. Bahan baku
1) Kualitas kain yang kurang baik
Bahan baku merupakan faktor utama dalam menentukan
kualitas kemeja yang dihasilkan. Apabila bahan baku kain yang
digunakan kualitasnya kurang baik dapat menyebabkan
kecacatan produk, selain itu juga mempengaruhi tidak lancarnya
lviii
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai pengendalian
kualitas Kemeja Esprit S39087 pada divisi sewing PT. JAYA ASRI
GARMINDO, serta analisis menggunakan metode C-chart maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan data selama bulan Maret 2009 perhitungan yang telah
dilakukan dengan jumlah produksi kemeja Esprit S39087 sebesar 8500
Unit dan kerusakan produksi sebesar 1474 unit.
2. Dengan menggunakan bagan kendali C- Chart hasil perhitungan
diperoleh rata – rata kerusakan produksi akhir sebesar 105.28 dengan
batas pengendali atas ( UCL ) sebesar 136.06 dan batas pengendali
bawah ( LCL ) sebesar 74.5.
3. Jenis – jenis kerusakan produk kerusakan produk akhir kemeja Esprit
S39087 divisi sewing sebagai berikut :
a. Untuk jenis kerusakan jahitan lepas sebesar 372 dengan
prosentase 5.23 %.
b. Untuk jenis kerusakan jahitan berkerut sebesar 342 dengan
prosentase 23.20 %.
c. Untuk jenis kerusakan jahitan mleset sebesar 318 dengan
lix
d. Untuk jenis kerusakan saku tidak sejajar sebesar 257 dengan
prosentase 17.43 %.
e. Untuk jenis kerusakan lain – lain sebesar 185 dengan prosentase
5.76%.
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan analisis data dan kesimpulan hasil
penelitian yang telah dilakukan di atas, maka penulis memberi saran yang
dapat memberikan manfaat bagi pihak perusahaan untuk menentukan lebih
lanjut. Adapun perbaikan yang bisa dilakukan dan beberapa saran yang
dapat diberikan sebagai berikut:
1. Jahitan lepas cara mengatasi hal tersebut maka pihak perusahaan
dapat melakukan penyeleksian karyawan yang akan masuk pada
bagian sewing secara ketat. Disamping itu perusahaan juga dapat
memeriksa kondisi mesin jahit secara berkala, yaitu setiap
pergantian style.
2. Jahitan berkerut cara mengatasi hal tersebut dapat dilakukan
dengan memilih kualitas kain yang baik, langkah ini juga ditempuh
dengan menjaga kondisi kebersihan dan keamanan di gudang
penyimpanan barang.
3. Jahitan mleset ini hampir sama dengan kerusakan jahitan lepas
yakni disebabkan karena kesalahan faktor manusia dan mesin,
sehingga cara mengatasinya dengan cara penyeleksian karyawan
lx
4. Saku tidak sejajar cara mengatasi hal tersebut yakni karyawan
yang bekerja di bagian sewing harus diberi pengarahan untuk teliti
dalam bekerja.
5. Lain – lain tingkat kerusakan yang terakhir dikelompokkan dalam
Lain – lain yang merupakan gabungan dari kerusakan – kerusakan
yang jarang ditemukan misal : kancing lepas, salah size, kurang
halus dalam penyetrikaan untuk menekan kerusakan ini bisa
dengan cara memberi pengarahan kepada karyawan pada bagian
masing – masing agar lebih berkonsentrasi dan teliti dalam bekerja.
6. Perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan dan meningkatkan
segi kualitas produk yang diproduksi. Dari segi kualitas tersebut
diantaranya dari bahan baku, proses produksi, produk yang
dihasilkan agar dalam proses penyelesaian kemeja sesuai dengan
ketentuan yang diharapkan.
7. Perusahaan perlu meninjau kembali kebijakan yang berhubungan
dengan masalah pengendalian kualitas, dengan cara menerapkan
ketentuan sesuai Work Order agar penerapan system pengendalian
kualitas dapat berjalan secara optimal.
8. Perusahaan harus meningkatkan pengawasan terhadap kondisi
mesin yang digunakan untuk proses produksi, perlu adanya
perawatan, pemeliharaan, dan penggantian suku cadang terhadap
mesin yang digunakan secara teratur.
9. Perusahaan harus selektif dalam penerimaan karyawan baru,
khususnya untuk bagian – bagian yang membutuhkan keahlian
lxi
10. Perusahaan hendaknya memperhatikan dan meningkatkan
kesejahteraan para karyawan, hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan makan siang, menyediakan fasilitas ruang kantin yang
nyaman serta tempat beribadah yang memadai.