• Tidak ada hasil yang ditemukan

■ vriju*' orang, fcerutama ahli hukum dipaksa untuk bcv-

pikir tentang hal-hal yang uemula bolurn pernuh tor-

•'Iki r/kan. Hal in.i. dapat dimcngcrti, karena dengan

lahirnya atau torcipLanya manuoia b a m (lahir) di

In-'i:1. inakn nojak Ltulah tiiabul Ink dati Jcow*'j i.bau

i’; ■ d •• i-’'ian-.;ia baru tcr:>ebut.

i^i.lsafah hidup bangou Tndouefjia br;rda-".u’kau

• a»u\,vi U 'x, wa.Lau aifatnya univei'aal totapi bnn^aa

Ui-lou-’.-i la moinpunyai ciri khae tenjendi.ri, yang brr-

jejak zaman ncnek moyang dahulu. Uu,ijsa Inio-

ao«ia adalah bang a a yang berkebudayaan tingg:, L-olalu

uifiiijiuijung tinggi norma-norma keouuilaan dan agama,

. r’lingja Pancasila oeakan-akan sudah menjadi number

d.ari o-'gala cumber hukum di Indonesia. Pada hakikat-

uyalah Paneacila cendiri adalah merupakan perwujudan

>]^ci

tujuan bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, maka bilamana bayi tumpangan

-1 ;in liLerapkfvn di Indonesia, haruslali s»icaai dengnu

j I'uncasila. Tegaunya penerapan bayi tumpongpn di

! U* haruslah aecua.i dengan pandan0.i;i, p<'m!apal,

( - a t*p i n i b a n g s a I n d o n e s i a . H i n g g a c e k a u ' n g i , : a s i b i ^ p - i - a . L i n i u l a m 1 , a h l . i i l i n u p o n g o U l n a n y a n g

' y n l b a h w a y ~ n g d i l a h i L ’ k r. n hnjK

).*• i

t\

i.Lu, kemungk iiwin yang tidak dapa t d i !ii.n I*’ t i a I a h , adanya kurancauan paroutal, .Jinpa .a'iiunggnlmya

>l>u b Lologis dari anak tersebut. Menurut KJI. Kous-

id j j , j ika bayi l.umx>angan Ini d ianggap jw; ba(--,ai har.il I'CJV.inalwm, maka lial ini Lidak hanya mnnbai/a konr;ck-

i

’.a i;1 i. dibidang hukum pordata, bahkan nio.rup.'»l;an suatu

kejahatan ("crime") yang diatur dalam pasal 2B4KUiIPid.

yang merupakan dolik a d u a n , ^

Lulu, bagaimanakah a&ar bayi tumpangan dapat

diterapkan di Indonesia? Untuk mcnjawab pertanyaan

ini, maka dapat dilihat dalam Undang-undang Pcrkawin-

'in, pasal 3 ayat 2 dan pasal 4 ayat 2 yang niejnholeh--

kan suomi berpoligami, asalkan memenuhi porsyaratan

yang telali ditentukan. Pasal 3 ayat 2 UUP, mcnycbut-

k a n f Pcngadilan, dapat memberi izin kepada scorang

runitj.i untuk beristri lebih dari seorang apabila di-

kehendaki oleh pihak-pihak yang bcrsangkutan. J)au

dalnm pasal 4 ayat 2 menyebutkan,

Pengadilan dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hanyo. memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebili dari seorang apabila:

a. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri;

b. isIri mendapat cacat badan atau penyakit yang Lidak dapat dLsembuhkan;

Kocnv.a tji, "Bober-pn \.-p d- i P'*-" = ~ • i ll.ikuin ttcngonai liayi Tabun0 1", ■' ’ ^‘y a

TrJ ' ,

c. 'u;iri tidak dopat mclahirkan kcluruaau. '

Dengan demikian, bilamana ada pasangan suami

istri yang inandul yang menginginkan anak, sesuai

dengnn hukum Islam, maka benih mereka dapat dititip-

kan ke istri kedua. Jadi di sini tidak ada ibu k o n ­

trakan, sedangkan yang berlaku sebagai ibu kontrakan

atau yang lebih topat adalah ibu pengganti, adalah

istri kedua. Anak yang dilahirkan nanti tetap m e n ­

jadi anak suami dengan istri pertuma, oedang istri

kedua berlaku sebagai ibu s usuan.

Derkaitan dengan kemungkinan dapat diterap-

konnya bayi tumpangan di Indonesia, maka pex-keinbang-

an dan pembinaan hukum sangatlah diperlukan demi

berlangsungnya ketertiban dalam masyarakat Indonesia.

Pembinaan dalam bidang hukum haruslah mampu mencakup

segala kebutulian hukum bagi perkembangan yang ter­

jadi dalam masyarakat sesuai dengan kesadaran yang

ada dalam masyarakat tersebut. Sehingga dapat ter-

eapai ketertiban dan kepastian hukum sebagai suatu

P'pcarana untuk peningkatan dan penunjang porkem-

hangau prmbangunan masyarakat secara mcnyoluruii.

