BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.10. Sistem Petroleum
2.10.3. Jebakan (Trap)
Jebakan adalah suatu susunan batuan sedemikian rupa yang bersifat kedap untuk mencegah hidrokarbon agar tidak “kabur”. Berdasarkan teori potensial, adanya perbedaan fisik antara minyak dengan air yang tidak saling melarutkan dan memiliki densitas berbeda, maka minyak akan selalu naik ke atas dan akan mencari tempat. Klasifikasi jebakan terbagi menjadi tiga ; jebakan struktur, jebakan stratigrafi, dan kombinasi (stuktur dan stragrafi) [17]. Adapun penjelasan tiga jenis jebakan tersebut adalah sebagai berikut:
2.10.3.1. Jebakan Struktur
Jebakan struktur adalah jebakan yang terbentuk akibat adanya gerakan tektonik yang menyebabkan terbentuklah susunan batuan untuk mencegat hidrokarbon, gerakan tektonik tersebut biasanya berupa lipatan atau patahan. Adapun penjelasan jebakan lipatan dan patahan adalah sebagai berikut:
2.10.3.1.1. Jebakan Lipatan
Gambar 2.7. Jebakan Lipatan (Koesoemadinata, 1980) [17]
Jebakan lipatan merupakan jebakan yang pertama kali dikenal di dunia minyak bumi. Jebakan ini diakibatkan oleh pelipatan. Unsur terpenting jebakan ini adalah lapisan penyekat diatas dan sampingnya, sehingga minyak bumi tidak dapat kemana-mana. Dibawahpun akan tercegat oleh bidang equipotensial (bidang batas antara air dan minyak).
Gambar 2.8. Titik Limpah dan Tutupan (Koesoemadinata, 1980) [17]
Seperti sebuah wadah (missal mangkok) yang memiliki titik limpah dan batas maksimal terisinya wadah tersebut, ini juga terdapat disuatu jebakan, batas maksimal disuatu jebakan disebut tutupan (closure).
Tutupan adalah unsur terpenting dalam pelipatan yang menjadi jebakan. Pelipatan bisa saja tetap terjadi, tetapi jika tidak memiliki tutupan, maka itu tidak dapat disebut sebagai jebakan, tidak pengaruh itu pelipatan landai ataupun pelipatan ketat. Menghilangnya tutupan ini disebabkan faktor bentuk lipatan serta pengaruhnya ke dalam [17], penjabarannya adalah sebagai berikut:
a. Bentuk Lipatan
Lipatan tersebut berbentuk sejajar atau sebangun . Jika lipatannya sejajar, biasanya makin kedalam makin mengecil tutupannya, atau bahkan semakin kedalam bisa menghilang lipatannya . Tapi jika lipatannya sedang, makin kedalam biasanya makin baik tutupan jebakannya. Contoh lipatan yang tutupannya makin kedalam makin mengecil lalu hilang adalah seperti gambar dibawah ini:
17
Gambar 2.9. Menghilangnya Tutupan (Koesoemadinata, 1980) [17]
b. Pelipatan Bersifat Diapir
Pelipatan bersifat diapir maksudnya adalah antara pelipatan yang atas dan dibawah sebuah lapisan memiliki cara pelipatan yang tidak sama
Gambar 2.10. Pelipatan Bersifat Diapir , Pada Lapangan Kirkuk, Irak (Dunnington, 1958, dalam
Koesoemadinata, 1980) [17]
c. Pelipatan Berulang
Pelipatan yang berulang adalah peristiwa terjadinya berulang kali pelipatan pada saat terjadinya sedimentasi. Contoh dari peristiwa ini adalah pelipatan diatasnya landai, tapi makin ke dalam makin ketat.
d. Ketidak Selarasan
Pelipatan yang dibawahnya terjadi ketidak selarasan, bisa jadi tidak terdapat pelipatan juga dibawahnya tersebut, karena struktur yang ada diatas berbeda dengan yang berada dibawah.
