• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Homonimi

Dalam dokumen BAB II ANALISIS DATA (Halaman 42-55)

Disamping homonimi adapula istilah homofoni dan homografi. Ketiga istilah ini biasanya dibicarakan bersama karena ada kesamaan objek pembicaraan. Berikut adalah beberapa contoh bentuk homofoni dan homografi.

A. Homofoni

Homofoni adalah dua leksem yang atau lebih yang pelafalan dan pengucapannya sama, tulisan berbeda, arti leksikalnya berbeda.

commit to user

67 1) Data 51 (SN)

pang dan punk

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Manuk kuwi lagi menclok ning pang ‘Burung itu sedang hinggap di ranting’.

(b) Bocah punk kuwi lagi ngamen ‘Anak punk itu sedang ngamen’.

Pang dan punk memiliki pelafalan yang sama namun cara penulisannya

berbeda, dan makna leksikalnya juga berbeda, kata pang yang bermakna ranting yang berasal dari bahasa Jawa dan kata punk yang bermakna orang yang ingin menunjukkan jatidiri dan hidup dengan cara mereka sendiri adalah kata serapan dari bahasa asing. Dengan demikian pang dan punk berhomofoni.

2) Data 52 (SN)

dewe dan dhewe

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Toni lagi makan dewe ‘Toni sedang makan sendiri. (b) Toni awake gedhe dhewe ‘Toni tubuhnya paling besar’.

Dewe dan dhewe memiliki pelafalan yang sama namun cara

penulisannya berbeda, dan makna leksikalnya juga berbeda, kata dewe yang bermakna sendiri dan kata dhewe yang bermakna paling. Dengan demikian

pang dan punk berhomofoni.

3) Data 53 (EP)

rok dan rock

commit to user

68

(a) Anin ditumbaske ibuk rok anyar ‘Anin dibelikan ibu rok baru’.

(b) Amir lagi ngrungoke musik rock ‘Amir sedang mendengarkan musik rock’.

Rok dan rock memiliki pelafalan yang sama namun cara penulisannya

berbeda, dan makna leksikalnya juga berbeda, kata rok yang bermakna busana wanita yang berasal dari bahasa Jawa dan kata rock yang bermakna sebuah aliran bermusik adalah kata serapan dari bahasa asing. Dengan demikian rok dan rock berhomofoni.

4) Data 54 (EP)

kopi dan copy

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Bapak lagi ngunjuk kopi ‘Bapak sedang minum kopi’. (b) Pilme lagi tak copy telu ‘Pilmnya baru saya copy tiga’.

Kopi dan copy memiliki pelafalan yang sama namun cara penulisannya

berbeda, dan makna leksikalnya juga berbeda, kata kopi yang bermakna minuman berwarna hitam dan kata copy yang bermakna memperbanyak adalah kata serapan dari bahasa asing. Dengan demikian kopi dan copy berhomofoni.

5) Data 55 (DA)

ben dan band

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi: (a) Adusa sik ben wangi ‘Mandilah dulu agar wangi’. (b) Sesuk ayo latiyan band ‘Besok ayo berlatih band’.

commit to user

69

Ben dan band memiliki pelafalan yang sama namun cara penulisannya

berbeda, dan makna leksikalnya juga berbeda, kata ben yang bermakna biar atau supaya dan kata band yang bermakna sebuah grub musik adalah kata serapan dari bahasa asing. Dengan demikian ben dan band berhomofoni. B. Homografi

Homografi adalah dua leksem atau lebih yang sama tulisannya sama, pelafalannya berbeda, dan arti leksikalnya berbeda.

1) Data 56 (LD)

pêthêl dan pêthèl

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Bejo kui nek mergawe Pêthêl ‘Bejo itu kalau bekerja rajin’.

(b) Bejo mecah kayu nganggo Pêthèl ‘ Bejo membelah kayu dengan kampak’.

