• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan

4.3.3 Jenis Ilokusi yang terdapat pada teks Sungguh-Sungguh

Tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi yang tertentu pula. Penutur menginginkan seseorang melakukan tindakan tertentu yang berkaitan sesuatu yang dirasakannya. Tindak ilokusi ini menunjukkan fungsi ujaran atau tuturan, biasanya berkaitan dengan bentuk- bentuk kalimat (Rahardi, 2003 : 71-72).

Berdasarkan hasil analisis teks Sungguh-Sungguh Terjadi, ditemukan lima ilokusi yang muncul. Kelima ilokusi tersebut meliputi : meyakinkan,

mempengaruhi, membujuk, menyindir, perintah. Ilokusi yang sering ditemui dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi adalah ilokusi mempengaruhi, kemudian ilokusi meyakinkan, ilokusi membujuk, menyindir, perintah. Berikut adalah rincian teks untuk masing-masing ilokusi:

4.3.3.1 Ilokusi Meyakinkan

Ilokusi meyakinkan merupakan ilokusi yang paling banyak terdapat dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi. Meyakinkan berasal dari kata yakin yang berarti percaya ( tahu, mengerti) pasti (tentu, tidak salah lagi), sedangkan meyakinkan berarti menyaksikan sendiri supaya yakin (KBBI, 2007 : 1278). Berikut adalah teks yang termasuk ilokusi meyakinkan:

(1) Berebut apem Yogowiyu di Jatinom, Klaten, Jumat 14-1-2011benar-benar meriah. Ribuan warga berebut 5 ton apem dengan cara dan alat macam- macam. Ada yang “menangkap” pakai topi, tambir, payung dibalik, helm, jaring, dan lain-lain. Nyentriknya, ada 4 orang pakai sarung dibentangkan. (2) Saya agak terkejut menyaksikan kecelakaan lalu lintas di kota Taoyuan

Taiwan, tempat saya belajar. Tak ada satu orang pun yang membantu mengangkat tubuh korban. Tetapi para saksi mata berusaha mangatur lalulintas. Ketika saya bertanya pada seorang teman tentang hal itu, ia menjelaskan bahwa membantu mengangkat atau memindahkan tubuh korban justru bisa membahayakan korban. Menurutnya, hanya tenaga para medis yang boleh mengangkat tubuh korban.

(3) Selasa 8-2-2011 saya naik KA Ekonomi jurusan Jakarta-Surabaya. Menjelang masuk stasiun Cirebon diluar sana ada orang yang tega melempar batu, tepat mengenai kaca di samping kanan saya duduk. Kaca jendela tidak pecah, cuma retak. Beberapa saat sesudah kereta berangkat dari stasiun Cirebon, kaca jendela di samping saya duduk kena lemparan batu lagi. Beruntung lagi, kaca tidak pecah. Kok bisa ya, dua kali kena lemparan batu, padahal ada puluhan jendela lain dalam rangkaian gerbong kereta api itu.

Teks (1) di atas menggambarkan suasana yang ramai, berdesak-desakan, banyak orang yang berteriak dan saling berebutan, segala cara dilakukan agar

mendapatkan apem. Konon katanya apabila mendapatkan apem dan memakannya warga Jogowiyu meyakini akan menjadi sehat, rejeki lancar, enteng jodoh. Penulis ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa saat itu suasana di Jogowiyu sangat meriah dipadati banyak orangdari segala usia dan asal daerah yang bermacam-macam yang datang untuk memperebutkan apem.

Teks (2) di atas meyakinkan pembaca bahwa di kota Taoyuan memang benar orang awam tidak boleh mengangkat atau membantu korban kecelakaan dalam kondisi apapun karena akan membahayakan korban. Penulis meyakinkan pembaca bahwa di kota tersebut termasuk kota yang rapi, tidak macet, bersih, tertib lalu lintas, sehingga ketika terjadi kecelakaan polisi dan tenaga medis akan siap melayani setiap waktu.

Teks (3) di atas menggambarkan suasana didalam kereta. Kereta tersebut akan memasuki stasiun Cirebon, di luar stasiun tersebut banyak tangan jail yang melempari kaca jendela dengan batu. Letak kaca tersebut sangat dekat dengan kursi penumpang. Saat kaca itu dilempari batu dua kali tidak sampai pecah namun retak. Penulis meyakinkan pembaca bahwa memang benar kaca kena lemparan batu dua kali ditempat yang sama dan sebenarnya lemparan yang kedua memang tidak disengaja dan hanya kebetulan saja terjadi ditempat yang sama dengan orang yang sama pula.

