• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAMAK TAKSIR LIL ‘AQIL MUANNATS Dalam catatan kami, sangat sedikit jamak taksir lil ‘aqil

Dalam dokumen : Ilmu Nahwu Untuk Pemula (Halaman 77-87)

untuk muannats. Karena kebanyakan jamak taksir lil ‘aqil adalah untuk mudzakkar.

2.2.2 Fi’il Amar

Fi’il amar agak berbeda dengan fi’il madhi dan fi’il mudhari’ karena fa’il (subjek) nya telah melekat dengan fi’ilnya. Ketika kita mengatakan

ْﺲِﻠْﺟِا

(duduklah!) kepada lawan bicara, maka yang diminta untuk duduk adalah lawan bicara (Kamu). Sehingga

ْﺲِﻠْﺟِا

meskipun terlihat satu kata, namun pada hakikatnya tersusun dari dua kata yaitu

ْﺲِﻠْﺟِا

dan

َﺖْﻧَأ

sehingga ini memenuhi persyaratan kalimat yang harus tersusun minimal dari 2 kata. Karena fa’il sudah melekat dengan fi’il amar, maka keenam tashrif fi’il amar digunakan sesuai dengan banyaknya pelaku yang diminta untuk melakukan sesuatu. Contohnya untuk kata perintah

ْﺲِﻠْﺟِا

maka ada 6 kalimat yang bisa digunakan, yaitu:

Kalimat Dhamir Arti

ْﺲِﻠْﺟِا َﺖْﻧَأ

Duduklah kamu (pria) !

ﺎ َﺴِﻠْﺟِا ﺎَﻤُﺘْﻏَأ

Duduklah Kalian berdua !

اْﻮ ُﺴِﻠْﺟِا ْﻢُﺘْﻏَأ

Duduklah kalian!

ْ ِ ِﻠْﺟِا ِﺖْﻧَأ

Duduklah kamu (wanita) !

ﺎ َﺴِﻠْﺟِا ﺎَﻤُﺘْﻏَأ

Duduklah Kalian berdua !

اَّمَل ۥُهَّنَأَو

ِ َّ ٱ ُدۡبَع َماَق

ا ٗدَ ِل ِهۡيَلَع َنوُنوُكَي ْاوُدَك ُهوُعۡدَي

Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya (Al Jinn:19)

َن َك ۥُهَّنَأَو

اَنُهيِفَس ُلوُقَي

ا ٗط َطَش ِ َّ ٱ َ َ

Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah (Al Jinn: 4)

اَذِإَف

ٱ ِتَءٓاَج

ُةَّخٓا َّصل

ِهيِخَأ ۡنِم ُءۡرَمۡلٱ ُّرِفَي َمۡوَي

Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya (‘Abasa : 33-34)

َمۡوَي

ُساَّلٱ ُموُقَي

َيِمَلٰ َعۡلٱ ِّبَرِل

(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (Al Muthaffifin : 6)

ٖذِئَمۡوَي َۚمَّنَهَ ِب ِۢذِئَمۡوَي َءٓيْاِجَو

ُنٰ َسنِلٱ ُرَّكَذَتَيۡ

ٰىَركِّلٱ ُۡ ل ٰ َّنَ أَوَ

Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya (Al Fajr : 23)

ۡذِإ

ِناَتَفِئٓا َّط تَّمَه

ۡلَف ِ َّ ٱ َ َ َو ۗاَمُهُِّلَو ُ َّ ٱَو َ َشۡفَت نَأ ۡمُكنِم

َنوُنِمۡؤُمۡلٱ ِ َّكَوَتَي

ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal (Ali Imran : 122)

َمۡوَي ۡمُكَبٰ َصَأ ٓاَمَو

ِناَعۡمَلٱ َقَۡ لٱۡ

َيِنِمۡؤُمۡلٱ َمَلۡعَ ِلَو ِ َّ ٱ ِنۡذِإِبَف

Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman. (Ali Imran : 166)

َﻠِﺜْﻣَﻷا

ْﺮُﻘﻟا َﻦِﻣ ُﺔ

ِﺚْﻳِﺪَﺤﻟاَو ِنآ

ِن َ ُجَر َلاَق

ۡيَلَع ْاوُلُخۡدٱ اَمِهۡيَلَع ُ َّ ٱ َمَعۡنَأ َنوُفاَ َي َنيِ َّلٱ َنِم

َباَلٱ ُمِهۡ

..

Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu … (Al Maidah : 23)

َو

َلَخَد

َنۡجِّسلٱ ُهَعَم

ِناَيَتَف

Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. (Yusuf : 36)

ۡذِإ

ِناَيِّقَلَتُمۡلٱ َّقَلَتَي

ٞديِعَق ِلاَمِّشلٱ ِنَعَو ِيِمَلٱ ِنَعۡ

(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. (Qaf : 17)

ۥُهَّنِإ

َنوُمِلٰ َّظلٱ ُحِلۡفُي َ

Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan (Al An’am : 21)

ۡوَلَو َلِطٰ َبۡلٱ َلِطۡبُيَو َّقَۡلٱ َّقِحُِل

َنوُمِرۡجُمۡلٱ َهِرَك

agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya (Al Anfal : 8)

َنوُّيِراَوَلٱ َلاَقۡ

َنوُمِل ۡسُم اَّنأِب ۡدَهۡشٱَو ِ َّ ٱِب اَّنَماَء ِ َّ ٱ ُرا َصنَ َأ ُنۡنَ

Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (Ali Imran : 52)

ۡدَق

َنوُنِمۡؤُمۡلٱ َحَلۡفَأ

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (Al Mu’minun: 1)

َمۡوَي

َنوُقِفٰ َنُمۡلٱ ُلوُقَي

ۡمُكِروُّن نِم ۡسِبَتۡقَن اَنوُر ُظنٱ ْاوُنَماَء َنيِ َّلِل ُتَٰقِفَٰنُمۡلٱَو

Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". (Al Hadid : 13)

َمۡوَي

ۥُهُليِوۡأَت ِتۡأَي

َنيِلٱ ُلوُقَيَّ

ۡدَق ُلۡبَق نِم ُهو ُسَن

ُلُسُر ۡتَءٓاَج

ِّقَلٱِب اَنِّبَرۡ

Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: "Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak (Al A’raf : 53)

ٖنۡدَع ُتٰ َّنَج ۡمِهِّبَر َدنِع ۡمُهُؤٓاَزَج

يِرۡتَ

اَهِتۡت نِمَ

ُرٰ َهۡنَ ۡ

لٱ

ا ٗدَبَأ ٓاَهيِف َنيِ ِلٰ َخ

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. (Az Zalzalah : 8)

اَذِإ

ُنﺎ َﻀَﻣَر َءﺎَﺟ

ُﻴﻦِﻃﺎَﻴ َّﺸﻟا ْتَﺪِّﻔ ُﺻَو ِرﺎَّﺠا ُباَﻮْﺑَأ ْﺖَﻘِّﻠُﻏَو ِﺔَّﻨَْﻟﺠا ُباَﻮْﺑَأ ْﺖَﺤِّﺘُﻓ

Bila bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan pun dibelenggu (HR Bukhari & Muslim)

ْﺖَّﻔَﺟ

ِﻪِﺑ

ُمَ َْ ْ

ﻷا

َو

ْتَﺮَﺟ

ِﻪِﺑ

ُﺮﻳِدﺎَﻘَﻤْﻟا

Pena-pena telah kering dan takdir pasti berlaku (HR Muslim no. 2648)

ُ

ﺄَﻤ َّﻈﻟا َﺐَﻫَذ

َو

ُقوُﺮُﻌْﻟا ْﺖَّﻠَﺘْﻧا

َو

ُﺮْﺟَ ْ

ﻷا َﺖَﺒَﻋ

ُ َّﺑا َءﺎ َﺷ ْنِإ

Telah hilang dahaga, dan telah basah tenggorokan, dan telah tetap pahala insya Allah (HR Abu Daud no. 2010)

Latihan 1

Terjemahkan dan tentukanlah apakah kalimat berikut ini benar atau salah! Bila salah, tunjukkan kalimat yang benar!