Pada kata pêthêl vokal (e) dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada Pêthèl kosa kata kedua vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda yaitu pêthêl bermakna rajin karena memiliki fitur semantik giat dan semangat sedangkan Pêthèl bermakna sejenis kapak karena memiliki fitur semantik alat dan kayu. Dengan demikian pêthêl dan Pêthèl berhomografi.

2) Data 57 (LD)

gêgêr dan gègèr

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

commit to user

70

(b) Dik Raka karo Nana gègèr amarga rebutan yoyo ‘Dik Raka sama Nana ribut karena rebutan yoyo’.

Pada kata gêgêr vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada gègèr vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda, yaitu gêgêr pada bermakna punggung karena memiliki fitur semantik bagian tubuh sedangkan gègèr bermakna ribut karena memiliki fitur semantik ramai dan ricuh. Dengan demikian gêgêr dan

gègèr berhomografi.

3) Data 58 (LD)

lêmpêr dan lèmpèr

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Simbah lagi dahar lêmpêr ‘Simbah sedang makan lemper’.

(b) Ibu ngulek sambel nganggo lèmpèr ‘Ibu sedang menghaluskan sambal memakai lemper’.

Pada kata lêmpêr vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada lèmpèr vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehinga maknanya menjadi berbeda. Pada kata lêmpêr bermakna makanan kecil dari ketan karena karena memiliki fitur semantik sejenis makanan sedangkan

lèmpèr bermakna alat dapur karena memiliki fitur semantik alat buatan

manusia dan penghalus bumbu. Dengan demikian lêmpêr dan lèmpèr berhomografi.

commit to user

71 4) Data 59 (LD)

kêsêt, kèsèt dan kêsèt

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Piringe dikumbah nganti kêsêt ‘Piringnya dicuci sampai tidak keset (tidak licin)’.

(b) Sak durunge melbu omah kèsèt disik ‘Sebelum masuk rumah keset dulu’.

(c) Anto kuwi bocahe kêsèt ‘Anto itu ananknya malas’.

Pada kata kêsêt vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada kèsèt vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek, sedangkan untuk kata kêsèt vokal (e) pada suku kata pertama pengucapannya sama dengan kata bedak, dan (e) pada suku kata kedua pengucapannya sama dengan kata bebek, ketiganya mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata

kêsêt bermakna tidak licin karena memiliki fitur semantik kering dan kasar

dan kèsèt bermakna pengesat kaki karena memiliki fitur semantik alat dan pembersih sedangkan kêsèt bermakna malas karena memiliki fitur semantik lemas dan tidak semangat. Dengan demikian kêsêt, kèsèt dan kêsèt berhomografi.

5) Data 60 (DC)

gêndhêng dan gêndhèng

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Joko gêndhêng amarga kalah judi ‘Joko gila karena kalah judi’ (b) Joko mecahke gêndhèng telu ‘Joko memecahkan genting tiga’.

commit to user

72

Pada kata gêndhêng vokal (e) pengucapanya sama dengan kata bedak, sedangkan pada gêndhèng vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata gêndhêng bermakna gila karena memiliki fitur semantik gangguan pada jiwa sedangkan gêndhèng bermakna genting memiliki fitur semantik benda buatan manusia dan atap rumah. Dengan demikian gêndhêng dan gêndhèng berhomografi.

6) Data 61 (Art)

cêmêng dan cêmèng

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Tiyang punika ngagem busana cêmêng ‘Orang itu memakai busana hitam’.

(b) Aku sowan budhe arep nyuwun cêmèng loro ‘Saya mengunjungi budhe akan meminta anak kucing dua’.

Pada kata cêmêng vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada cêmèng pada vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata cêmêng bermakna hitam karena memiliki fitur semantik warna sedangkan cêmèng bermakna anak kucing karena memliki fitur semantik nama hewan. Dengan demikian cêmêng dan cêmèng berhomografi.

7) Data 62 (Art)

mêri dan mèri

commit to user

73

(a) Yen duwe mêri kudu dikandhangake ‘Jika mempunyai anak bebek harus di kandangkan’.

(b) Kowe ora perlu mèri karo adhimu ‘Kamu tidak perlu iri dengan adikmu’.

