• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Tinjauan Umum Tentang Pelabuhan

2. Jenis-Jenis Kapal

Pelayaran adalah kegiatan mengangkut dan memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal. Angkutan laut pelayaran rakyat adalah usaha rakyat yang bersifat tradisional dan mempunyai karakteristik tersendiri untuk melaksanakan angkutan di perairan dengan menggunakan kapal layar, kapal layar bermotor, dan atau kapal motor sederhana berbendera Indonesia dengan ukuran tertentu (Dep.Dik.Nas, 2008).

Prinsip ini didasarkan pada Q.S . Asy-Syuura/42 : 32 Allah SWT berfirman:        Terjemahnya :

“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung (Al-jumanatul-Alquran dan Terjemahan, 2004).

Berdasarkan Klasifikasi Kandungan Al-quran pada surah Asy-Syuura ayat 32 diterangkan bahwa Allah menundukkan laut untuk manusia yang di dalamnya ada ikan dan perhiasan. Allah melayarkan kapal di lautan agar manusia mencari sebagian karunianya. Allah mengirimkan angin agar kapal dapat berlayar dan agar manusia bersyukur. Kapal-kapal di laut itu seperti gunung-gunung jika Allah berkehendak maka kapal itu akan berlayar atau terhenti atau akan hancur binasa di tengah laut karena angin pula (Choiruddin 1999, 234).

Adapun jenis kapal menurut fungsinya adalah (Dep.Dik.Nas, 2003) : a. Kapal Ro-Ro adalah kapal yang bisa memuat orang dan kendaraan

yang berjalan masuk sendiri ke dalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan dapat keluar dengan sendiri juga sehingga disebut sebagai kapal roll on – roll off disingkat Ro-Ro untuk itu kapal dilengkapi dengan pintu rampa yang menghubungkan kapal dengan dermaga.

b. Kapal barang atau kapal kapal kargo adalah segala jenis kapal yang membawa barang-barang dan kargo dari suatu pelabuhan ke palabuhan lain. Ribuan kapal jenis ini menyusuri laut dan samudera dunia setiap tahun memuat barang-barang perdagangan internasional dan nasional. Kapal kargo pada umumnya didesain khusus untuk tugas mengangkut barang.

c. Kapal tanker ialah kapal dirancang untuk mengangkut minyak atau produk turunannya. Jenis utama kapal tanker termasuk mengangkut minyak, LNG, LPG. Di antara berbagi jenis kapal tanker menurut kapasitas : ULCC (Ultra large Crude Carrier) berkapasitas 500.000 Ton. VLCC (Very Large Crude Carrier) berkapasitas 300.000 Ton. d. Kapal tunda adalah kapal yang dapat digunakan untuk melakukan

manuver/pergerakan, utamanya menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan. Kapal Tunda memiliki tenaga yang besar bila dibandingkan dengan ukurannya. Mesin induk kapal tunda biasanya berkekuatan antara 750 sampai dengan 300 tenaga kuda (500 s.d. 2000 kW), tetapi kapal yang lebih besar (digunakan di laut lepas) dapat berkekuatan 25.000 tenaga kuda (20.000 kW) kapal tunda memiliki kemampuan manuver yang tinggi tergantung dari unit penggerak. Kapal tunda dengan penggerak konvensional memiliki baling-baling di belakang, efisien untuk menarik kapal dari pelabuhan ke pelabuhan lain. Jenis penggerak lain sering disebut schottel propulsion system (azimuth thruster/Z-peller) dimana baling-baling di bawah kapal dapat bergerak 360◦ atau sistem propulsion Vioth-Schneider yang menggunakan semacam pisau di bawah kapal yang dapat membuat kapal berputar 360◦.

e. Kapal peti kemas (countainer ship) adalah kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas. Menurut PP. 51 tahun 2002

tentang perkapalan yang dimaksud dengan peti kemas adalah bagian dari alat yang berbentuk kotak serta terbuat dari bahan yang memenuhi syarat bersifat permanen dan dapat dipakai berulang-ulang yang memiliki pasangan sudut serta dirancang khusus untuk memudahkan angkutan barang dengan satu atau lebih roda transportasi tanpa harus dilakukan pembuatan kembali. Termasuk jenis ini adalah kapal semi peti kemas, yaitu perpaduan antara kapal kargo dan peti kemas.

