• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. JALUR, JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN Bagian Kesatu Umum

Paragraf 2. Jalur, Bentuk dan Jenis Pendidikan Pasal 80 :

(1) Pendidikan layanan khusus dapat diselenggarakanpada jalur pendidikan formal, nonformal, daninformal.

(2) Pendidikan layanan khusus pada jalur pendidikanformal diselenggarakan dengan cara menyesuaikanwaktu, tempat, sarana dan prasaranapembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan,dan/atau sumber daya pembelajaran lainnyadengan kondisi kesulitan peserta didik.

Paragraf 3. Peserta Didik

Pasal 81: Peserta didik pada pendidikan layanan khusus adalah warga masyarakat yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 79 ayat (1) Paragraf 4. Penyelenggaraan

Pasal 82 : Pemerintah Propivinsi sesuai dengan kewenangannya wajib menyelenggarakan pendidikan layanan khusus dalam rangka memenuhi hak warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada pasal 79 ayat (1) untuk memperoleh pendidikan yang layak.

Pasal 83 : Ketentuan lebih lanjut tentang penyelengga-raan pendidikan layanan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 sampai dengan Pasal 82 diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Ketiga-belas. Pendidikan Jarak Jauh

Pada bagian ini Pasal 63 menyesuaikan menjadi Pasal 84 dengan usulan materi yang berbeda substansi dan maknanya.

Pasal 63 :

Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat dapat menyelenggarakan pendidikan jarak jauh sesuai dengan kebutuhan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Diubah menjadi : Pasal 84 :

Pendidikan jarak jauh berfungsi sebagai saran untuk melaksanakan perluasan dan pemerataan akses pendidikan bagi warga masyarakat yang terkendala oleh aspek tempat dan transportasi.

Pasal 85,86,87,88,89,90 dan 91q merupakan pengaturan baru sebagai bentuk penyesuaian perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Pasal 85.

(1) Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

(2) Penyelenggaraan pendidikan jarak jauhsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakansesuai Standar Nasional Pendidikan dengan:

a. menggunakan moda pembelajaran yang peserta didik dengan pendidiknya terpisah;

b. menekankan prinsip belajar secara mandiri,terstruktur, dan terbimbing dengan menggunakan berbagai sumber belajar;

c. menjadikan media pembelajaran sebagai sumber belajar yang lebih dominan daripada pendidik;

d. menggantikan pembelajaran tatap muka dengan interaksi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, meskipun tetap memungkinkan adanya pembelajaran tatap muka secara terbatas.

(3) Pendidikan jarak jauh memberikan pelayananberbasis teknologi informasi dan komunikasi untukkegiatan:

a. penyusunan bahan ajar;

b. penggandaan dan distribusi bahan ajar;

c. proses pembelajaran melalui kegiatan tutorial, praktik, praktikum, dan ujian; dan

d. administrasi dan registrasi.

(4) Pendidikan jarak jauh yang memberikan pelayananberbasis teknologi informasi dan komunikasisebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakantanpa mengesampingkan pelayanan tatap muka.

Pasal 87.

(1) Pengorganisasian pendidikan jarak jauh dapatdiselenggarakan dalam modus tunggal, atau ganda.

(2) Pengorganisasian pendidikan jarak jauh modus tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berbentuk satuan pendidikan yangmenyelenggarakan program pendidikan hanyadengan moda jarak jauh

(3) Pengorganisasian modus ganda sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berbentuk satuanpendidikan yang menyelenggarakan programpendidikan baik secara tatap muka maupun jarakjauh.

(4) Struktur organisasi satuan pendidikan jarak jauhditentukan berdasarkan modus, cakupan, dansistem pengelolaan yang diterapkan.

Pasal 88.

(1) Pendidikan jarak jauh pada jenjangpendidikan dasar dan menengah dapat diselenggarakandengan lingkup mata pelajaran,program studi, atau satuan pendidikan.