Pada kata mêri vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada mèri vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata mêri bermakna itik atau anak bebek karena memiliki fitur semantik nama hewan sedangkan mèri bermakna iri karena memiliki fitur semantik sifat manusia dan tidak adil. Dengan demikian mêri dan mèri berhomografi.

8) Data 63 (DA)

êmut dan émut

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Permene adik di êmut kancane ‘ permennya adik di kulum temannya’. (b) Simbah mboten émut yen sakniki dinten senen ‘Simbah tidak ingat jika

sekarang hari senin’.

Pada kata êmut vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada émut vokal (e) pengucapannya sama dengan kata becak, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata êmut pada bermakna kulum karena memiliki fitur semantik melakukan kegiatan dan mulut sedangkan émut bermakna lupa karena memiliki fitur semantik hilang. Dengan demikian

commit to user

74 9) Data 64 (DA)

ndêrês dan ndèrès

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Sing ndêrês ning masjid kuwi pak kyai ‘Yang mengaji di masjid itu pak kyai’.

(b) Pakdhe lagi ndèrès siwalan kanggo gawe gula ‘Pakdhe sedang mengambil nira siwalan untuk membuat gula’.

Pada ndêrês vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada ndèrès vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata ndêrês bermakna mengaji karena memiliki fitur semantik religi, membaca atau mengahafalkan sedangkan ndèrès bermakna mengambil nira karena memiliki fitur semantik perbuatan dan air nira. Dengan demikian ndêrês dan ndèrès berhomografi.

10) Data 65 (GA)

kêcap dan kécap

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Wong kuwi yen mangan kêcape banter ‘Orang itu saat makan bersuara keras’.

(b) Aku di utus ibu tumbas kécap s disuruh ibu membeli kecap’.

Pada kata kêcap vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada kécap vokal (e) pengucapannya sama dengan kata becak, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata Kêcap bermakna suara yang

commit to user

75

dihasilkan ketika makan karena memiliki fitur semantik suara dan mulut sedangkan kécap bermakna bumbu masakan karena memiliki fitur semantik benda buatan manusia bumbu. Dengan demikian Kêcap dan kécap berhomografi.

11) Data 66 (GA)

kêcapi dan kécapi

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Jumari dolanan kêcapi ning kamar ‘Jumari bermain kecapi dikamar’. (b) Lele bakare dikécapi supaya gurih ‘Lelenya diberi kecap supaya gurih’.

Pada kata kêcapi vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada kécapi vokal (e) pengucapannya sama dengan kata becak, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata kêcapi bermakna alat musik dan bunyi karena memilik fitur semantik benda buatan manusia sedangkan

kécapi bermakna memberi kecap atau bumbu masakan karena memiliki fitur

semantik melakukan perbuatan dan kecap. Dengan demikian Kêcapi dan

kécapi berhomografi.

12) Data 67 (DC)

sabên dan sabén

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Sabên dina senen wajib upacara ‘Setiap hari senin wajib upacara’. (b) Bapak lunga menyang sabén ‘Bapak pergi menuju sawah’.

Pada kata sabên vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada sabén vokal (e) pengucapannya sama dengan

commit to user

76

kata becak, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata sabên bermakna tiap memiliki fitur semantik berkaitan dengan waktu sedangkan sabén bermakna sawah memiliki fitur semantik tanah lapang. Dengan demikian sabên dan sabén berhomografi.

13) Data 68 (Art)

têkêk dan têkèk

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Gulune Adi ditêkêk Amir ‘lehernya Adi dicekik Amir’.

(b) Sirahe Karim ketiban telek têkèk ‘Kepalanya Karim kejatuhan kotoran tokek’.

Pada kata têkêk vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada têkèk vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata têkêk bermakna cekik atau menjerat leher dengan tangan karena memiliki fitur semantik perbuatan dan leher sedangkan têkèk bermakna nama seekor binatang karena memiliki fitur semantik hewan. Dengan demikian têkêk dan têkèk berhomografi.