f. Kapal Perang adalah kapal yang digunakan untuk kepentingan militer atau angkatan bersenjata umunya terbagi atas kapal induk, kapal kombatan, kapal patroli, kapal selam, kapal angkut, dan kapal pendukung lainnya.

g. Kapal Pesiar adalah kapal yang dipakai untuk pelayaran pesiar. Penumpang menaiki kapal pesiar untuk menikmati waktu yang dihabiskan di atas kapal yang dilengkapi fasilitas penginapan dan perlengkapan seperti hotel berbintang. Lama pelayaran pesiar bisa berbeda-beda, mulai dari beberapa hari sampai sekitar tiga bulan tidak kembali ke pelabuhan asal keberangkatan.

h. Kapal penumpang adalah kapal yang digunakan untuk angkutan penumpang. Untuk meningkatkan efisiensi atau melayani keperluan yang lebih luas, kenyamanan, dan kemewahan, kadang kapal diperlukan demi memuaskan para penumpang. Lain dari itu kapal

penumpang harus memiliki kemampuan bartahan hidup pada situasi darurat.

Kapal penumpang terdiri dari beberapa bagian yaitu : 1) Dek I (kamar mesin).

2) Dek II (kamar ABK, pantry, tempat tidur penumpang, gudang palka, WC, salon, tangga, dan koridor).

3) Dek III (kamar Anak Buah Kapal (ABK) dan penumpang, tempat tidur kelas ekonomi, kamar mandi/WC, gudang, salon, tangga, dan koridor).

4) Dek IV (kantor kapal, tempat tidur kelas ekonomi. kamar Anak Buah Kapal (ABK) dan penumpang, informasi kapal, dan koridor). 5) Dek V (informasi kapal, kamar Anak Buah Kapal (ABK) dan

penumpang, ruang makan penumpang, ruang makan ABK (Anak Buah Kapal), salon, dan pantry).

6) Dapur (ruang pengolahan, tempat pencucian, tungku memasak, dan pantry).

7) Ruang penyimpanan bahan makanan (tempat penyimpanan ikan/daging, tempat sayur, tempat buah, tempat makanan kering, dan tempat makanan basah).

8) Dek VI (informasi kapal, kamar Anak Buah Kapal (ABK) dan penumpang, ruang makan Anak Buah Kapal (ABK) dan penumpang, salon, dan pantry).

9) Dek VII (poliklinik, kamar ABK, lobi dalam/luar, salon, gudang, mushollah, tempat bermain cafe, sekoci, dan tangga).

10) Anjungan (kamar mesin, kamar radio, kamar Anak Buah Kapal (ABK), ruang kemudi, ruang gambar, dan salon (Saharuddin,2010) D. Tinjauan Umum Sanitasi Kapal Penumpang

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan melenyapkan atau mengendalikan faktor–faktor risiko lingkungan yang merupakan mata rantai penularan penyakit (Ehler 1986 dalam Supriyadi, 2005).

Adapun menurut Permenkes No.530/87 sanitasi kapal adalah segala usaha yang ditujukan terhadap faktor lingkungan di dalam kapal untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit guna mempertinggi derajat kesehatan.

Setiap orang yang berada di kapal harus menjaga sanitasi dan kesehatan kapal seperti sarana sanitasi, suplai makanan, dan kebersihan lingkungan di kapal. Sanitasi kapal tidak mungkin terwujud tanpa kerja sama setiap Anak Buah Kapal (ABK). Nahkoda berkewajiban menjaga kondisi sanitasi setiap saat dan secara berkala memeriksa kondisi sanitasi di atas kapal (CDC, 2003 dalam Saifullah, 2010).

Sanitasi kapal merupakan salah satu bagian integral dari perilaku kesehatan terhadap sanitasi. Mengacu pada dasar tersebut determinan perilaku sanitasi kapal dapat mengacu pada konsep determinan perilaku kesehatan yang dikemukakan oleh Green (1980) dan Blum (1979) bahwa

derajat kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh faktor perilaku dan lingkungan selain pelayanan kesehatan dan keturunan, sedangkan konsep Green (1980) mengemukakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, enabling dan reinforcing (Notoatmodjo 2003, 139).

