• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi yaitu jalur perjalanan yang menerus termasuk jalan keluar atau koridor atau selasar umum dan sejenis dari

setiap bagian bangunan gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman yang disediakan bagi suatu lingkungan atau kawasan sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi.

III - 35 DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN Prinsip Penataan Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan.

1. Secara Fungsional meliputi strategi penetapan sistem yang tepat, kualitas dan taraf hidup pengguna, dan integrasi.

2. Secara Fisik meliputi aspek estetika, karakter dan citra kawasan; dan efisiensi sistem jaringan dan operasi pemeliharaan.

3. Secara Lingkungan meliputi lingkungan yang berkelanjutan; keseimbangan jangka waktu pembangunan; dan keseimbangan daya dukung lingkungan.

4. Dari sisi pemangku kepentingan meliputi penetapan sistem yang dikelola berdasarkan kesepakatan dari, oleh dan untuk masyarakat; dan penetapan kewenangan yang jelas pada saat penyediaan, pengelolaan dan perawatan yang terkait dengan peraturan daerah dan instansi atau pun pemangku kepentingan terkait.

Panduan Rancangan merupakan penjelasan lebih rinci atas Rencana Umum yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk penjabaran materi utama melalui pengembangan komponen rancangan kawasan pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana kawasan, kaveling dan blok, termasuk panduan ketentuan detail visual kulitas minimal tata bangunan dan lingkungan.

Panduan Rancangan memuat ketentuan implementasi rancangan terhadap kawasan perencanaan berupa ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang bersifat lebih detail, memudahkan dan memandu penerapan dan pengembangan rencana umum, baik pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana kawasan, kaveling, maupun blok.

Dari analisis perkembangan wilayah Kabupaten Sinjai, dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kategori perkembangan yaitu cepat, sedang dan lambat. Trend perkembangan ini membentuk pola memanjang di sepanjang depan jalan Propinsi dan sekitarnya yang menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang cepat mengenai ruang Urban kawasan perkotaan, pertumbuhan Kawasan Sinjai merupakan bentuk ruang ”streets” yang berorientasi dinamis yang meliputi jalan dan sejalur dan biasanya bersifat linear, dan berorientasi kedua ujungnya.

III - 36 DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

1. Berdasar bentuk ruang, ruang terbuka dapat dibagi atas "squares" dan "streets". Square berkonotasi pada ruang terbuka yang bersifat "statis" (yang merupakan ruang-ruang yang terpumpun pada suatu pusat aktivitas tertentu, dan biasanya bersifat memusat, berorientasi ke dalam) sementara "streets" berkonotasi pada ruang yang bersifat "dinamis" (yang merupakan ruang-ruang sirkulasi : jalan dan jejalur, dan biasanya bersifat linear, berorientasi ke kedua ujungnya).

2. Berdasar karakter pelingkupnya, dapat dibagi atas ruang dengan pembatas bidang lunak (soft edges) ataupun bidang keras (hard edges). Soft edges maupun hard edges ini dapat membentuk ruang positif ataupun ruang negatif, berdasar sifat pelingkupannya. Pada umumnya ruang yang dibatasi oleh pembatas lunak lebih berkarakter informal dan human, sementara yang berpelingkup keras lebih bersifat formal dan mengarahkan.

3. Berdasar orientasi ruang, dapat dibagi atas ruang yang berorientasi ke dalam, ruang yang tidak memiliki orientasi, dan ruang yang berorientasi keluar. Ruang yang berorientasi ke dalam lazimnya memiliki sesuatu yang dapat dinikmati secara visual atupun melalui kegiatan di dalam ruang tersebut, atau karena ruang itu memiliki pelingkup yang sangat kuat (dengan sedikit pelubangan, misalnya). Ruang yang berorientasi ke luar pada umumnya merupakan ruang yang lebih banyak digunakan untuk kegiatan yang lebih pasif dibandingkan kegiatan yang ada di luar.