(2) Pendidikan jarak jauh dengan lingkup matapelajaran sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan pada 1 (satu) atau lebihmata pelajaran dalam 1 (satu)program studi.

(3) Pendidikan jarak jauh dengan lingkup program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan dalam 1 (satu) atau lebih programstudi secara utuh dalam 1 (satu) satuanpendidikan.

(4) Pendidikan jarak jauh dengan lingkup satuanpendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan penyelenggaraan pendidikan jarakjauh secara utuh pada 1 (satu) satuan pendidikan.

Pasal 89.

(1) Penyelenggara satuan pendidikan jarak jauh wajibmengembangkan sistem pengelolaan dan system pembelajaran berbasis teknologi informasi dankomunikasi.

(2) Basis teknologi informasi dan komunikasi padasistem pengelolaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) paling sedikit mencakup:

a. perencanaan program dan anggaran;

b. administrasi keuangan;

c. administasi akademik;

d. administrasi peserta didik; dan e. administrasi personalia.

(3) Basis teknologi informasi dan komunikasi padasistem pembelajaran jarak jauh paling sedikit mencakup:

a. sarana pembelajaran;

b. kompetensi pendidik;

c. sumber belajar;

d. proses pembelajaran; dan e. evaluasi hasil belajar;

(4) Penjaminan mutu pendidikan jarak jauh dilakukan dengan berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan dan dilaksanakan sesuai dengan karakteristikpendidikan jarak jauh

Pasal 90.

Pendidikan jarak jauh pada jalur pendidikaninformal bagi warga masyarakat dapat dilakukanmelalui:

a. penyiaran televisi dan radio;

b. penayangan film dan video;

c. pemasangan situs internet;

d. publikasi media cetak;

e. pengiriman informasi melalui telepon seluler; dan

f. bentuk-bentuk lain dari penyebarluasan informasi kepada masyarakat sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 91.

Ketentuan lebih lanjut tentang penyelengga-raanpendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalamPasal 84 sampai dengan Pasal 90 diatur denganPeraturan Gubernur

Pada Peraturan Daerah lama pengaturan berikutnya adalah Bagian kesebelas tentang Pendidikan Keagamaan, penyesuaian dengan perubahan sebelumnya maka menjadi Bagian keempat-belas tentang Keagamaan. Usulan selengkapnya sebagai berikut :

Bagian Kesebelas. Pendidikan Keagamaan

Usulan diubah secara sistematis dan substansial sehingga tidak disajikan secara komparasi. Pada Perda lama terdapat fungsi dan tujuan sedangkan usulan mendrop pembagian dalam bentuk paragraf.

Pasal 64.

(1) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi warga masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

Diusulkan menjadi :

Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pendidikan keagamaan bertujuan untuk membentuk peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia

Diusulkan menjadi :

Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

(3) Usulan baru :

Pendidikan keagamaan bertujuan untuk mengembangkan potensi spiritualitas dan moralitas peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Pasal 65.

Jalur dan bentuk pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyesuaian dan usulan baru menjadi Pasal 93 :

(1) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

(2) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

Pasal 66. Penyelenggaraan dan Pengelolaan , usulan baru menyesuaikan menjadi pasal 94

(1) Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan keagamaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Diusulkan menjadi :

Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan keagamaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah daerah dapat memberi bantuan sumber daya pendidikan kepada pendidikan keagamaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Diusulkan menjadi :

Pemerintah Provinsi dapat memberi bantuan sumber daya pendidikan kepada lembaga pendidikan keagamaansebagamana dimaksud 95 ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Pasal 67. Penyesuaian menjadi Pasal 95

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan Pendidikan Keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 diatur dengan peraturan Gubernur.

Diubah menjadi :

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan Pendidikan Keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 sampai dengan Pasal 94 diatur dengan peraturan Gubernur.

BAB VI. PENGELOLAAN PENDIDIKAN