• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Jalan

a) Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.

b) Jalan khusus jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri bukan diperuntukkan bagi lalu lintas

9 umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.

2) Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

a) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna

b) Jalan kolektor adalah jalan umum angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c) Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

3) Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan menjadi :

a) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan

10 antar ibukota provinsi, danjalan strategis nasional, serta jalan tol.

b) Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

c) Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalanprimer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

d) Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada didalam kota

e) Jalan desa adalah jalan umum yang menghubungkan daerah tersebut dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

b. Standar Jalan Menurut Ketentuan Teknis

11 1) Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, saluran tepi

jalan,dan ambang pengamannya.

2) Kepemilikan Jalan (Rumija), termasuk jalan dan drainasetanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.

3) Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan

Ruang-ruang tersebut dipersiapkan untuk menjamin kelancaran dan keselamatan pengguna jalan disamping juga keutuhan konstruksi jalan. Dimensi ruang minimum untuk memastikan keselamatan pengguna jalan tetap terjaga dengan jenis prasarana dan fungsinya

Gambar 2.1 Bagian – Bagian Potongan Jalan Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Jalan sebagai salah satu unsur penyusun kota akan terus ikut mengembang seiring perkembangan kota itu sendiri. Jalan perkotaan akan berkembang secara permanen dan terus menerus sepanjang seluruh jalan. Indikasi penting pada jalan perkotaan

12 adalah karakteristik arus lalu lintas puncak pada pagi dan sore hari, terdapat perubahan komposisi lalu lintas, serta peningkatan arus yang menunjukkan perubahan distribusi arah lalu lintas c. Beberapa tipe jalan perkotaan antara lain :

1) Jalan dua arah - dua arah (2/2 UD) 2) Jalan empat jalur - dua arah

a) Tak terbagi (tanpa median) (4/2 UD) b) Terbagi (dengan median) (4/2 UD) 3) Jalan enam lajur – dua arah terbagi(6/2 D) 4) Jalan satu arah (1-3 / 1)

d. Lebar Jalur Lalu Lintas

1) Lebar lalu lintas adalah lebar jalur gerak tanpa bahu. Kecepatan arus bebas

2) dan kapasitas meningkat dengan pertambahan lebar jalur lalu lintas. 3) lebar jalur lalu lintas dapat dilihat pada gambar 2.1 bisa dilihat

berdasarkan dari bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan meliputi: a) Kereb

Kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan dan bahu jalan yang terutama dimakasudkan untuk keperluan drainase dan mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasaan serta memberikan ketegasan tepi perkerasan. Kereb juga sebagai batas antara jalur lalu lintas dan trotoar. Untuk keamanan pejalan kaki, umumnya trotoar ini dibuat

13 sejajar dengan sumbu jalan, lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan dan terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb.

Gambar 2.2 Jalan dengan kereb b) Bahu

Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas.Jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya mempunyai bahu pada kedua sisi jalur lalu lintasnya. Lebar dan kondisi permukaannya mempengaruhi penggunaan bahu, berupa penambahan kapasitas dan kecepatan pada arus tertentu, akibat pertambahan lebar bahu, terutama karena pengurangan hambatan samping yang disebabkan kejadian di sisi jalan seperti kendaraan angkutan umum berhenti, pejalan kaki dan sebagainya.

14 Gambar 2.3 Jalan dengan bahu

Ada beberapa fungsi bahu jalan, diantaranya sebagai berikut : 1) ruangan tempat berhenti sementara,

2) ruangan untuk menghindarkan diri dari saat-saat darurat untuk mencegah kecelakaan,

3) memberikan kelegaan pengemudi,

4) memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan. c) Median

Median adalah daerah yang memisahkan arah arus lalu lintas pada segmen jalan. Median yang direncanakan dengan baik meningkatkan kapasitas. Untuk keadaan Kota Tegal khsusnya di Jl.Diponegoro median jalannya sendiri telah dihilangkan dan sementara menggunakan beton dan water barrier sebagai median jalan. Dihilangkannya median di Jl.Diponegoro sendiri merupakan langkah pemberlakuan sistem satu arah tersebut. Contoh jalan dengan median dapat dilihat pada Gambar 2.4.

15 Gambar 2.4 Jalan dengan median

Fungsi median jalan adalah sebagai berikut:

1) menyediakan daerah netral yang cukup lebar bagi pengemudi dalam mengontrol kendaraan pada saat darurat, 2) menyediakan jarak yang cukup untuk mengurangi kesilauan

terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawan arah, 3) menambah rasa kelegaan, kenyamanan, dan keindahan bagi

pengemudi,

4) mengamankan kebebasan samping tiap arah lalu lintas. d) Alinyemen jalan

Lengkung horisontal adalah bagian jalan yang menikung dengan radius yang terbatas. Lengkung horisontal dengan jari-jari kecil mengurangi kecepatan arus bebas. Tanjakan yang curam juga mengurangi kecepatan arus bebas. Karena secara umum kecepatan arus bebas di daerah perkotaan adalah rendah maka pengaruh ini diabaikan.

16

Gambar 2.5 Jalan dengan Alinyemen

Dokumen terkait