4. Berdasar penggunaannya, ruang terbuka dapat dibagi dalam ruang aktif, ruang yang setengah aktif, dan ruang yang pasif. Ruang yang aktif adalah ruang yang banyak digunakan untuk kegiatan, dan lazimnya kegiatan itu bersifat temporer, namun bergantian waktunya. Ruang yang setengah aktif adalah ruang yang intensitas penggunaannya tidak setinggi ruang aktif. Ruang-ruang ini lazimnya hanya digunakan pada suatu perioda waktu tertentu. Ruang pasif adalah ruang yang intensitas penggunaannya sangat kurang, atau bahkan hampir tidak ada. 5. Berdasar kepemilikannya, ruang terbuka dapat dibagi dalam ruang privat, ruang

semi-publik, dan ruang publik. Ruang privat merupakan ruang yang dimiliki oleh perseorangan atau lembaga tertentu, dan memiliki eksklusivitas penggunaan yang cukup tinggi, atau paling tidak dapat dikontrol penggunaannya jika dibutuhkan. Ruang semi-publik adalah ruang yang dimiliki oleh sekelompok

III - 37 DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

individu atau lembaga tertentu. Eksklusivitasnya tidak terlalu tinggi, dan kontrol dapat dilakukan atas kesepakatan bersama. Ruang publik adalah ruang yang tidak dikenai hak oleh orang atau lembaga tertentu.

Penggunaan ruang terbuka pada dasarnya akan dipengaruhi oleh tiga faktor yang dominan, yaitu : pencapaian (accessibility), kemenarikan (attractivity), dan kelengkapan (amenities).

Pencapaian meliputi aspek lokasional ruang terbuka tersebut. Apakah ruang tersebut berada di dekat jalur pejalan kaki? Apakah ruang terebut memiliki akses terhadap simpul-simpul kegiatan yang ada? Apakah ruang tersebut mudah dicapai dan berada di lokasi-lokasi yang strategis?

Kemenarikan meliputi ada atau tidaknya sesuatu yang dapat menarik kegiatan (baik kegiatan aktif maupun pasif) di dalam atau di sekitar ruang tersebut. Apakah ada sesuatu yang dapat dilihat di dalam ruang tersebut (jika ruang itu berorientasi ke dalam) atau di sekitar ruang tersbut (jika ruang itu berorientasi keluar)? Apakah ada yang dapat dilakukan dalam ruang itu? Apakah ada pumpunan kegiatan di sekitar ruang itu (pumpunan kegiatan lazimnya menjadi penarik untuk kegiatan yang lain)?

Kelengkapan menunjukkan keberadaan atribut-atribut tertentu yang dapat menjadikan suatu ruang terbuka lebih menarik. Atribut-atribut itu misalnya keteduhan, adanya bangku atau tempat yang dapat digunakan untuk duduk, adanya unsur tanaman, adanya unsur air, dan sebagainya.

3.7 Arahan Pengembangan Kawasan (RP2KP)

Berdasarkan lingkup kegatan dan penyusunan RP2KP sebagai dokumen teknis, kawasan permukiman yang perlu mendapat prioritas penanganan adalah sebagai berikut :

a. Kawasan permukiman yang dikategorisasikan berada dalam lingkungan perumahan kumuh dalam areal perkotaan atau pada kawasan pinggiran, akan tetapi memiliki nilai ekonomis dan atau nilai strategi tinggi, yang apabila ditangani dapat meningkatkan nilai kawasan serta memberi manfaat bagi peningkatan perekonomian wilayah kota secara makro dan mikro.

III - 38 DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

b. Kawasan permukiman yang memiliki fungsi-fungsi khusus dalam skala pembangunan wilayah perkotaan. Kawasan permukiman yang termasuk dalam kategori ini adalah; kawasan pariwisata, kawasan konservasi kultural, kawasan agro industri, dan sejenisnya.

c. Kawasan pinggiran yang masih memiliki ciri-ciri agraris pedesaan dan secara administrasi berada dalam wilayah perkotaan yang berfungsi sebagai hinterland dan atau buffer/penyangga bagi kota dan memiliki keterkaitan dengan wilayah hinterlandnya.

d. Kawasan permukiman yang potensial terkena bencana (alam maupun konflik sosial), sehingga memerlukan penyelesaian dengan segera agar program lain dapat diselenggarakan tepat waktu. Terhadap kawasan ini memerlukan pendekatan identifikasi di dalam penetapan lokasi beserta luasannya serta potensi ancaman bencana alam yang akan terjadi.