4.3.3.2 Ilokusi Mempengaruhi

Tuturan “mempengaruhi” juga merupakan ilokusi. Pengaruh berarti daya yang ada atau timbul dari seseorang (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Mempengaruhi berarti

berpengaruh pada batin seseorang akan daya kerjanya (KBBI, 2007: 849). Dengan membaca teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang berilokusi mempengaruhi, diharapkan pembaca bisa terpengaruh dan percaya. Berikut teks yang termasuk ilokusi mempengaruhi.

(1) Di jalan raya Butuh, Mojosongo, Boyolali, ada warung soto rumput dan sate rumput. Sepintas agak nyleneh, tapi ternyata, soto dan sate ayamnya dilengkapi sayur dan lalapan menggunakan rumput laut. Mau coba?sotonya satu porsi Rp 3.000, satenya Rp 6.000. murah meriah dan uenak tenaaan! (2) Selalu saja ada taktik nyleneh baru orang jualan bakso. Seperti misalnya di

desa Giwangretno, kecamatan Sruweng, Pak Yono, pemilik warung bakso “Gila” membuat variasi bakso yang harganya disesuaikan. Semakin besar ukuran, semakin mahal harganya. Ada bakso Rp 5.000, Rp 7.000, Rp 10.000, Rp 12.000 dan Rp 30.000 per porsi. Dan yang paling “Gila” dijual seharga Rp 300.000 berukuran sebesar kalapa. Selain punya kios, pak Yono juga menjajakan baksonya dengan mobil.

Teks (1) tersebut menggambarkan suasana di warung soto, dengan menu andalannya soto dan sate rumput. Sepintas mendengar pembaca akan merasa penasaran dan ingin mencoba. Penulis ingin mempengaruhi pembaca dan diperkirakan akan timbul rasa ingin tahu bahwa soto dan sate tersebut bukan disajikan dengan rumput-rumput hijau yang tumbuh ditanah melainkan rumput laut agar tercipta cita rasa yang menggugah selera.

Teks (2) tersebut berisi suatu pernyataan agar mampu mempengaruhi pembaca dan diperkirakan timbul rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba bakso dengan harga yang disesuaikan dengan kantong.

4.3.3.3 ilokusi membujuk

Membujuk berarti berusaha meyakinkan seseorang dengan kata-kata manis dan sebagainya yang dikatakan benar (untuk memikat hati, menipu,dsb) (KBBI, 2007 : 171). Berikut teks yang termasuk ilokusi membujuk.

(1) Fenomena crop circle yang muncul di Sleman, Bantul dan Magelang juga “merembet” ke Klaten. Sabtu 29-1-2011 di pasar Cawas Klaten ada tukang cukur keliling bernama Pak Rusno yang kadang mangk al di tepi jalan Cawas-Semin mencari langganan dengan teriak-teriak pada setiap orang lewat begini, “model anyar, crop circle, model rambut anyar crop circle” sambil menunjukan kertas dilaminating bergambar 3 model potong rambut crop circle.

(2) Di dekat terminal Gilingan (Tirtonadi) Solo, ada penjual terbelo dan kijing yang pasang papan diberi tulisan bunyinya begini: jual rumah mayat berbagai ukuran bergaransi.

Teks (1) di atas menggambarkan seorang tukang cukur keliling yang sedang menawari model baru crop circle. Fenomena crop circle terjadi di persawahan, tukang cukur mengharap apabila model crop circle diterapkan dirambut akan bagus dan menjadi tren baru. Model ini cocok untuk anak kecil dan anak remaja.

Teks (2) di atas penulis menggambarkan berada di toko terbelo yang ingin membujuk pembeli dengan kata-kata yang menarik perhatian agar suatu hari nanti jika membutuhkan terbelo bisa langsung menuju desa Tirtonadi, bisa langsung datang, memilih sesuai dengan ukuran, warna, model, dan tentunya ada garansi.

