• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Jalur Distribusi LPG PT. Pertamina

Seperti yang tertulis pada pembahasan awal, bahwa distribusi sangat erat kaitanya dengan permintaan (demand) produk LPG itu sendiri. Berangkat dari permintaan produk maka munculah sebuah rantai pasok atau yang biasa diketahui

dengan sebutan supply chain, dimana dalam rantai pasok terdiri dari mata rantai yang saling berkesinambungan

Gambar 2. 1 Pola Distribusi LPG

 Kilang LPG

Gambar 2. 2 Kilang LPG di Dumai

Kilang LPG (LPG refinery) adalah pabrik/fasilitas industri yang mengolah minyak mentah atau gas alam menjadi produk petroleum gas berupa propana (C3H8) dan butana (C4H10) yang kemudian harus diolah lagi menjadi

16

produk LPG yang menjadi bahan baku bagi industri petrokimia ataupun kebutuhan rumah tangga. Kilang LPG terdiri dari fasilitas industri yang sangat kompleks dengan berbagai jenis peralatan proses dan fasilitas pendukungnya. Selain itu, pembangunannya juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Pembangunan suatu kilang LPG harus berlokasi pada tempat yang mudah dijangkau oleh alat transportasi seperti mobil, truk, ataupun kapal.

Hal di atas bertujuan agar proses distribusi LPG bisa terlaksana dengan lancar, sehingga pasokan LPG dari kilang itu bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga mampu memenu/hi fungsi Security Of Supply. Pada umumnya suatu kilang LPG (LPG Plant) memiliki fasilitas pelabuhan laut khusus dan terminal muat untuk truk-truk pengangkut LPG. Selain sebagai fungsi distribusi, fungsi perawatan (maintenance) juga harus dipertimbangkan, agar kilang mudah diakses darimana saja dalam hal kepentingan untuk proses perawatan (maintenance) kilang tersebut. Hal ini bertujuan agar kegiatan produksi kilang LPG dapat berjalan secara berkelanjutan (continues) demi pemenuhan kapasitas produksi kilang tersebut.

Pada pembahasan penelitian ini terdapat satu lokasi pengolahan LPG Pertamina yang existing saat ini sekaligus digunakan sebagai loading port pada penelitian ini , yaitu Kilang Tanjung Uban

 Titik Ship to Ship

Titik Ship to Ship adalah titik dimana terjadi transfer kargo antara kapal yang berlayar di laut. Kargo yang biasanya ditransfer melalui metode STS termasuk minyak mentah, gas cair (LPG atau LNG) , kargo curah, dan produk minyak lainnya. STS ini terdiri dari satu kapal yang berukuran besar sebagai titik yang dapat pula disebut Loading Port. Pada

penelitian kali ini, muatan yang ditransfer yaitu muatan LPG, dengan STS yang dipakai yaitu STS Teluk Semangka serta Kapal Pertamina Gas 1 yang menjadi Loading Port nya.

Gambar 2. 3 Proses Transfer Muatan di Titik Ship to Ship

 Depot LPG

Depot LPG atau LPG Storage adalah suatu tempat penyimpanan LPG yang berasal dari kilang sementara dalam proses logistik LPG dan penjualan gas LPG secara grosir kepada konsumen industri atau agen-agen LPG sebelum didistribusikan langsung ke masyarakat dalam bentuk eceran.

18

Suatu Depot LPG terdiri dari beberapa komponen alat yang menunjang agar gas LPG tetap berada dalam bentuk cair (liquid).Alat-alat tersebut antara lain:

a. LPG Transfer Pump / Compressor, yaitu alat untuk menaikkan tekanan udara sehingga gas LPG dapat dengan mudah dikondensasi.

b. LPG Vaporizers, yaitu alat untuk menguapkan LPG. c. Pressure Reducing Station, yaitu alat untuk

mengurangi tekanan dalam tangki LPG.

d. Emergency Shut Off Valve, yaitu katup untuk memutuskan aliran LPG jika terjadi kondisi bahaya. e. Gas Leak Detection System, yaitu suatu sistem

untuk mendeteksi adanya kebocoran gas LPG. f. Water Sprinkler System, yaitu sebuah sistem

proteksi kebakaran aktif ukuran, terdiri dari sistem suplai air, memberikan tekanan yang memadai dan laju aliran pada sistem pipa distribusi air, ke mana alat penyiram api terhubung.

g. Rochester Gauge / Rotogauge, yaitu alat untuk mengukur volume LPG dalam suatu tangki.

h. Excess Flow Check Valve, yaitu katup penutup/pembuka lubang udara jika terjadi kelebihan arus gas yang berlebihan.