Adapun faktor-faktor yang dinilai berkaitan dengan sanitasi kapal antara lain faktor eksternal seperti kebijakan dan pengawasan dari KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan), sedangkan faktor internal seperti kepemimpinan nakhoda, adanya Standard Operational Procedure (SOP) sanitasi kapal dan perilaku Anak Buah Kapal (ABK).

Perilaku berhubungan dengan akhlak. Agama Islam diturunkan untuk umat manusia bukan hanya sekedar untuk hubungan antara Tuhan saja, tetapi agama Islam diturunkan sebagai wahyu secara menyeluruh untuk mengatur kedaulatan dari segala aspek kehidupan manusia di dunia. Salah satu ajaran yang dijadikan sebagai akidah dan sistem yang kokoh bagi muslim adalah kebersihan lingkungan. Menurut Al Fanjari (2006), Islam merupakan akidah pertama, bahkan norma ilmiah pertama yang memperkenalkan dan memerintahkan prinsip menjaga kelestarian lingkungan.

Salah satu hadist yang diriwayatakan oleh H.R Tirmidzi:

ِيْب ِحِلاَص ْيَع َساٍَْلِإ ُيْب ُدِلاَخ اٌََثَّدَح ُّيِدَقَعْلا ٍسِهاَع ُْبَأ اٌََثَّدَح ٍزاَّشَب ُيْب ُدَّوَحُه اٌََثَّدَح اَّسَح ًِبَأ ُثْعِوَس لاَق َى َسَكْلا ُّبِحٌُ ٌنٌِسَك َةَفاَظٌَّلا ُّبِحٌُ ٌفٍِظًَ َبٍَِّّطلا ُّبِحٌُ ٌبٍَِّط َ َّاللَّ َّىِ ُلُُْقٌَ ِبٍََّسُوْلا َيْب َدٍِعَس ٌَُُْْلا ُّبِحٌُ ٌٌاَََْ َم ْسَكَرَف َلاَقٌٍَُِِْْلاِب اَُِّْبَشَج َلََّ ْنُكَحٌٍَِْفَأ َلاَق ٍُاَزُأ اُْفِّظٌََف ُيْب ُسِهاَع ٌٍََِِثَّدَح َلاَقَف ٍزاَوْسِه ِيْب ِسَِاَُِوِل َكِلَذ ُت

ِّظًَ َلاَق ًَََُّأ َّلَِإ ََُلْثِه َنَّلَسَّ ٍََِْلَع ُ َّاللَّ ىَّلَص ًِِّبٌَّلا ْيَع ٍَِِبَأ ْيَع ٍصاَّقَّ ًِبَأ ِيْب ِدْعَس ُْبَأ َلاَق ْنُكَحٌٍَِْفَأ اُْف

ٌبٌِسَغ ٌثٌِدَح اَرَُ ىَسٍِع ٍساٌَِإ ُيْبا ُلاَقٌَُّ ُفَّعَضٌُ َساٍَْلِإ ُيْب ُدِلاَخَّ

Terjemahnya:

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir Al 'Aqadi telah menceritakan kepada kami Khalid bin Ilyas dari Shalih bin Abu Hassan ia berkata; Aku mendengar Sa'id bin Al Musayyab berkata; "Sesungguhnya Allah Maha Baik, dan menyukai kepada yang baik, Maha Bersih dan menyukai kepada yang bersih, Maha Pemurah, dan menyukai kemurahan, dan Maha Mulia dan menyukai kemuliaan, karena itu bersihkanlah diri kalian, " aku mengiranya dia berkata; "Halaman kalian, dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi, " Shalih bin Abu Hassan berkata; Hadits itu aku sampaikan kepada Muhajir bin Mismar, lalu dia berkata; " Amir bin Sa'ad bin Abu Waqqas telah menceritakannya kepadaku dari Ayahnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan hadits yang semisal, Namun dalam hadits tersebut beliau bersabda: "Bersihkanlah halaman kalian." Abu Isa berkata; Hadits ini gharib, dan Khalid bin Ilyas telah dilemahkan, dan dia juga dinamakan Ibnu Iyas” (H.R. Tirmidzi - 2723).

Berdasarkan hadist di atas, Rasulullah menganjurkan umatnya agar selalu mengutamakan kebersihan. Dengan begitu, maka Allah akan memberikan kemuliaan baginya. Dalam hadis tersebut mengemukakan bahwa dalam sejarah manusia belum pernah ada agama yang mementingkan kesehatan lingkungan sebagaimana ajaran Islam.