4.3.3.4 Ilokusi Menyindir

Menyindir berarti mengkritik (mencela, mengejek) seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang (KBBI, 2007:1069). Dalam persaingan menunjukkan diri sebagai yang terbaik, kadang merendahkan yang lain yang sejenis. Ini dilakukan agar produknya terlihat paling baik.

(1) Hari pertama lima hari kerja di lingkungan Pemda Provinsi DIY 1 Februari 2011 teman saya benar-benar memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Sebelum pukul16.00 mandi di kantor, pulang sudah seger.

(2) INDONESIA kalah telak 0-10 lawan Bahrain dalam penyisihan Pra Piala Dunia 2014. Tenang! Itu belum apa-apa jika dibanding pertandingan resmi lain yang juga diakui FIFA. Pada tahun 2000 Kuwait pernah mengalahkan Bhutan 20-0. Masih ada lagi pada tahun 2001 Australia mengalahkan Samoa 31-0. Meski demikian, kita malu juga kan?

(3) Sewaktu saya naik bus jalur 15 pulang sekolah, ada penjual koran masuk bus langsung menawarkan korannya. Karena tidak laku, penjual itu turun sambil teriak: “koran, koraaaan, siapa lagi yang tidak mau beli”.

Teks (1) penulis menggambarkan suasana di kantor yang jam pulang kerjanaya pukul 16.00. Karyawan yang saat itu ingin mengisi waktu luang karena pekerjaan sudah selesai dan sambil menunggu-nunggu jam pulang kerja tiba, daripada bengong lalu mandi di kantor sampai di rumah ketemu dengan anak daan istri sudah segar. Apabila dilihat dari sisi yang lain karyawan tersebut kurang pas dan diperkirakan menimbulkan komentar dari rekan-rekan kerja lainnya yang mengira mungkin air di rumah sedang mati, di jalan pulang ke rumah juga masih kena debu, belum lagi jika kena macet, berkeringat dan timbul rasa gatal, sehingga sia-sia meluangkan waktu mandi di kantor.

Teks (2) penulis menggambarkan kekecewaannya kepada Indonesia yang kalah dalam pertandingan sepak bola. Negara lain juga pernah mengalami kekalahan, namun sebagai warga negara Indonesia kekalahan itu menimbulkan rasa malu dan kecewa.

Teks (3) penulis menggambarkan suasana di angkot, ada seorang penjual koran yang tidak laku, setiap orang yang ditawari korannya selalu menolak untuk membeli, melirik saja tidak, sehingga loper koran tersebut menyindir dengan bahasa halus bagi penumpang lain yang tidak akan membeli korannya tersebut.

4.3.3.5 Ilokusi perintah

Perintah berarti perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu (KBBI, 2007:859). Dengan ilokusi perintah, secara langsung menyampaikan apa yang dikehendaki terhadap pemirsa yaitu suatu tindakan untuk mempengaruhi suatu produk yang dimaksudkan.

(1) Di SMP N 3 Purworejo, untuk memberikan semangat belajar siswa, setiap pergantian jam pelajaran, selalu di tandai dengan berkumandangnya lagu-lagu perjuangan, lagu-lagu daerah dan atau lagu-lagu dolanan. Silakan cek!

(2) Taksi di Jepang pakai sistem hidraulik. Buka atau tutup pintu, sopir tinggal pencet tombol. Penumpang keluar taksi langsung pergi, tidak usah menutup pintu. Teman saya (orang Jepang) ketika di Jakarta pernah dimaki-maki oleh sopir taksi. Karena ketika keluar dari taksi, langsung pergi..tanpa menutup pintu.

Teks (1) di atas menggambarkan suasana di sekolah yang mengumandangkan lagu-lagu perjuangan untuk meningkatkan minat belajar siswa, disarankan untuk mengecek langsung ke sekolahnya apabila kurang yakin bahwa sekolah tersebut benar-benar menyiapkan lagu untuk menarik minat belajar siswa.

Teks (2) Jepang negara yang maju, orang Jepang yang sedang berada di Jakarta itu mengira taksi di kota tersebut sudah canggih seperti di Jepang. Tata kota Jepang dan Jakarta sangat berbeda, sopir taksi pasti marah mendapati penumpangnya keluar dan tidak menutup sekalian pintunya, di Jepang canggih namun di Indonesia belum bisa menerapkan tombol otomatis pada taksi karena di Jakarta masih banyak sarana dan prasarana yang belum memadai.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disajikan sebelumnya, diperoleh beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis ini. Secara rinci beberapa hal itu diuraikan sebagai berikut. 30 teks yang dianalisis mengandung tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Tindak ilokusi adalah maksud yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca, sedangkan tindak perlokusinya adalah efek yang diharapkan setelah membaca teks Sungguh-Sungguh Terjadi.

