• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUS TAKA

B. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Kesehatan adalah hak dasar setiap warga negara atas kesehatannya

termasuk masyarakat miskin, sehingga diperlukan suatu sistem yang mengatur

pelaksanaan bagi upaya pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup sehat.

Kementerian kesehatan menetapkan kebijakan untuk lebih memfokuskan

perhatian pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu.

Dasar pemikirannya adalah selain memenuhi kewajiban pemerintah, akan terjadi

percepatan perbaikan indikator kesehatan apabila lebih fokus pada pelayanan

kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2010).

Masyarakat miskin yang dimaksud adalah mereka yang berada pada garis

kemiskinan atau di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan batas

diperlukan tubuh untuk beraktivitas, ditambah dengan kebutuhan non makanan

(perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, transpor dan kebutuhan pokok

lainnya). Namun demikian, data pendapatan tidak tersedia maka dipakai

pendekatan data konsumsi (pengeluaran). Termasuk pengeluaran adalah perkiraan

nilai barang dan jasa yang dikonsumsi berasal dari hasil produksi sendiri dan

pemberian dari pihak lain. Data BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Sleman

untuk garis kemiskinan di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 sebesar

Rp247.688,00/ kapita/ bulan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang memiliki

pengeluaran per kapita tiap bulannya sebesar Rp247.688,00 atau di bawahnya

berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan melalui program jamkesmas.

2. Tujuan

a. Umum

Sebagai petunjuk bagi para pelaksana Program Jamkesmas dalam rangka

meningkatkan jangkauan, pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan di

Puskesmas dan Jaringannya.

b. Khusus

1) Terselenggaranya pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya

termasuk pertolongan persalinan bagi peserta program Jamkesmas.

2) Terselenggaranya pengendalian rujukan kasus

3) Terkendalinya mekanisme pembiayaan dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya bagi peserta program

4) Terselenggaranya manajemen pengelolaan Program Jamkesmas di

Puskesmas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

3. Sasaran

Sasaran Program Jamkesmas 2012 secara nasional adalah masyarakat

miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak

termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

4. Kebijakan operasional

a. Jamkesmas adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah,

diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan sejak 2008 dan merupakan

perubahan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat

Miskin/JPKMM atau lebih dikenal dengan program Askeskin yang

diselenggarakan pada tahun 2005 s.d. 2007 (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

b. Pelaksanaan Program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip penyelenggaraan

sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, yaitu :

1) Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata

peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin.

2) Menyeluruh sesuai dengan standar pelayanan medik yang cost effective

3) Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas, dan

4) Efisien, transparan dan akuntabel.

5. Kepesertaan

Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas meliputi :

a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan

Bupati/Walikota mengacu pada :

1) Data masyarakat miskin sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS)

2008 dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPPS) yang telah

lengkap dengan nama dan alamat yang jelas.

2) Sisa kuota berasal dari total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk

Kabupaten/Kota setempat yang ditetapkan sendiri oleh Kabupaten/Kota

setempat lengkap dengan nama dan alamat yang jelas.

b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang

tidak memiliki identitas.

c. Ibu hamil dan melahirkan serta bayi yang dilahirkan (sampai umur 28 hari)

yang tidak memiliki jaminan kesehatan.

6. Pelayanan kesehatan

Fasilitas kesehatan dalam program Jamkesmas meliputi Puskesmas dan

jaringannya serta fasilitas kesehatan lanjutan (Rumah Sakit dan Balai Kesehatan

Masyarakat), yang telah bekerja sama dalam program Jamkesmas. Perjanjian

Kerja Sama (PKS) dibuat antara fasilitas kesehatan dengan tim pengelola

Jamkesmas Kabupaten/Kota setempat yang diketahui oleh tim pengelola provinsi

fasilitas kesehatan lanjutan tersebut masih berkeinginan menjadi fasilitas

kesehatan lanjutan program Jamkesmas (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

Ruang lingkup pelayanan kesehatan dasar Rawat Jalan Tingkat Pertama

peserta Jamkesmas di Puskesmas, meliputi konsultasi medis, pemeriksaan fisik

dan penyuluhan kesehatan; laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin);

tindakan medis kecil; pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut atau

tambal; pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita; pelayanan

Keluarga Berencana (alat kontrasepsi disediakan BKKBN), termasuk penanganan

efek samping dan komplikasi; pemberian obat; pelayanan nifas dan bayi baru

lahir; penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi dalam stabilisasi dan

persiapan rujukan pada kasus infeksi, ikterus, kejang; pelayanan KB pasca

persalinan meliputi pil, AKDR, implant, suntik dan komplikasi pemasangan alat

kontrasepsi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Adapun dukungan obat bahan medis habis pakai dan logistik pelayanan

kesehatan untuk Jamkesmas, meliputi obat pelayanan kesehatan dasar; alat dan

obat kontrasepsi; obat untuk penanganan efek samping dan komplikasi disediakan

oleh BKKBN sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan; obat program; vaksin;

reagen dan logistik penunjang (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

7. Pelayanan rujukan

Rujukan pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah proses rujukan

kasus maupun rujukan spesimen/ penunjang diagnostik yang dapat berasal dari

Rumah Sakit atau sarana penunjang medis lainnya. Pelaksanaan rujukan harus

didasarkan pada indikasi medis sehingga Puskesmas harus dapat melakukan

kendali dalam hal rujukan. Pada kondisi tertentu (misal, gawat darurat) rujukan

dapat langsung ke Rumah Sakit. Biaya transportasi dari Puskesmas pembantu ke

Puskesmas atau antar Puskesmas dan dari Puskesmas ke pelayanan rujukan di

tingkat Kabupaten/Kota menjadi tanggung jawab Puskesmas wilayah kerja pasien

tersebut termasuk biaya kesehatan pendamping (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

Dokumen terkait