Tujuan pemeriksaan sanitasi kapal dimaksudkan agar kapal bebas dari ancaman penyakit yang berpotensi wabah, mencegah penularan penyakit menular, serta menciptakan suasana nyaman dan aman bagi penumpang, Anak Buah Kapal (ABK) maupun nakhoda kapal (WHO, 2007).

Adapun institusi yang memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Menurut Permenkes No.356/Menkes/IV/2008 bahwa Kantor Kesehatan Pelabuhan

(KKP) mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina, dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan/bandara, dan Lintas Batas, serta pengendalian dampak kesehatan lingkungan. Selain itu salah satu fungsi penting Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah pelaksanaan pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah nasional sesuai penyakit yang berkaitan dengan lalu-lintas internasional, pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan pelabuhan/bandara dan lintas batas darat (Depkes RI, 2008)

Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis kapal baik kapal penumpang, maupun kapal barang. Pemeriksaan sanitasi kapal dimaksudkan untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Surat Izin Kesehatan Berlayar (SIKB). Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko tinggi atau risiko rendah jika kapal yang diperiksa dinyatakan risiko tinggi maka diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC) setelah dilakukan tindakan sanitasi dan apabila faktor risiko rendah diterbitkan Ship Sanitation Exemption Control Certificate (SSCEC), dan pemeriksaan dilakukan dalam masa waktu enam bulan sekali (Nurdin,2010).

Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab pemilik kapal melalui nakhoda kapal dan Anak Buah Kapal (ABK). Anak Buah Kapal (ABK) bertanggung jawab terhadap kebersihan kapal dan sarana lainnya yang mendukung sanitasi kapal. Sedangkan fungsi nahkoda kapal adalah

sebagai pemimpin dan pengendali keseluruhan dari pelaksanaan sanitasi kapal. Pemilik kapal wajib menyertakan Standard Operational Procedure (SOP).Sanitasi kapal yang mengacu pada International Health Regulation (IHR) dan ketentuan lainnya (WHO, 2005).

Menurut WHO (2007) nahkoda kapal bertanggung jawab terhadap keamanan kapal dari sumber panyakit dan melaporkan dalam bentuk form MDH (Maritime Declaration of Health) kepada otoritas Kantor Kesehatan Pelabuhan setiap masuk wilayah suatu negara (WHO,2007).

Peningkatan sanitasi kapal adalah usaha mengubah keadaan lingkungan alat angkut yang dapat berlayar menjadi lebih baik sebagai usaha pencegahan penyakit dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit. Menurut permenkes No.530/Menkes/per/VII/1987 tujuan peningkatan sanitasi kapal, adalah :

a. Meniadakan sumber penularan penyakit di dalam kapal

b. Kapal tetap bersih sewaktu akan berangkat maupun sedang berlayar c. Supaya penumpang maupun ABK senang berada di dalamnya.

Prinsip ini didasarkan pada potongan ayat Q.S. Yunus /10 ayat 22 Allah SWT berfirman:                  ... . Terjemahnya :

“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya….”(Al-jumanatul-Alquran dan Terjemahan, 2004).

Berdasarkan Tafsir Al-Mishbah Lentera Hati menerangkan bahwa Ayat ini dapat menjadi salah-satu bukti cepatnya Allah membalas makar dengan menampilkan contoh pengalaman manusia ketika berada di lautan lepas. Apabila telah berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya, dengan kekuatan tiupan angin yang baik sehingga dapat mengantar ke tujuan. Sepintas ayat ini hanya berbicara tentang perahu yang menggunakan layar, tetapi sebenarnya asy-Syarawi kata rih bermakna kekuatan. Jika perkembangan pelayaran telah beralih dari penggunaan layar, ke uap, kemudian listrik dan komputer, kata rih dalam arti kekuatan dapat mencakupnya (Shihab 2009, 336).

Angin yang baik dapat diartikan sebagai keadaan kapal yang baik. Orang-orang yang dibawa, dalam hal ini adalah penumpang dapat bergembira jika keadaan kapal baik. Keadaan kapal menjadi baik jika dilaksanakan peningkatan sanitasi kapal yang baik juga.

Dokumen terkait