Ditinjau dari tindak ilokusinya, teks yang dianalisis ini mengandung 5 jenis tindak ilokusi. Pertama, tindak ilokusi asertif, merupakan tindak ujar yang dengan maksud tertentu mengakui kebenaran yang diungkapkan, dengan harapan akan mengikuti apa yang disarankan itu. Kedua, tindak ilokusi direktif, merupakan tindak ujar dengan maksug tertentu agar melakukan apa yang dikehendaki dalam ujaran itu. Ketiga, tindak ilokusi komisif, merupakan tindak ujar yang mengikat agar melaksanakan apa yang disebutkan dalam ujarannya dan diharapkan untuk menirunya. Keempat, tindak ilokusi deklaratif, merupakan tindak ujar yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. Harapannya agar pembaca mempercayai hal itu pula. Kelima, tindak ilokusi ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan.

Terdapat lima macam ilokusi yang terdapat dalam teks Sungguh- Sungguh Terjadi yaitu meyakinkan, mempengaruhi, membujuk, menyindir, dan perintah. Sebagian besar teks berilokusi meyakinkan. Jadi bisa disimpulkan bahwa dalam teks tersebut dibuat agar bisa meyakinkan pembaca.

Ditinjau dari tindak perlokusi, teks yang dianalisis ingin memberikan efek pada pembaca berupa menarik perhatian (attention), pembaca lalu tertarik (interest), mempunyai keinginan (desire), yakin (conviction), dan bertindak menggunakan atau membeli sesuatu yang menarik perhatiannya. Efek yang diharapkan adalah pembaca tertarik dan meyakini sehingga tergerak untuk membeli dan menggunakannya.

5.2 Saran

Peneliti menyampaikan beberapa saran yang akan bermanfaat bagi pembaca, para jurnalistik khususnya penulis berita, para guru atau dosen bahasa Indonesia dan pembelajar bahasa, dan bagi peneliti lain.

Pertama, pembaca untuk lebih teliti, dan lebih kritis dalam membaca sebuah berita yang ada di dalam surat kabar. Tidak hanya itu, pembaca juga dapat melakukan penilaian terhadap kualitas dari surat kabar tersebut. Dengan demikian, pembaca tidak akan menyesal berlangganan surat kabar tersebut.

Kedua, para jurnalis khusunya penulis berita untuk wartawan agar mencari informasi selengkap mungkin dan memilih topik yang mampu meningkatkan kualitas surat kabar menjadi lebih baik. Wartawan harus bisa mencari berita dengan lengkap dan menuliskannya berdasarkan teknik jurnalistik.

Selain itu, seorang wartawan harus bisa mengedepankan fakta dari pada opini pribadi. Serta hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai masukan bagi para akademisi ilmu komunikasi, khususnya jurnalistik.

Ketiga, guru dan pembelajaran bahasa di sekolah (SMA) hendaknya mengajarkan secara benar sejak dini bagaimana menulis sebuah berita yang baik agar nantinya kesalahan-kesalahan yang ada tidak terulang lagi.

Keempat, bagi peneliti lain adalah diharapkan lebih cermat dalam melakukan analisis sebuah berita. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan sebuah penelitian dengan jenis yang sama, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau mengembangkan rumusan masalah yang telah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Brown dan Levinson. 1987. Polliteness: Some Universal in Language Usage. Diunduh dari perpustakaan online : htpp//books.Google.Co.Id/books. Depdiknas. 2002. Brown, Gilian & George Yule. 1996. Analisis wacana. Jakarta :

Gramedia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia; Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatikabooks.

Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Leech. Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-Press.

Levinson, C. Stephen. 1983. Pragmatics New York: Cambrige University Press. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Nababan, P. W. J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud.

Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik, Malang: Dioma.