Contoh:

ﺢﻴﺤﺻ

Zaid telah datang

ٌﺪْﻳَز َءﺎَﺟ

1

ٌﺪْﻨِﻫ ْﺖَﺋﺎَﺟ

Hindun telah datang

ٌﺪْﻨِﻫ َءﺎَﺟ

2 Latihan:

ُﺦْﻴ َّﺸﻟا َمﺎَ

1

ُﺔَﻣﺎَﺳُأ ْﺖَﻈَﻘْﻴَﺘْﺳِا

2

ُب َّﻼ ُّﻄﻟا ْﺖَﻣﺎَﻧ

3

ُﺐَﻫْﺬَﻳ

ُتﺎَ ِﻛﺎ َّﻄﻟا

4

ُءﺎَّﺒِﻃَﻷا ُﻊِﺟْﺮَﺗ

5

ِنﺎَﺘَ ِﻛﺎ َّﻄﻟا ِنﺎَﻣْﻮُﻘَﻓ

6

َﻤِﻠ ْﺴُﻤﻟا ُﺊْﻴِﺗﺠَ

ُت

7

ُتﺎَ ِﻛﺎ َّﻄﻟا َﻦ ْﺴَﻠَﺟ

8

ُد َﻻْوَﻷا ْﺖَﺒَﻫَذ

9

ُم َﻼﻗَﻷا ْﺖَﻋﺎَﺿ

10

ُتﺎَﺒْﻳِرْﺪَّﻛﺤا

Latihan 2

Hubungkan kata-kata di kolom kanan dengan kolom kiri agar menjadi kalimat sempurna!

ُتﺎَﺳِّرَﺪُﻤﻟا َمﺎَﻗ

ُلﺎَﺟِّﺮﻟا ْﺖَﻋﺎَﺿ

ُﺐُﺘﻜﻟاُ ُﺐَﻫْﺬَﺗ

ُﺔَﺤْﻠ َﻃ ُﻊِﺟْﺮَﻳ

ُءﺎ َﺴِّﻨﻟا ُﺲِﻠْ َﺗﺠ

Latihan

3

Terjemahkan kalimat berikut ke dalam bahasa Arab! a. Dua orang dokter (pria) sedang pergi : b. Para siswi telah datang : c. Para orang faqir sedang menangis : d. Mu’awiyah telah pulang : e. Orang-orang kaya sedang tersenyum : f. Dua anak laki-laki sedang berlari : g. Para Pak Guru telah duduk : h. Zainab sedang berdiri : i. Para pedagang (pria) telah keluar : j. Ali sedang duduk :

2.3 Pola Kalimat Fi’il Muta’addiy

Fi’il muta’addiy adalah fi’il yang butuh objek (maf’ul bih). Oleh karena itu, bila kita menyusun kalimat dengan fi’il muta’addiy maka kita harus menyebut objek yang disebut maf’ul bih dalam bahasa Arab.

Contohnya kalimat “Zaid telah membaca Al Qur’an”:

َنآﺮُﻘﻟا ٌﺪْﻳَز أَﺮَ َ

Objek Subjek Predikat

Kata

َ

أَﺮَ

merupakan kata predikat atau kerja lampau (fi’il madhi), Zaid adalah subjek (fa’il) dan Al Qur’an adalah objek (maf’ul bih). Contoh lain kalimat “Saya telah melihat seorang siswa”:

َﺐِﻟﺎ َّﻄﻟا ُﺖْﻳَأَر

Objek Subjek + Predikat

Susunan kalimat bahasa Arab memang berbeda dengan bahasa Indonesia yang memiliki rumus Subjek + Predikat + Objek. Beda dengan bahasa Arab yang memiliki rumus:

Berikut ini kaidah yang berlaku untuk jumlah fi’liyyah untuk fi’il muta’addiy:

1. Fi’il harus sesuai jenisnya dengan fa’il.

Bila fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya wajib mudzakkar. Sebaliknya jika fa’ilnya muannats, maka fi’ilnya wajib muannats. Contohnya:

Fi’il + Fa’il + Maf’ul bih

Mudzakkar Muannats

َ

أَﺮَ

َنآْﺮُﻘﻟا ٌّ َِﻋﻠﻲ َنآْﺮُﻘﻟا ُﺔَﻤِﻃﺎَﻓ ْتَأَﺮَﻗ

2. Fi’il harus dalam bentuk mufrad

Ini berlaku baik untuk fa’il yang mufrad, mutsanna, maupun jamak. Jadi sekalipun fa’ilnya mutsanna ataupun jamak, fi’il tetap wajib dalam keadaan mufrad. Contohnya:

Mudzakkar Muannats

Mufrad

َنآْﺮُﻘﻟا ُﻢِﻠْﺴُﻤﻟا َأَﺮَﻗ َنآْﺮُﻘﻟا ُﺔَﻤِﻠْﺴُﻤﻟا ْتَأَﺮَﻗ

Mutsanna

َنآْﺮُﻘﻟا ِنﺎَﻤِﻠ ْﺴُﻤﻟا َأَﺮَ َنآْﺮُﻘﻟا ِنﺎَﺘَﻤِﻠْﺴُﻤﻟا ْتَأَﺮَ

Jamak

َنآْﺮُﻘﻟا َنْﻮُﻤِﻠ ْﺴُﻤﻟا َأَﺮَ َنآْﺮُﻘﻟا ُتﺎَﻤِﻠْﺴُﻤﻟا ْتَأَﺮَﻗ

3. Fa’il harus dalam keadaan rafa’ (marfu’)

Berikut kaidah rafa’ untuk mufrad,mutsanna, dan Jamak:

Jumlah Keadaan Ketika

Rafa’ Contoh

Mufrad Dhammah

َنآْﺮُﻘﻟا ُﺐِﻟﺎ َّﻄﻟا َأَﺮَﻗ

Mutsanna Alif

َنآْﺮُﻘﻟا ِنﺎَ ِﻛﺎ َّﻄﻟا أَﺮَ َ

Jamak Mudzakkar

Salim Waw

َنآ ْﺮُﻘﻟا َنْﻮُ ِﻛﺎ َّﻄﻟا َأَﺮَ

Jamak Muannats Salim Dhammah

َنآْﺮُﻘﻟا ُتﺎَ ِﻛﺎ َّﻄﻟا ْتَأَﺮَﻗ

Jamak Taksir Dhammah

َنآْﺮُﻘﻟا ُب َّﻼ ُّﻄﻟا َأَﺮَﻗ

Isim yang lima Waw

َنآْﺮُﻘﻟا َكْﻮُﺑَأ َأَﺮَﻗ

4. Maf’ul bih harus dalam keadaan nashab (manshub)

Berikut ini keadaan beberapa kelompok kata ketika manshub:

Jumlah Keadaan Ketika

Nashab Contoh

Mufrad Fathah

َﺐِﻟﺎ َّﻄﻟا ُﺖْﻳَأَر

Mutsanna Ya

ِ ْﻴﻦَ ِﻛﺎ َّﻄﻟا ُﺖْﻳَأَر

Jamak Mudzakkar Salim Ya

َ ْﻴﻦِ ِﻛﺎ َّﻄﻟا ُﺖْﻳَأَر

Jamak Muannats Salim Kasrah

ِتﺎَ ِﻛﺎ َّﻄﻟا ُﺖْﻳَأَر

Jamak Taksir Fathah

َ

أَر

َب َّﻼ ُّﻄﻟا ُﺖْﻳ

Isim yang lima Alif

َكﺎَﺑَأ ُﺖْﻳَأَر

5. Maf’ul bih bisa dari jenis atau jumlah apa saja (disesuaikan dengan konteks kalimat)

Berbeda dengan fa’il dan fi’il yang saling terkait, untuk maf’ul bih sama sekali tidak terkait dengan kondisi fi’il dan fa’il karena memang disesuaikan dengan maksud pembicaraan. Contohnya kalimat:

َ

أَﺮَ

ٌﺪْﻳَز

ﻟا

ِ ْﻴﻦَﻧﺎَﺘِﻜ

(Zaid membaca dua buku)

Tentu kita tidak bisa memaksa maf’ul bihnya mufrad (

َبﺎَﺘِﻜﻟا

) kalau pada kenyataanya buku yang dibaca memang 2 buah! Artinya, bentuk mufrad, mutsanna atau jamak bergantung pada kebutuhan.

Dikarenakan kita telah membahas tuntas variasi fa’il pada pembahasan jumlah fi’liyyah fi’il lazim, maka pada contoh jumlah fi’liyyah fi’il muta’addiy, yang dijadikan fokus pembahasan adalah pada maf’ul bihnya. Silakan hafalkan rumus sakti berikut untuk memudahkan dalam memahami kaidah jumlah fi’liyyah muta’addiy:

KAIDAH JUMLAH FI’lLIYYAH MUTA’ADDIY: 1. Fi’il harus sesuai jenisnya dengan fa’il.

2. Fi’il harus dalam bentuk mufrad.

3. Fa’il harus dalam keadaan rafa’ (marfu’)

4. Maf’ul bih harus dalam keadaan nashab (manshub) 5. Maf’ul bih tidak terkait dengan fi’il dan fa’il

Dalam dokumen : Ilmu Nahwu Untuk Pemula (Halaman 77-87)

Dokumen terkait