• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Membaca Cerita Anak

4. Jenis Cerita Fiksi Anak

Menurut Nurgiyantoro (2005:286) jenis cerita fiksi anak jika dilihat dari

panjang pendeknya cerita ada dua, yaitu novel dan cerpen, sedangkan jika dilihat

dari isinya terdiri dari 3 jenis yaitu, fiksi realistis, fantasi, historis.

Fiksi realistis adalah cerita yang berkisah tentang isu-isu pengalaman

kehidupan anak secara nyata, berkisah tentang realitas kehidupan (Mitchell via

kehidupan sehari-hari sebagaimana juga dialami oleh anak. Kisah-kisah tersebut

dapat berfungsi sebagai salah satu sarana anak untuk menilai kehidupannya

sendiri. Macam cerita realistis cerita petualangan, cerita keluarga, cerita binatang,

cerita olahraga.

Fiksi fantasi adalah cerita yang menampilkan tokoh, alur, latar, atau tema

yang derajat kebenarannya diragukan. Artinya, berdasarkan logika apa yang

diceritakan dalam cerita itu kurang masuk akal. Dalam cerita fantasi cerita yang

dikisahkan tokoh-tokoh yang mampu melakukan sesuatu di luar jangkauan

manusia biasa.

Fiksi historis adalah cerita yang mengambil bahan dari peristiwa yang

bersifat historis atau masa lalu. “Bahan baku” cerita fiksi historis adalah peristiwa

dan tokoh yang sama-sama dikenal dalam sejarah.

Jenis cerita yang dipakai dalam penelitian ini adalah cerita realistis. Cerita

tersebut adalah Pergi ke Desa, Anak yang Memegang Pot Bunga Kosong, Ko San Si Pemarah, Takeshi dan Danau Kejujuran. Cerita berjudul Sumpah si Jerapah, Singa dan Tikus, Kisah Seekor Burung Pipit juga termasuk dalam cerita relistis jenis cerita binatang (fabel modern).

C. Strategi Pembelajaran dalam Membaca Sastra

Dalam melakukan kegiatan tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Agar

tujuan yang diinginkan dapat tercapai, maka untuk mewujudkannya diperlukan

strategi atau langkah-langkah yang harus dilakukan. Menurut Sanjaya (dalam

dan di luar dirinya untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Jika strategi ini

terkait dengan pembelajaran membaca sastra, berarti strategi ini merupakan cara

penggunaan seluruh kemampuan guru dan siswa untuk menjadi pembelajar yang

hebat sehingga kompetensi-kompetensi bersastra yang dimilikinya bermakna dan

dapat dikembangkan di dalam kehidupannya. Strategi pembelajaran membaca

sastra dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan

yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca sastra.

Beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca

sastra menurut Suryaman (2010: 27) antara lain, pertama, strategi inkuiri yaitu

strategi yang menuntun siswa untuk menemukan pandangan dirinya atas

informasi-informasi dari bahan bacaan. Kedua, strategi pengembangan berpikir

yaitu strategi yang mencakup aktivitas berpikir, mengingat, memahami, dan

berimajinasi. Ketiga, strategi kooperatif yaitu strategi yang menekankan pada

kegiatan diskusi yang memerlukan kerjasama tim. Keempat, strategi bertanya

yaitu strategi yang terkait dengan kegiatan memprediksi, meragukan,

membuktikan.

Kelima, strategi pemetaan cerita rumpang adalah sebuah strategi dengan

pembuatan cerita untuk menggambarkan struktur dan isi dari teks. Keenam,

strategi pemetaan episodik yaitu strategi pembelajaran yang mengajarkan

pengetahuan tentang struktur sebuah teks untuk membantu siswa menciptakan

kemampuan mengidentifikasi dan mengikuti struktur utama di dalam sebuah teks,

yaitu latar, masalah/ tujuan (konflik), klimaks (alur utama), tema, kesimpulan

cerita rumpang dan pemetaan episodik) yang akan diteliti keefektifannya terhadap

pembelajaran membaca sastra berupa cerita anak.

D. Penerapan Strategi Pemetaan Cerita Rumpang dan Pemetaan Episodik dalam Pembelajaran Membaca Cerita Anak

1. Strategi Pemetaan Cerita Rumpang

Strategi pemetaan cerita rumpang merupakan terjemahan dari strategi

Cloze Story Mapping. Strategi ini merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran membaca. Strategi ini dikenalkan oleh D. Ray Reutzel pada tahun

1986. Menurut Reutzel (via Wiesendanger, 2001: 170), strategi pemetaan cerita

rumpang memberikan siswa pola pikir untuk mengatur, memonitor, dan

mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari teks.

Strategi pemetaan cerita rumpang menggabungkan bagian-bagian isi

dengan strategi pembuatan cerita untuk mempresentasikan konten struktur (unsur

intrinsik) dan semantik dari teks. Strategi pemetaan cerita rumpang dapat

memperjelas struktur dan meningkatkan pemahaman. Kerangka kerja digunakan

untuk mengatur, memonitor, dan mengintegrasikan informasi-informasi yang

didapat dari teks. Siswa mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan yang

sudah dimiliki sebelumnya. Strategi ini cocok untuk level awal untuk

memfasilitasi siswa yang membutuhkan bantuan terkait pemahaman atau

organisasi, monitoring dan integrasi informasi.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan strategi pemetaan cerita rumpang

yaitu: siswa membaca teks yang diberikan oleh guru. Setelah siswa membaca teks

urutan kemunculan dalam teks, yang dimaksud dalam hal ini adalah siswa

mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam cerita yang telah dibaca.

Selanjutnya, guru menyuruh siswa untuk berkelompok. Setelah berkelompok,

siswa berdiskusi dengan kelompoknya mengenai identifikasi unsur intrinsik yang

sebelumnya telah mereka kerjakan sendiri. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru

menunjukkan contoh peta cerita rumpang.

Selanjutnya, secara berkelompok siswa membuat peta cerita dengan cara

meletakkan gagasan utama pada lingkaran atau bentuk lain ditengah peta tersebut.

Setelah itu, siswa membuat garis-garis yang menghubungkan lingkaran di tengah

dengan kejadian/karakter lainnya. Garis-garis ini ditempatkan simetris mengitari

lingkaran di tengah yang mengandung gagasan utama. Lalu, siswa menuliskan

kejadian-kajadian pada garis yang telah dibuat. Hampir serupa, masukkan sub

kejadian dan sub konsep pada kejadian/konsep utama. Siswa dapat memvariasikan

bentuk untuk mencakup gagasan-gagasan tersebut agar struktur peta dapat lebih

mudah dipahami, contohnya, dapat menggunakan satu bentuk yang sama untuk

menandai gagasan pokok, bentuk lain untuk gagasan penjelas/pendukung. Siswa

juga dapat menggunakan berbagai warna jika diinginkan.

Setelah siswa selesai memetakan cerita, langkah selanjutnya yaitu, guru

memberikan peta cerita yang telah dirumpangkan sebelumnya kepada siswa.

secara individu siswa menjawab/mengisi bagaian yang rumpang. Hal ini

dilakukan untuk mengukur dan memperdalam pemahaman siswa terhadap cerita.

Apabila siswa telah selesai mengisi bagian yang rumpang, selanjutnya siswa dan

Dokumen terkait