. 2005. Pragmatik, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ramlan, M. 1985. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sarwoyo, Ventianus. 2009. Tindak Ilokusi dan Penanda Tingkat Kesantunan Tuturan di Dalam Surat Kabar. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Searle, John R. 1969. Speech Act. New York: Cambrige University Press. Soewandi, A. M. Slamet. 1991. Tehnik Analisis Data. Handout perkuliahan. Subagyo. Ari. 2003. Reader: Pragmatik 1. Yogyakarta: PBSID Universitas

Sanata Dharma.

Sumarsono. 2004. Filsafat Bahasa. Jakarta: Grasindo.

Tarigan, Henry Guntur.1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuliani, V. 2009. Implikatur dan Penanda Lingual Kesantunan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Berbahasa Indonesia di Media Luar Ruang (Outdoor Media). Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

   

   

     

             

   

   

   

   

           

   

   

   

   

viii

 

ABSTRAK

Tanti, Stefani Sweet. 2013. Tindak Ilokusi dan Perlokusi Pada Sungguh- Sungguh Terjadi Harian Kedaulatan Rakyat Bulan Februari-Maret 2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan tindak tutur yang digunakan dalam teks “Sungguh-Sungguh Terjadi” yan ditampilkan pada media cetak Kedaulatan Rakyat, sedangkan secara rinci ingin mendeskripsikan tindak tutur ilokusi dan perlokusi yang digunakan dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat. Data yang dianalisis berupa pesan teks yang terdapat dalam 30 teks Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat selama bulan Februari-Maret 2012.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori pragmatik, teori tindak tutur. Kedua teori tersebut digunakan untuk menjelaskan tiga macam tindak tutur yang biasa digunakan dalam pemakaian bahasa yaitu tindak lokusioner (locutionary acts), tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan tindak perlokusioner (perlocutionary acts).

Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan teknik catat. Hasilnya memperlihatkan (1) semua teks yang dianalisis secara pragmatik dan tindak tuturnya mengandung tindak ilokusi dan tindak perlokusi, (2) dari tindak ilokusinya, terdapat lima jenis tindak ilokusinya yaitu tindak ilokusi asertif, tindak ilokusi direktif, tindak ilokusi komisif, tindak ilokusi deklaratif, tindak ilokusi ekspresif, (3) dari tindak perlokusi teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang dianalisis ingin memberikan efek pada pembaca berupa menarik perhatian, ketertarikan, keinginan, kayakinan dan tindakan. Efek yang diharapkan pembaca bukan saja tertarik tetapi meyakini kalau teks Sungguh-Sungguh Terjadi memang benar terjadi bukan rekayasa.

ix

 

ABSTRACT

Tanti, Stefani Sweet. 2013. Illocutionary and Perlocutionary Acts on Sungguh- Sungguh Terjadi Daily news of Kedaulatan Rakyat during the Months of February until March 2012. Thesis. Yogyakarta: Indonesian and Vernacular Language Education Study Program, Teachers Training Faculty, Sanata Dharma University.

This research was aimed to describe the speech acts used in the texts of Sungguh-Sungguh Terjadi” written in Kedaulatan Rakyat newspaper. It was also aimed to describe illocutionary and perlocutionary speech acts used in Sungguh- Sungguh Terjadi written in Kedaulatan Rakyat newspaper in detail. The data in the form of message written in 30 texts of Sungguh-Sungguh Terjadi in Kedaulatan Rakyat during the months of February until March 2012.

The theoretical backgrounds used in this research were pragmatic theory and speech theory. Those two theories were used to explain three kinds of speech acts frequently used in language usage. They were locutionary acts, illocutionary acts, and perlocutionary acts.

It was a qualitative research. The data using reading technique and note- taking technique. The results showed that (1) there were illocutionary and perlocutionary acts in all texts analyzed pragmatically and in the speech acts, (2) the illocutionary acts consisted of five kinds of illocutionary acts. The were assertive illocutionary acts, directive illocutionary acts, comissive illocutionary acts, declarative illocutionary acts, and expressive illocutionary acts, (3) the perlocutionary acts showed that the Sungguh-Sungguh Terjadi texts wanted to give certain effects to the readers. The expected effects were attention attraction, interest, desire, belief, and action. Not only were the readers expectedly interested in reading Sungguh-Sungguh Terjadi but also convinced that the stories in Sungguh-Sungguh Terjadi were true stories rather than imaginary ones.

Dokumen terkait