Keempat pertimbangan tersebut merupakan dasar dan acuan di dalam menetapkan kawasan permukiman untuk ditetapkan sebagai kawasan prioritas, untuk selanjutnya akan dilakukan tindakan perencanaan, yang tentunya telah dilakukan dan dijadikan sebagai pertimbangan dalam penetapan kawasan permukiman prioritas perkotaan Kota Sinjai. Selanjutnya akan dilakukan perumusan kegiatan dalam program penanganan dan pengendalian yang akan dilakukan sesuai dengan tingkatan prioritasnya. Dengan demikian, Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RP2KP) Kota Sinjai akan menjadi landasan dalam pembangunan dimasa yang akan datang. Untuk maksud tersebut dan dengan pertimbangan kompleksitas pembangunan Kota Sinjai saat ini, maka diperlukan mekanisme sistem perencanaan komprehensif yang salah satunya adalah kegiatan penyusunan RP2KP Kota Sinjai yang bertujuan untuk mendapatkan arahan program pembangunan yang komprehensif dan terpadu.

Kawasan perencanaan adalah merupakan kawasan perencanaan yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan perdagangan. Ditinjau dari kondisi fisik eksisting, maka kawasan tersebut memiliki intensitas pemanfaatan lahan yang cukup tinggi. Sementara itu, penduduk yang mendiami kawasan ini bersifat heterogen yang terdiri dari beberapa suku. Dengan demikian, perkembangan

III - 39 DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

kawasan ini dimasa mendatang akan terjadi secara vertikal mengingat lahan yang tersedia untuk pengembangan secara ekstensif sudah semakin kecil.

Kondisi tersebut perlu segera ditangani dan diarahkan pada : a. Perwujudan struktural pemanfaatan ruang kawasan;

b. Memberikan arahan lingkungan binaan pada kawasan perencanaan yang dapat kepentingan atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan sumber daya dan daya dukung lingkungan

c. Memberikan bantuan pelaksanaan fisik penataan bangunan.

d. Meningkatkan infrastruktur perkotaan baik kualitas maupun kuantitasnya.

Dalam aspek spasial, salah satu indikator dalam menentukan penilaian daya dukung dan kemampuan tanah untuk mendukung aktifitas di atasnya antara lain dipengaruhi oleh jenis tanah, luas wilayah berdasarkan kedalaman efektif tanah, luas wilayah berdasarkan tekstur tanah, topografi/ kelerengan, dan limitasi/daerah pembatas.

Kondisi topografi yang cukup datar di kawasan perencanaan adalah merupakan potensi yang cukup baik dalam mendukung rencana pengembangan kawasan terutama dalam penyediaan infrastruktur permukiman. Kawasan perencanaan didominasi kawasan terbangun berupa fasilitas perdagangan dan jasa permukiman serta fasilitas ekonomi lainnya.

Penggunaan lahan pada kawasan perencanaan tidak terlepas dari pengaruh penggunaan lahan makro, baik lingkup Kabupaten, kota, maupun kawasan atau pusat-pusat pertumbuhan terdekat. Berdasarkan pengamatan lapangan, sistem pusat pelayanan di Kawasan perencanaan tidak lepas dari sistem hirarki pusat satuan permukiman yang telah berkembang. Kondisi ini mengakibatkan hirarki pusat pelayanan pemukiman secara makro akan terintegrasi antara pusat pemukiman wilayah Kabupaten Sinjai dengan pusat pelayanan yang lebih luas.