Pada umumnya, depot LPG terletak di daerah pantai atau berdekatan dengan akses laut/sungai. Hal ini dikarenakan agar depot tersebut dapat dijangkau oleh kapal laut yang memuat LPG untuk dapat melakukan kegiatan bongkar muat di depot dengan mudah.

Agar depot dapat diakses oleh kapal laut, maka depot harus memiliki fasilitas LPG terminal. Suatu LPG terminal harus berfungsi sebagai penerima, penyimpan, pencampuran sebagian, dan pendistribusian gas LPG. Oleh karena itu, LPG terminal berisi antara lain :

LPG ditransfer ke onshore tangki LPG dengan menggunakan pompa kapal.

b. LPG Storage Tanks

Dua atau lebih tangki di daratan digunakan untuk menerima dan mensortir LPG, melewati terminal dengan single tank. Reduksi biaya dilakukan dengan meminimalkan jumlah tangki serta memaksimalkan daya tampungnya.

c. Vapour Handling System

Pada operasi standar, boil-off vapor diproduksi di tangki dan liquid-filled lines oleh transfer panas dari sekitarnya. Sebuah Boil-Off Gas (BOG) recondenser juga diperlukan, dimana berguna untuk me-recover BOG sebagai produk dan menyediakan surge capacity untuk pompa LPG tahap 2. Sistem baru yang digunakan adalah menggunakan tekanan 0.9 MPa oleh kompresor bertekanan rendah dan pencairan menggunakan LPG sebagai pencampur. Karena tekanan sistem pencairan BOG dinaikkan bersamaan dengan tekanan keluaran maka sistem ini dapat menghemat 30-60% dibandingkan menggunakan conventional high-pressure system. Sistem ini mengadopsi teknologi Cold Energy Storage (CES) untuk mencairkan BOG pada volume konstan dibawah fluktuasi dari LPG pada flow rate keseharian.

d. LPG Vaporizers

Fasilitas LPG terminal memiliki multiple parallel operating vaporizer with spares, yakni :

1. Open rack vaporizers dan menggunakan air laut untuk memanaskan dan menguapkan LPG. 2. Submerged Combustion Vaporizer (SCV)

20

untuk membakar, dan menyediakan panas penguapan.

Pada pembahasan penelitian ini terdapat Sembilan lokasi penyimpanan LPG Pertamina yang existing saat ini sekaligus digunakan sebagai discharging port, antara lain :

1. Pangkalan Susu 2. Lampung 3. Tanjung Priok

 Angkutan LPG

Moda transportasi yang biasa digunakan untuk menyatukan (integrasi) keseluruhan mata rantai industri migas adalah berupa moda angkutan darat, pipa maupun angkutan kapal. Dari ketiganya, maka moda angkutan kapal merupakan moda yang paling efisien, baik ditinjau dari biaya maupun fleksibilitasnya. Moda angkutan laut menjadi lebih penting lagi, mengingat bahwa jarak yang memisahkan antara sumber minyak mentah dan pengolahan minyak, ataupun jarak antara pengolahan minyak dengan daerah konsumen, cukup jauh dan biasanya dipisahkan oleh laut yang luas (Wiralaksana, 2010).

Adapun kapal-kapal yang sedang beroperasi di PT. Pertamina antara lain :

Tabel 2. 2 Identifikasi Jenis Kapal LPG

No Vessel Name Type DWT

Cargo Tank Capacity (MT) Draught (m) 1 ARJUNA SMALL 1 2398 1400 4.5

2 GAS PATRA 1 SMALL 1 3034 1700 4.15

3 GAS PATRA 2 SMALL 1 3034 1700 4.15

4 GAS SOECHI XXVIII SMALL 1 4199 2350 5.7

5 GAS ATTAKA SMALL 1 4350 1950 5.1

6 GAS NATUNA SMALL 1 3213 1700 5.01

7 ELEANOR SMALL 1 3105 1700 4.7

8 GAS ARAR SMALL 2 6540 2500 7.01

9 GAS ARIMBI SMALL 2 6730 2500 7.4

10 AMBALAT SMALL 2 6910 2500 7.3

11 GAS ARTEMIS SMALL 2 7130 2500 8.1

12 NAVIGATOR MARINER MEDIUM 15740 8000 8.2

13 WIDURI MEDIUM 16800 9400 9.4

14 APODA MEDIUM 17294 9700 9.2

15 RAGGIANA MEDIUM 23479 9100 10.5

16 PERTAMINA GAS 1 VLGC 54000 41250 13

Dokumen terkait