Gambar 2.12. Ketidak Selarasan (Koesoemadinata, 1980) [17]
e. Lipatan Asimetris
Lipatan yang asimetris menyebabkan adanya bidang sumbu yang tidak lurus (miring) sehingga meyebabkan tidak dapat menentukan titik tutupan atau kulminasi. Terkadang tutupan atau kulminasi pada permukaan mengalami pergeseran tutupan kearah sumbu bidang miring. Adapun contohnya adalah seperti gambar dibawah ini:
Gambar 2.13. Lipatan Asimetris (Koesoemadinata, 1980) [17]
f. Konvergensi Lapisan
Konvergensi lapisan adalah proses penipisan suatu lapisan ke suatu arah. Karena adanya penipisan tersebut, bisa saja dapat menyebabkan hilangnya tutupan.
19
Gambar 2.14. Konvergensi Lapisan (Diadaptasi Dari Levorsen , 1958 Dalam Koesoemadinata, 1980) [17]
2.10.3.1.2. Jebakan Patahan
Dalam sebuah susunan batuan, patahan juga dapat menjadi sebagai penyekat agar hidrokarbon tidak dapat kemana-kemana. Tapi terkadang patahan juga dapat menjadi sebagai conduit. Patahan dapat atau tidaknya menjadi sebagai conduit adalah tergantung pada tekanan kapilernya. Jika tekanan kapiler lebih besar dari tekanan kolom minyak, maka patahan menjadi pencegat. Tetapi jika tekanan kapiler lebih kecil dari tekanan kolom minyak, maka jebakan menjadi conduit bagi minyak. [17]
Patahan yang hanya berdiri sendiri (tanpa berasosiasi dengan lipatan) tidak selamanya dapat menjadi jebakan, ada empat keharusan jika patahan yang berdiri sendiri menjadi sebagai jebakan yakni; a.) adanya kemiringan wilayah, b.) harus ada paling sedikit dua patahan yang berpotongan, c.) adanya sebuah lengkungan lapisan atau suatu pelipatan, dan d.) pelengkuhan daripada patahannya sendiri dan kemiringan wilayah [17]. Adapun penjelasan keempat keharusan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Adanya Kemiringan Wilayah
Patahan yang lurus tidak dapat menjadi jebakan / penyekat , karena minyak masih dapat lolos melalui arah lainnya, kecuali arah lain tersebut tersekat oleh patahan-patahan yang lainnya, baru minyak tidak dapat lolos.
Gambar 2.15. Kemiringan Wilayah dan Dua Patahan berpotongan Sebagai Jebakan (Koesoemadinata, 1980)
[17]
b. Harus Ada Paling Sedikit Dua Patahan Yang Berpotongan
Jika hanya ada satu patahan dalam suatu penampang, mungkin itu sudah terlihat berupa jebakan dari satu sisi, tetapi sisi lainnya masih bisa menjadi celah untuk lolosnya minyak. Oleh karena itu harus di evaluasi juga dari arah sisi lainnya. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 2.14.
c. Adanya Suatu Pelengkungan Lapisan Atau Suatu Pelipatan
Patahan merupakan pencegat dari satu arah saja, maka harus ada pelengkungan dari lapisan atau suatu pelipatan untuk mencegat sisi yang lainnya agar minyak tidak dapat lolos. Pencegat dari arah lainnya itulah yang dapat berupa suatu pelengkungan lapisan atau suatu pelipatan.
Gambar 2.16. Pelengkungan Lapisan Sebagai Pembantu Patahan Sebagai Jebakan ( Koesoemadinata,
1980) [17]
d. Pelengkungan Dari Patahannya Sendiri Dan Kemiringan Wilayah
Jika dilihat dari satu arah, mungkin wilayah tersebut terlihat miring, padahal jika dilihat dari sisi lainnya terdapat patahan yang melengkung
21
yang membuat semua arah tercegat, baik tercegat akibat kemiringan wilayah ataupun tercegat patahan melengkung tersebut. Akibatnya adalah minyak tidak dapat lolos kemana-mana. Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.17. Jebakan Karena Kemiringan Wilayah Dan Patahan Yang Melengkung (Koesoemadinata, 1980)
[17]
Dalam kenyataannya, sangat jarang yang murni hanya patahan sebagai sebuah jebakan. Biasanya yang banyak adalah patahan berasosiasi dengan pelipatan untuk menjadi jebakan, misalnya disatu sisi terdapat patahan, disisi lainnya terdapat antiklin. Patahan sendiri terbagi menjadi empat jenis [17], yakni;
2.10.3.1.2.1. Patahan normal
Patahan normal cukup sering didapati dalam sebuah jebakan struktur, biasanya berasosiasi dengan pelipatan. Ketimbang didalam “foot wall”, minyak lebih banyak terjadi pada “hanging wall”.