Usulan program kegiatan pada pembahasan ini merupakan kesesuaian program kegiatan dalam RP2KP. Hal ini dimaksudkan untuk melihat adanya sinkronoisasi jenis program kegiatan yang akan dilaksanakan pada kawasan prioritas yang meliputi beberapa program kegiatan sebagaimana pada tabel berikut:

III - 40 DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Tabel 3.1.Arahan Kegiatan Berdasarkan RP2KP

No Program Arahan Kegiatan RP2KP

1 Pengembangan Peremajaan kawasan permukiman Permukiman Pengaturan GSB, KLB, dan KDB

Pembangunan dan pengembangan jalan lingkungan Peningkatan kualitas permukaan jalan

Pemeliharaan jaringan jalan

Penetapan legalitas jalan-jalan lingkungan, terutama pada lingkungan kumuh

Penyediaan dan pengembangan fasilitas pejalan kaki Pembangunan RUSUNAWA dan RUSUNAMI

a. Penyiapan Lahan b. FS

c. Pembangunan Fisik

Peningkatan peran serta masyarakat 2 Penyehatan

Lingkungan Permukiman

Pengelo/laan limbah secara bersama (onsite) Pembangunan MCK pada lingkungan kumuh Pengelolaan sampah secara terpadu

Peningkatan kapasitas pelayanan persampahan Pengadaan TPS (Container)

Pengadaan tong sampah Pengadaan gerobak sampah

Pembangunan dan pengembangan jaringan drainase Peningkatan dan perbaikan kondisi saluran

Pemeliharaan saluran drainase Normalisasi aliran saluran drainase

III - 41 DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN Peningkatan peranserta masyarakat 3 Penataan

Bangunan dan Lingkungan

Penyiapan RTH

Penyusunan Rencana Tindak Penataan RTH b. Pembangunan RTH

Konservasi daerah bantaran sungai

Pengendalian pembangunan perumahan di area bantaran sungai Bantuan Perbaikan rumah Warmis

Peningkatan peranserta masyarakat Hidran Kebakaran

Menata kawasan pasar Sinjai sebagai pasar komoditas holtikultura 4 Pengembangan

Air Minum

Peningkatan pelayanan air minum

Penambahan jaringan sambungan PDAM Pengadaan hidran umum

Penambahan watermeter Penambahan kapasitas debit air Pembangunan talud sungai Pembuatan Bronjong Pembuatan Sumur Bor

Peningkatan peranserta masyarakat 5 Penataan Ruang

dan Pertanahan

Penyusunan recana tata ruang yang bersifat terinci, meliputi RDTR, RTBL dan masterplan keciptakaryaan

Pengendalian ruang melalui kebijakan zonasi (Zoning regulation)

Konsolidasi lahan, terutama pada kapling lahan yang belum berkembang

Meminimalisir penerbitan sertifikat kepemilikan lahan disepanjang bantaran sungai

6 Ekonomi Peningkatan ekonomi produksi masyarakat Pengembangan UKM

III - 42 DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN Penataan Ekowisata (Bantaran Sungai Sinjai) 7 Sosial Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan

Kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Pembangunan STK

8 Kelembagaan Peningkatan kelembagaan pemerintah

Peningkatan Kelembagaan Masyarakat (BKM & LSM) 9 Legalitas Penyusunan masterplan kawasan prioritas

Penyusunan Perda

Perizinan Pembangunan dan Pengembangan Sumber : Pedoman RP2KP

Pada saat ini Kabupaten Sinjai Belum memiliki dokumen RP2KP dan diharapkan kelak dapat terealisasi sebagai salah satu dokumen keciptakaryaan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Sinjai.

3.8 Integrasi Strategi Pembangunan Kab Sinjai dan Sektor 3.8.1. Strategi Pembangunan Kabupaten Sinjai

Strategi pembangunan di Kabupaten Sinjai tidak terlepas dari strategi yang termuat dalam dokumen teknis yang telah ada terkait dengan kawasan strategis. Kawasan Strategis di Kabupaten Sinjai meliputi :

 RTRW Kabupaten sebagai acuan Spasial

 RISPAM sebagai arahan pengembangan Air Minum  SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi

 RP2KP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman  Rencana Lainnya

III - 43 DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Tabel 3.2 Identifikasi Kesesuaian Lokasi untuk Rencana Pembangunan Bidang Cipta Karya