• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Signalling Theory

1.5 Jakarta Islamic Index (JII)

Menurut Fatwa DSN MUI No. 40/ DSN-MUI/ X/ 2003, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah memenuhi prinsip-prinsip syariah.17 Adapun yang dimaksud dengan efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaannya, maupun cara penerbitanya memenuhi prinsip-prinsip syariah. Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan seperti, surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrument derivatif maupun intrumen lainnya, selain itu pasar modal juga menjadi sarana pendanaan bagi perusahaan atau institusi lain serta menjadi sara bagi masyarakat untuk berinvestasi.18 Pasar modal di Indonesia saat ini dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu pasar modal konvensional dan pasar modal syariah. Secara sederhana, hal yang paling membedakan antara pasar modal yang bersifat konvensional dengan pasar modal syariah mekanisme transaksinya. Pasar modal konvensional menerapkan prinsip profit bunga dan adanya spekulasi dalam bertransaksi, sedangkan pasar modal syariah didasarkan pada prinsip

17 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2009, h. 113.

18 Andi Kartika, Volatilitas Harga Saham di Indonesia dan Malaysia, Jurnal Economica, Edisi II No. II, Novomber 2011, H. 109

21

penerapan profit loss-sharing dan melarang adanya spekulasi. Untuk menghindari spekulasi dalam transaksi di pasar modal, maka disarankannya penatapan minimum holding period (MHD) atau jangka waktu pemegang saham, dengan adanya MHD maka investor tidak dapat memborong saham di pagi hari lalu sorenya menjual ketika harga saham tinggi semata-mata untuk memperoleh capital gain yang tinggi.19

Jakarta Islamic Index (JII) merupakan salah indeks saham di Indonesia yang menghitung indeks rata-rata saham yang memenuhi kriteria saham syariah. Adanya JII tidak lepas dari atas kerja sama antara Bursa Efek Jakarta (saat ini Bursa Efek Indonesia) dengan PT Danareksa Invesment Management, dan JII resmi diluncurkan pada 3 Juli 2000. Hadirnya JII merupakan jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi secara syariah, hal ini dikarenakan tujuan daripada JII adalah untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.20 Terdapat 30 emiten yang terdaftar di JII disetiap periodenya (6 bulan), ke-30 saham tersebut merupakan saham yang telah memenuhi kriteria syariah yang telah ditetapkan oleh Fatwa DSN-MUI No. 40/ DSN-MUI/ X/ 2003. Terdapat 4 (empat) syarat sesuai arahan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus dipenuhi oleh perusahaan agar masuk dalam Jakarta Islamic Index:21

a. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

b. Emiten tidak termasuk dalam lembaga keuangan konvenional yang menerapkan sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional. c. Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan dan

memperdagangkan makanan atau minuman yang haram.

d. Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan dan menyediakan barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.

19 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 71.

20 Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, Jakarta: Sinar Garfika, 2011, h. 63.

21

Untuk menetapkan saham-saham yang akan masuk di JII, maka perlu dilakukan tahapan-tahapan pemilihan sebagai berikut:22

1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).

2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan terkahir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebasar 90%.

3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market Capitalization) terbesar selama satu tahun terkahir.

4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terkahir. Jakarta Islamic Index akan direview setiap 6 bulan, yaitu setiap bulan Januari dan Juli atau berdasarkan data publik yang tersedia.

Adapun dasar diperbolehkannya transaksi jual beli efek yang telah memenuhi kriteria syariah sebagaimana yang telah tertuang didalam Fatwa DSN-MUI No. 40/ DSN-MUI/ X/ 2003 tentang pasar modal dan penerapan prinsip syariah dibidang pasar modal, berikut beberapa kriteria emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah:

1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

a. Usaha perjudian atau permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 90:

22

23

































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya

(meminum) khamr , berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”23

b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional yang mengandung unsur gharar ataupu n maysir. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 279:





































Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan

sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”24

c. Produsen, distributor serta pedagang makanan dan minuman yang haram.

d. Produsen, distributor dan penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.

23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemanhannya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000, h. 176.

24

e. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pda saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.

2. Emiten atau perusahaan public yang bermksud menerbitkan efek syariah wajib untuk menandatangai dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai denga syariah atas efek syariah yag dikeluarkan.

3. Emiten atau perusahaan public yang menerbitkan efek syariah wajib menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki Shariah Compliance Officer.

Adapun hal-hal yang harus dihindari dalam bertransaksi efek:25

1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maysir, risywah, maksiat, dan kezhaliman.

2. Transaksi yang mengandung unsur unsur dharar, gharar, riba, maysir, risywah, maksiat, dan kezhaliman adalah:

a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu

b. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang belum dimiliki (Short Selling).

c. Insider trading, yaitu memamkai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang.

d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan.

e. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atau kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah tersebut.

f. Ikhtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau pengumpulan efek syariah untuk menyebabkan perubahan harag efek syariah, dengan tujuan mempengaruhi pihak lain.