Gambar 2.18. Patahan Normal Berkombinasi Dengan Lipatan Pada Mangun Jaya – Tanjung Tiga (Shell
BPM, 1961 Dalam Koesoemadinata, 1980) [17]
2.10.3.1.2.2. Patahan Naik
Dalam sebuah jebakan, patahan naik biasanya berasosiasi dengan lipatan ketat ataupun lipatan asimetris. Patahan naik yang berasosiasi dengan lipatan asimetris dapat membuat jebakan yang berada dibawah ataupun diatas patahan tersebut. Selain itu patahan naik juga dapat membentuk perangkap sesar sungkup
Gambar 2.19. Jebakan Sesar Sungkup Turner Valley, Kanada Barat (Link, 1950 Dalam Koesoemadinata
1980) [17]
2.10.3.1.2.3. Patahan Tumbuh
Patahan tumbuh adalah patahan yang terjadi bersamaan dengan terjadinya sedimentasi. Patahan tumbuh sering menyebabkan terbentuknya roll over, sehingga disini juga terdapat kombinasi antara
23
patahan dengan lipatan yang menunjukkan tutupan. Pelipatan dalam peristiwa ini terjadi karena pematahan [17].
Gambar 2.20. Roll Over Pada Patahan Tumbuh (Koesoemadinata, 1980) [17]
2.10.3.1.2.4. Patahan Transversal (Wrench Fault)
Patahan transversal atau patahan horizontal ini biasa disebut juga
strike-slip fault dapat menjadi jebakan struktur. Pada umumya jebakan
patahan transversal merupakan pemancungan oleh penggeseran patahan terhadap kulminasi setengah lipatan dan pelengkungan struktur pada bagian penunjaman yang terbuka [17].
Gambar 2.21. Peta Struktur Jebakan Patahan Transversal Pada Lapangan Minyak Pungut Dan Tandun (Mertosono, 1975 Dalam Koesoemadinata, 1980) [17]
Gambar 2.22. Penampang Seismik Jebakan Patahan Transversal Pada Lapangan Minyak Pungut Dan Tandun [17]
2.10.3.1.3. Kubah Garam
Kubah garam adalah lapisan tebal garam yang terbentuknya dari mineral halite. Garam sendiri bersifat plastis dan memiliki massa jenis yang rendah. Lapisan tebal tersebut menusuk kedalam seperti membentuk tiang dan mendorong lapisan yang berada diatasnya sehingga berbentuk seperti kubah.
Gambar 2.23. Penampang Seismik Ideal Kubah Garam Di Daerah Gulfcoast Amerika Selatan [17]
2.10.3.2. Jebakan Stratigrafi
Jebakan stratigrafi adalah keadaan dimana terhalangnya minyak bumi ke segala arah yang disebabkan oleh berubahnya batuan waduk menjadi batuan atau fasies lain yang menyebabkan terhalangnya permeabilitas. Ada beberapa unsur utama Jebakan Stratigafi [17] :
25
b. Terdapat lapisan peyekat yang menghimpit lapisan reservoir
c. Kedudukan lapisan reservoir yang sedemikian rupa sehingga
dapat menjebak minyak
Gambar 2.24. Kedudukan Struktur dan Penghalang Permeabilitas Sebagai Unsur Jebakan Stratigrafi
Adapun klasifikasi perangkap stratigrafi adalah sebagai berikut [17]:
a. Perubahan Porositas
b. Perubahan permeabilitias
c. Overlap lateral dan vertikal
d. Gradasi dari fasies atau pelensaan
e. Truncation
f. Ketidakselarasan
g. Keadaan lingkungan pengendapan
2.10.3.3. Jebakan Kombinasi
Jebakan kombinasi dimana keadaan terdapatnya jebakan struktur dan jebakan stratigrafi secara bersamaan / berasosiasi.