Untuk itu, maka tiap individu haruslah tabu unsur-

unsur yang mampu wendorong diri sendiri u j i 1;* h ' ■-

Submit ti '*an T j i trosudibio, iri t^l* 1K>>1'

r • ' Hukum Perd^ l;n tambahnn nnfl,• * > - > - . ,

V >'' a

"" x

, f

K"‘{t i\t

.-■■A). l'.t

tf■ . .

Iv,

1981, h.

\ i

\

i-.■iifir»nr dalam menentukan pembinaan huhum j.i.u o e n d 5r.».

K u-f'jia apapun ponilaian yang ada di hndupnn diri k.Lla

"ilnn dari luar diri kita, dapat diterapkan atau tidal:,

■naka diri kita cendirilah yang mampu menilainya* ITal

Jni pouting karena diri kita adalah bagian terkccil

dai’i masyarakat. Demikian juga lialnya dengan bayi

tumpangan, apapun hal yang bentuknya dari luar, uni;tilt

poneropannya, maka unour-unsur yang ada di dalam diri

masyarakat scndirilali yang akan menentukan berlakunya

hukvm dalam masyarakat tersebut.

Di dalam masyarakat yang pluralistic sepcrti

Indonesia, tidak akan hanya ada catu jalan lceluar,

t-Hap.i. haruo didasarkan pada baik pcrkembangan norma-

norma hidup masyarakat, naupun pelaksanaan njriiia-

norma tcrr.ebufc dalam koseluruhan kaitannya dengan . . . • .

28

1 "■ c i m roaxal.. M e m a n g , h u k u m J i I n d o n e s i a b e l u m m e r g u t u r t e n - : m - , - ’ « . n y a b a y i t u m p a n g a n . I J o l a i n h a l i n i n m t u p o l . a j i I j K a . r u , d a l a m i l m u k e d o k l e r a n p u n b o i u , \ ; a d a k ' s- k a i i l n y a , k a r e n a u n t u k b e r h a s i l n y u p r o r > o t - I •

7

1 t u m p a n g a n ( m a u p u n b a y i t a b u n g ) , m a s i h t c i - g . a n t i u i g d a k o n d i a i y a n g h a i . k . B a h k a n p a d a p c n y c l J d i . k a n - j * ' ’ -- < j- I I k a n y a n g m c .m b a v - a r i s i k o g e n c t i k u , l J j

.,-1

k t d *

1 .■ *.

’t

1 *1 urn dapat nuMuUrk tikan segi ponilif-n galj rya

‘■^11,H. Koes'/adji, "Dcberapu Ar.ip'*’': d/v. P'lnrr.ci-

. i ’■ >ir-i ’’ T c m / r . ' !i • \ T a b u n g , T i " , » • J' 1';

1 *

i

h M u p kehidupan manufiia serta bahaya-boliaya yarg nungkin dapat ditimbulkannya. Di camping itu, aebe-

I'apa jauh keoepatan perkembangan keinajuan ilmu (ke-

doktoran) tidaklah dapat dipastikan. Jadi selama ini

noviiia-iionua penyclidikan tersebut iiiasili ditcnlukau

oleh monusianya. Oleh karena itu, maka sebagai jalan

’iclimr in.lah semua hal tersebut di at an harui; dida-

■ ’.nrkan pada kemanusiaan, dan jika tidak, maka hal i I:u merupakan suatu kejahatan terhadap kcmanuciaaiu ^

UAB V

PKNUTUP

1 * ^-imp^l^n

a. Terdapat perbedaan dan porsamaan dalam prone:;,

terjadinya bayi tabung dan bayi tumpangan, yang

bcrakibat adanya konsclcwensi status hukum yang

berbeda.

It. Bclum ada peraturan perundang-undangan yang

mengatur keberadaan bayi tabung dan hayi tum-

pangan di Indonesia.

o. Bayi tabung dapat ditcrapkan di Indonesia,

asalkan oesuai dengan norma-norma baik kchidup-

an dalam masyarakat.

d. Bayi tumpangan belum dapat diterapkan di Indo­

nesia karena bertentangan dengan norma-norma

baik kehidupan masyarakat Indonesia.

e. Pengaturan hukum tentang dilakukamiya bayi

tabung dan bayi tumpangan, harus didukung oleh

ni.l.ai-nilai moral, kebiasaan, agama yang liidup

dilain masyarakat yang bersangkutan.