25 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.

25

1.6 Saham

1.6.1 Pengertian Saham

Saham merupakan surat berharga yang dapat yang dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelikan.26 Menurut Khaerul Umam, saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham yang memiliki hak klaim atas pengahasilan dan aktiva perusahaan.27 Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda bukti kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan, bukti kepemilikan saham berbentuk selembar kertas yang mencantumkan dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajibannya kepada setiap pemegang saham. Jadi, saham merupakan sebuah bukti yang berwujud secarik kertas yang menunjukkan kepemilikan perusahaan dan hak pemodal atas perusahaan.

1.6.2 Jenis Saham

Ada beberapa sudut pandang yang digunakan untuk mengklasifikasikan jenis saham, adapun jenis saham sebagai berikut:28

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham dapat dibedakan menjadi saham biasa (common stock) dan saham preferen (prefered stock).

a) Saham Biasa (common stock), saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan. Pembagian dividen diberikan pada saat perusahaan memperoleh laba. Saham

26

Nor Hadi, Pasar Modal Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen Keuangan

Pasar Modal,Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 67.

27 Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013, h. 113.

28

biasa merupakan saham yang paling dikenal dikalangan masyarakat, diantara emiten (perusahaan yaang menerbitkan surat berharga) saham biasa yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Jadi, saham biasa merupakan saham yang paling menarik untuk pemodal maupun emiten.

b) Saham Preferen (preferred stock), saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa. Artinya, selain memiliki karakteristik obligasi saham preferen juga memiliki karakteristik saham biasa. Yang dimaksud karakteristik obligasi adalah saham preferen memberikan hasil yang tetap seperti bunga obligasi. Dikatakan karakteristik saham biasa dikarenakan saham preferen tidak selamanya bisa memberikan penghasilan seperti yang dikehendaki pemegangnya, apabila suatu ketika emiten mengalami kerugian maka pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran dividen yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Saham preferen selalu memberikan prioritas pilihan (preferen) kepada pemegangnya. Adapun prioritas yang ditawarkan antara lain:

1) Prioritas pembayaran, pemodal didahulukan untuk pembayaran dividen.

2) Dividen tetap, pemodal berhak untuk mendapatkan pembayaran dividen dengan jumlah tetap.

3) Dividen kumulatif, pemodal memiliki hak untuk mendapatkan pembayaran semua dividen yang terutang pada taun-taun sebelumya.

27

4) Convertible preferen stock, pemodal diberikan hak untuk menukarkan preferen yang dipegangnya dengan saham biasa.

5) Adjustable dividend, pemodal mendapatkan prioritas pembayaran dividennya dengan menyesuaikan dividen saham biasa.

2. Ditinjau dari segi cara peralihan, bila dilihat dari segi cara peralihan jenis saham dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis saham, yaitu saham atas unjuk (bearer stock) dan saham atas nama (registered stock).

a. Saham Atas Unjuk (bearer stock) merupakan saham yang tidak tertulis nama pemiliknya, oleh karena itu saham jenis ini sangat mudah untuk berpindah kepemilikan dari satu investor ke investor lain. Jadi, investor yang dapat menunjukkan sertifikat saham maka investor tersebut yang diakui sebagai pemilik saham dan dapat mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

b. Saham Atas Nama (registered stock) adalah saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya. Berbeda dengan saham atas unjuk, saham atas nama perlu melalui prosedur tertentu apabila investor ingin mengalihkan saham ke investor lain. Nama pemegang saham atas nama harus tercatat dalam buku khusus, dimana buku tersebut memuat seluruh daftar pemegang saham perusahaan.

3. Ditinjau kinerja perdagangan

a. Saham unggulan (blue chip stock), merupakan saham biasa yang mempunyai reputasi tinggi dari perusahaan sekaligus sebagai leader bagi perusahaan sejenis, memiliki pendapatan yang stabil serta konsisten dalam membayar dividen.

b. Saham pendapatan (income stock), saham dari suatu perusahaan (emiten) dimana perusahaan tersebut mampu membayarkan dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen tahun sebelumnya. Hal demikian hanya bisa dilakukan oleh perusahaan yang mampu menghasilkan pedapatn lebih tinggi dan secara teratur membayarkan dividen tunai.

c. Saham pertumbuhan (growth stock/well known), saham dari suatu perusahaan (emiten) yang pendapatan perusahaannya cenderung mengalami pertumbuhan yang tinggi sekaligus menjadi leader untuk perusahaan sejenisnya. Disisi lain, emiten dari saham jenis ini memiliki reputasi tinggi dan mempunyai cara tersendiri untuk mempublikasikan peningkatan atau penurunan harga sahamnya.

