• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Pengetahuan Gizi

5.3.1 Jenis dan Frekuensi Makanan Supir Angkot

Medan

Pola makan yang dilihat dari frekuensi dan jenis bahan makanan menunjukkan keanekaragaman konsumsi yang cukup bervariasi.Tidak ada satu jenis bahan makanan yang mengandung semua zat gizi yang mampu membuat hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengonsumsi aneka ragam makanan (Almatsier, 2005).

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai jenis makanan pada supir angkot, dijumpai berbagai macam jenis, yaitu jenis bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi oleh supir angkot >1x1 hari adalah nasi yaitu 61 orang (100%), dan untuk pengganti atau penambah nasi lebih cenderung memilih mie atau roti, umumnya supir angkot mengonsumsi mie dan roti di sela-sela waktu istirahat mereka dalam bekerja. Karena supir angkot membutuhkan energi yang besar maka mereka harus mengonsumsi nasi sebagai sumber energi, apalagi di rumah makan sekitar pangkalan hanya tersedia nasi putih.

Bahan makanan pokok merupakan sumber penghasil utama energi. Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting dalam susunan hidangan pada masyarakat Indonesia dan biasanya merupakan jumlah terbanyak dalam suatu hidangan. Bahan

makanan pokok juga dianggap terpenting, karena bila suatu susunan makanan tidak mengandung bahan makanan pokok, tidak dianggap lengkap, dan sering orang yang mengkonsumsinya mengatakan belum makan, meskipun perutnya telah kenyang olehnya

(Sediaoetama, 2006).

Sementara untuk lauk pauk, ikan basah merupakan lauk yang paling sering dikonsumsi dengan frekuensi makan 1x1 hari sebanyak 32 responden (52,46%). Pada umumnya ikan disajikan dan diolah dengan cara digoreng dan disambal. Sebagian besar supir angkot mengonsumsi ikan karena di rumah makan sekitar pangkalan lebih sering tersedia ikan basah.

Bahan makanan lauk pauk adalah banyak mengandung protein yang mana berfungsi sebagai pembangun dan berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang mati. Sumber protein ada dua yaitu bahan makanan hewani yang merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu. Apabila kelebihan protein dapat menyebabkan obesitas, sedangkan kekurangan protein dapat menyebabkan letih lesu sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja.

Jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi adalah sayur kangkung dengan frekuensi makan 1-3x /minggu sebanyak 59 responden (96,72%) , sayur yang dikonsumsi supir angkot kurang bervariasi karena mereka mengkonsumsi sayuran yang sama setiap harinya walaupun dalam pengolahannya masih salah karena sayurnya terlalu matang. Karena rata-rata supir angkot makan di rumah makan sekitar

pangkalan, tetapi ada juga sebagian supir angkot makan di rumah mereka atau membawa makanan dari rumah terutama supir angkot yang sudah menikah.

Jenis buah yang sering dikonsumsi adalah buah pepaya dan jeruk dengan frekuensi makan 2x1 bulan sebanyak 30 orang (50,82%), supir angkot jarang mengonsumsi buah, hal ini disebabkan karena di rumah makan sekitar pangkalan jarang menyediakan buah-buahan. Padahal pepaya banyak mengandung vitamin A dan vitamin B kompleks, dan pepaya juga dapat membantu pencernaan protein (Irianto, 2004).

Waktu makan supir angkot tidak teratur karena pada saat waktu makan mereka harus mengemudi angkot karena kejar setoran. Sehingga menyebabkan pola makan supir angkot tidak teratur yang dapat mengakibatkan penyakit-penyakit pencernaan, seperti magg.

5.3.2. Konsumsi Energi dan Protein

Konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi secara langsung. Konsumsi pangan yang cukup akan membentuk status gizi yang baik atau sebaliknya, konsumsi pangan yang tidak cukup akan menimbulkan status gizi yang buruk pula. Menurut Radhardja, P (2001) yang dikutip dari Harper, dkk (1985) bagi sebagian negara-negara yang sedang berkembang ada empat faktor yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan sehari-hari, yaitu (a) produksi pangan untuk keperluan rumah tangga, (b) pengeluaran uang untuk keperluan rumah tangga, (c) pengetahuan gizi, dan (d) tersedianya pangan.

Berdasarkan hasil penelitian didapat tingkat konsumsi energi supir angkot yang berada pada kategori sedang yaitu sebanyak (68,85%) dan tidak ada supir

angkot yang termasuk dalam kategori defisit. Konsumsi makan yang cukup pada supir angkot yang didukung oleh selera makan yang tinggi meskipun dengan kerterbatasan aneka ragam makanan, tetapi tetap dengan kecukupan energi.

Konsumsi energi yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan berat badan. Energi yang berlebih disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain. Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan kegemukan, yang biasanya disertai berbagai gangguan kesehatan. Antara lain tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit kencing manis dll.

Supir angkot yang yang tingkat konsumsi energinya kurang dan mengalami overweight sebesar 3,28%, ini disebabkan oleh konsumsi makanan yang kurang dan frekuensi makan hanya dua kali sehari, karena kondisi uang yang tidak cukup. Apabila konsumsi energi kurang, maka cadangan energi dalam tubuh yang berada dalam jaringan otot/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Apabila hal ini berlanjut, maka dapat menurunkan daya kerja dan kreativitas. Kemudian diikuti oleh menurunnya produktivitas kerja, malas dan mengantuk. Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Selain itu, ia mudah terkena penyakit infeksi.

Berdasarkan hasil penelitian didapat tingkat konsumsi protein supir angkot yang berada pada kategori baik (60,66%), dan tidak ada yang mengalami defisit. Ini disebabkan karena supir angkot sering mengonsumsi ikan basah dengan frekuensi makan 1x1 hari sebesar 52,46 % dan juga karena memang ikan lebih sering tersedia

di rumah makan sekitar pangkalan. Konsumsi protein supir angkot sudah baik yang sangat mempengaruhi perbaikan jaringan tubuh yang rusak atau menggantikan sel-sel tubuh yang sudah rusak.

Konsumsi protein supir angkot yang berada pada kategori kurang yaitu sebesar 3,28%, hal ini disebabkan karena kebiasaan supir angkot untuk mengutamakan nasi sebagai sumber tenaga dan menomorduakan mengonsumsi makanan yang mengandung makanan yang mengandung sumber protein. Sebagian supir angkot mengganggap bahwa nasi yang paling utama, jadi nasi yang paling lebih banyak dikonsumsi.

Konsumsi protein lebih tinggi daripada konsumsi energi ini disebabkan karena supir angkot setiap pagi sering mengkonsumsi telur ayam setengah matang yang banyak mengandung protein. Dan mereka juga sering mengonsumsi tempe dengan frekuensi makan >1x1 hari sebanyak 34,43%. Secara prinsip, cara konsumsi yang baik adalah hal yang mudah. Caranya memilih makanan yang mengandung zat gizi esensial, serat, dan energi tanpa kelebihan lemak, gula dan garam. Tidak banyak orang yang dapat melakukan hal tersebut, sebagian lagi adalah orang kelebihan berat badan karena terlalu banyak konsumsi yang tidak diimbangi dengan pengeluaran energi dan sebagian lainnya adalah orang dengan status gizi kurang. Kedua kelompok ini selanjutnya akan mengalami gangguan kesehatan. Konsumsi zat gizi yang berlebihan juga membahayakan kesehatan. Misalnya konsumsi energi dan protein yang berlebihan akan menyebabkan kegemukan sehingga beresiko terhadap penyakit kelainan kardiovaskuler.

Dokumen terkait