14) Data 69 (Art)

pêcêl dan pêcèl

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi: (a) Aku sarapan sega pêcêl ‘Saya sarapan nasi pecel’. (b) Kayune di pêcèl Jumari ‘Kayunya dibelah Jumari’

commit to user

77

Pada kata pêcêl vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada pêcèl vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda. Pada kata pêcêl bermakna nama jenis makanan karena memiliki fitur semantik makanan sedangkan

pêcèl bermakna membelah kayu dengan kampak karena memiliki fitur

semantik kegiatan yang berhubungan dengan kayu. Dengan demikian pêcêl dan pêcèl berhomografi.

15) Data 70 (Art)

mbêlêr dan mbêlèr

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Karim kuwi bocahe pancen mbêlêr ‘Karim itu anaknya memang nakal’. (b) Ati-ati le pringe kuwi mbêlèr ‘Hati-hati nak bambunya itu tajam’.

Pada kata mbêlêr vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada mbêlèr pada kosa kata kedua vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda yaitu mbêlêr bermakna nakal karena memiliki fitur semantik sifat aktif sedangkan mbêlèr bermakna sesuatu yang tajam karena memiliki fitur semantik dapat melukai. Dengan demikian mbêlêr dan mbêlèr berhomografi.

16) Data 71 (LD)

têla dan téla

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

commit to user

78

(b) Aku karo Andri mbakar téla ning kebon ‘Saya dan Andri membakar ketela di kebun’

Pada kata têla vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada téla vokal (e) pengucapannya sama dengan kata becak, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda yaitu têla bermakna lubang di tanah tempat hewan bersembunyi karena memiliki fitur semantik lubang dan tanah sedangkan

téla bermakna ketela karena memiliki fitur semantik umbi-umbian. Dengan

demikian têla dan téla berhomografi. 17) Data 72 (LD)

sêrêt dan sèrèt

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi: (a) Telane marake sêrêt ‘Ketelanya membuat seret’.

(b) Mobil-mobilane disèrèt Fatih ‘Mobil-mobilane ditarik Fatih’.

Pada kata sêrêt vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada sèrèt pada kosa kata kedua vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda yaitu sèrèt bermakna serupa dengan menarik karena memiliki fitur semantik memaksa sedangkan

sêrêt bermakna rasa kesat pada tenggorokan karena memiliki fitur semantik

kering. Dengan demikian sêrêt dan sèrèt berhomografi. 18) Data 73 (LD)

kêri dan kèri

commit to user

79

(a) Sikilku kêri amarga di ilikitik ‘Kakiku geli karena digeilitik’. (b) Hapeku kèri ning meja ‘Hapeku ketinggalan di meja’.

Pada kata kêri vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada kèri vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda yaitu kêri bermakna geli karena memiliki fitur semantik rasa tidak nyaman sedangkan kèri ketinggalan memiliki fitur semantik hilang. Dengan demikian kêri dan kèri berhomografi.

19) Data 74 (Art)

cêpêt dan cèpèt

Kemudian dari data ini dapat diperluas menjadi:

(a) Yen kepengin cêpêt numpak motor wae ‘Jika ingin cepat naik motor saja’.

(b) Ajeng ditumbaske Ibu cèpèt karo bando ‘Ajeng dibelikan Ibu cepet dan bando’.

Pada kata cêpêt vokal (e) pada kata ini dibaca sama dengan pengucapan kata bedak, sedangkan pada cèpèt vokal (e) pengucapannya sama dengan kata bebek pada suku kata kedua, mempunyai tulisan persis sama, bunyi berbeda sehingga maknanya menjadi berbeda yaitu cêpêt bermakna cepat karena memiliki fitur semantik waktu dan tergesa-gesa sedangkan cèpèt ketinggalan memiliki fitur semantik benda buatan manusia dan aksesoris atau hiasan rambut. Dengan demikian cêpêt dan cèpèt berhomografi.

Dalam dokumen BAB II ANALISIS DATA (Halaman 42-55)

Dokumen terkait