d. Saham spekulatif (speculative stock), saham suatu perusahaan yang tidak konsisten dalam memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, namun dimasa yang akan datang mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan penghasilan sekalipun itu belum dapat dipastikan.

e. Saham siklikal (Cyclical stock), saham jenis ini tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi secara makro maupun situasi bisnis secara umum. Selama ekonomi sedang mengalami ekspansi, maka saham jenis ini akan mendapatkan pengahasilan yang tinggi namum sebaliknya, apabila ekonomi mengalami resesi perusahaan akan mengalami penurunan dalam menghasilkan penghasilan namun harga saham tetap tinggi.

f. Saham bertahan (defensive stock), merupakan saham yang tidak terpengaruh dengan situasi ekonomi makro maupun situasi bisnis yang ada. Saham jenis ini mampu menghasilkan pengahsilan yang tinggi sekalipun dalam kondisi resesi, dengan demikian harga saham jenis ini akan

29

tetap tinggi dan mempu meberikan dividen dengan tingkat yang tinggi.

4. Keuntungan dan Risiko Kepemilikan Saham

Pada dasarnya semua aktivitas investasi mempunyai keuntungan dan risikonya masing-masing, yang membedakan hanyalah tingkat keuntungan yang akan diterima dan juga tingkat risiko yang akan dialami. Dalam berinvestasi saham tingkat keuntungan dan risiko kepemilikan saham sesuai dengan prinsip investasi yaitu high risk high return, low risk low return. Prinsip ini dapat diartikan, apabila investor ingin mendapatkan tingkat keuntungan yang tinggi maka investor harus siap menerima risiko yang tinggi yang kemungkinan akan terjadi, begitu pula sebaliknya. Dalam berinvestasi saham, investor akan mendapatkan 2 (dua) keuntungan sekaligus yaitu pembayaran dividen dan keuntungan modal (capital gain).

a. Dividen

Dividen merupakan pemberian keuntungan dari perusahaan kepada pemegang saham atas laba bersih yang diperoleh perusahaan dari hasil operasinya.29 Besar dividenyang dibayarkan bervariasi tergantung seberapa besar pendapatan perusahaan tersebut. Pembayaran dividen dilakukan setelah adanya persetujuan dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Terdapat dua cara dalam pembayaran dividen, diantara dividen dapat dibayarkan berupa dividen tunai (cash dividend) ataupun dibagikan dengan berupa dividen saham (stock dividend) dimana pemegang saham akan medapatkan saham baru dengan

29

proporsi tertentu. Agar berhak mendapatkan dividen, maka investor harus memegang saham untuk kurun waktu tertentu hingga investor tersebut diakui pemegan saham dan berhak menerima atas dividen.30

b. Keuntungan Modal (capital gain)

Capital gain merupakan keuntungan terbesar dalam

kepemilikan saham karena dalam jangka waktu yang panjang bisa menaikkan harga saham yang berkali-kali lipat. Capital gain diperoleh dari selisih harga beli dengan harga jual saham. Keuntungan tersebut tidak terlepas dari hasil kinerja perusahaan, apabila perusahaan memiliki usaha yang berjalan dengan baik maka akan menarik minat investor untuk berinvestasi, dengan demikian akan terjadi kenaikan permintaan saham perusahaan dan hal ini mengakibatkan harga saham akan mengalami kenaikan. Pada kondisi seperti ini pemegang saham akan mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat dari kenaikan harga saham.

Risiko atau kerugian yang mungkin akan dihadapi oleh pemilik saham adalah ketika harga saham yang dimiliki mengalami penurunan pada saat saham tersebut dijual atau yang dinamakan capital loss. Capital loss adalah kerugian yang dialami investor dari selisih harga harga beli dengan harga jual(harga beli lebih tinggi dari harga jual).31 Penurunan harga saham juga sering disebut dengan risiko pasar. Apabila harga saham mengalami penurunan, investor bisa mensiasati hal tersebut dengan menahan diri untuk tidak menjual sahamnya maka pada kondisi demikian

30 Desmond Wira, Memulai Investasi Saham, Exceed, 2015, h. 34.

31

31

investor akan mengalami kerugian yang belum terealiasi (floating loss), setelah harga saham naik maka investor dapat menjual sahamnya. Selain risiko capital loss, risiko yang akan dihadapi oleh investor saham adalah risiko likuidasi. Risiko ini bisa terjadi apabila emiten dinyatakan bangkrut oleh pengadilan. Dalam kondisi seluruh aset perusahaan akan dijual dan akan digunakan untuk meleunasi seluruh kewajiban perushaan, hak klaim dari pemegang saham akan menjadi prioritas terkahir setelah seluruh kewajiban perusahaan terpenuhi. Jika terdapat sisa dari penjualan aset, maka akan dibagi secara proposional kepada seluruh pemegang saham. Risiko ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham.

Dokumen terkait