^21211

a. l’crlu suatu pcngaturan hukum terhadap

i

clat: v rr^-v bnyi talunj d°n bayi Lu"ip • p in»(np ^

ncg lif dnr.i. masyarskat seh.i ngju lie l<»r lib/'u

uiiniin dapat terjaga.

b. rcngembangan dan pembinaan hukum hendaknya mampu

mcngarahkan dan mampu menampung negala kebutulian

hukum dalam kehidupan masyarakat, sesuai dcngrm

perkembangan dan kcmajuan yang a<la dalam k e h i ­

dupan masyarakat, sehingga bercapai. suatu. kotor-

tiban dan kepastian hukum dalam usaha mencapai

pembangunan masyarakat bangsa Indonesia dalam

segala hidang.

c. Dalam pembinaan serta pembuatan hukum hendaknya

tidak dapat begitu saja mengambil dari luar

(ncgeri), tetapi segala sesuatu harus bersumber

dari keadaan diri sendiri dengan mcmpcrhatikan

unsur-unsur yang ada dalam diri yang dapat di-

D Ai / TAi l BACAAN

Ali Akbar, Seksualita Ditin.jau dari Hukum I slam, eet. II, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985.

Asis Safloetlin, "Sejcmput Tanggung Jawab Suami Ictri dalam Rumah Tangga", Sekelumit Porsoalnn Hukum Pe r k a w i n a n . cct. I, Sinar Wijaya, Surabaya, 1983.

Catatan Kuliah Islam II, 17 Januari 1985.

Departcmen Agama Republik Indonesia, Al Q u r ’an dan ITer.ieinahannva. Jamunu, Jakarta, iyt>5.

J)wi Susilowati, ,TBagaimana Cara Mcmperoleh Bayi T abung", K a r t i n i , No. 297, 7-20 April 1986.

H i g i n a , "Bayi Tabung Bisakah Menjadi Manusia Normal?^ ilo. 47» T h n . VI, 23 Juli s/d 5 Agustus 1906.

Isngadi, "Bayi Tabung, Termasuk Masalah Ijtihadiyah", Soal Jawab Agama Islam, Surabaya Post, 50 Octo­ ber 1987.

Koeawadji, H.H.,

a. "Beberapa Aspek dan PermaQalahan Hukum Mengenai Bayi Tabung (l)",3obuali Tinjauan dari Seg Pendekatan Medikolegal, Surabaya Post, 23 Oktober 1907,

b. ""Beberapa Aopek dan Permasalahan Hukum

Mengenai Bayi Tabung (II)", Bayi Tabung Dalrun Perspektif Pcmbangunan Hukum Hasional Indonesia, Surabaya P o s t , 24 Oktober 1987.

Kompns, "Sudah Lahir, Bayi Basil Proses Mir.ip Bayi ^ T a b u n g " , 29 Agustus 1907.

^oitipns Minggu, "Prospek Bayi Tabung di Indonesia", !3,r^uli T907.

r n'nd ny a Par am i I; a , UndanK-undanr: porkav/inan d i. Indo- nesia, cet. IX, Jakarta, 1901.

j ’ %JLV( ' i i o r r a w i r o h n r d j o , I l m u K o b i d n n a n , c c t . I I I ,

l U n a P u s t a k a , J a k a r t a , T U u H

j3p--j.\uo, T i f t i . j n u a n Proferbls Keberada;>n Pa.yi J 1/xhv1i;j.,

Soctojo Prawitrohamid j o j o , U., Pluralisms Dalam

Tor-

iuiil?J)g-un<lan^f.iJi Perkawinan tU Indonesia, Dis«7ri.uni tfakullas Hukum Universitas Airlangga, Airlangga University Press, Surabaya, 1986.

Subekti, R . , Hukum Per.jan.1ian, cet. VI, Intermassa, Jakarta,

I'-jM

.

---, Polcok-pokok Hukum P erdata, cet. XVIII, Intermas s a , J a k a r t a 1 53 IT.

---dan Tjitrosudibio, R., Kitab lindane;-Undone Hukuin P e rdata, cet. XIV, Pradnya Paramita, Jakarta

t w t

.

Sumnntri, "Bayi Tabung Indonesia Yang Pertama", Sinar H a r a p a n , 12 Desember 1982.

Surabaya P o s t , "Bayi Tagit Pertama Indonesia Lebih Alamiah", 29 Agustus 1907.

Surabaya P o s t , "Btika dan Hukum Bayi Tabung Harus Diperhatikan", 31 Agustus 1987.

Tempo, "Bayi M Untuk Siapa Dia L a hir?", Ho. 3, Tim. XVII, 25 April 1987*

Tempo, "Bayi Tabung Buatan Indonesia", No. 22, Thu. XVI, Juli 1986.

T e m p o , "Ibu Kontrakan dan Anak pindahan", 9 tfei 1931.

Unit Kegiatan Kerohanian Islam Universitao Airlangga, Kedudukan Bavl Tabung Menurut Hukum Islam, Makalah Surabaya, 3 0 ¥ o v e m b e r T 9 8 ^

U a r n a s a r i , "Hamil dan Melahirkan Untuk Orang Lain", Mo, 71, Desembor 1984-.

Znninn, "Bisnis Bayi Tumpangan", No. 4 2, Tim. IV, 16 Juli 1^83.

Dokumen terkait