• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KETENTUAN UMUM PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH

C. Jenis-Jenis Penyertaan Modal

Jenis penyertaan modal yang dilakukan pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi merupakan jenis penanaman modal atau investasi secara langsung.46

1. Investasi surat berharga, adalah wadah dan pola pengelolaan dana bagi sekumpulan investor dalam instrument-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27). Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.

Investasi yang dilakukan oleh pemerintah dapat dilakukan dalam 2 (dua) bentuk/jenis, yaitu :

47

2. Investasi langsung, adalah menempatkan uang secara langsung pada perusahaan, proyek, atau bisnis dengan harapan bisa memperoleh hasil yang diinginkan. Polanya bisa bermacam-macam, perusahaan yang menjalankan bisnis berbentuk perseroan terbatas atau CV, dana yang dihasilkan dapat ditukarkan pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain dana menjadi equity pada perusahaan. Dana yang sudah dalam bentuk equity biasanya akan dipakai sebagai modal tambahan. Hasil yang diperoleh berupa deviden akan dibagikan setiap akhir tahun. Model ini tidak berbeda dangan membeli saham di pasar modal. Hanya

46

Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah.

47

saja, saham di pasar modal dengan mudah bisa diperjualbelikan dan harganya bisa naik turun. Sementara, jika menempatkan dana sebagai saham di perusahaan yang belum go public, harganya lebis bersifat statis.48

Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam hal ini melakukan setoran kepada Bank Jambi dalam rangka untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Sungai Penuh yang masih terbilang kecil dari pada daerah Kabupaten/Kota lain dalam Provinsi Jambi. Kota Sungai Penuh melakukan suatu usaha dangan melakukan investasi atau penanaman modal langsung. Penyertaan modal pemerintah kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).49

Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

Bank Jambi terhitung sejak tanggal 22 November 2007, juga telah berubah status dari Bank Pembangunan Daerah Jambi menjadi Perseroan Terbatas (PT.) Bank Pembangunan Daerah Jambi disebut Bank Jambi dan berdasarkan akte notaris Robert Faisal, S.H. No. 1 tanggal 1 Februari 2007. Kemudian disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No. W20-00061 HT.01.01-TH. 2007 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 55 tanggal 10 Juli 2007 serta Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/59/KEP.GBI/2007 tanggal 13 November 2007.

48

Maret 2012, Pukul 16.59 WIB.

49

terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.50 Sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada maka dilakukanlah penanaman modal pada Perseroan Terbatas yang telah memiliki syarat tersebut, dalam hal ini adalah Bank Jambi yang merupakan Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Jambi.51

50

Pasal 1 angka 4 Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemeritah Daerah Pada Bank Jambi.

51

Pasal 1 angka 5 Peraturan Daerah kota sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi.

BAB III

PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH DALAM PENYERTAAN MODAL PADA BANK JAMBI

A. Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sungai Penuh

Dalam pengambilan kebijakan penanaman modal Pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) memiliki peranan yang sangat penting. Peran ini dapat dilihat dari fungsi DPRD yang mencakup 3 (tiga) hal yaitu :

1. Legislasi adalah fungsi DPRD dalam upayanya membuat produk-produk hukum yang dalam hal ini adalah berupa Peraturan Daerah (Perda).

2. Anggaran adalah fungsi DPRD sebagai badan yang bertugas untuk mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan dan lain-lain dari keuangan daerah.

3. Pengawasan adalah fungsi DPRD sebagai legislatif yang bertugas secara penuh untuk mengawasi jalannya pemerintahan daerah.

Kebanyakan daerah yang otonom dalam mengambil keputusan haruslah berkesesuaian dangan ide dari penguasa daerah tersebut, yaitu para Bupati dan Walikota. Kepentingan dari penguasa masih dianggap sebagai yang harus diikuti. Namun, dewasa ini perkembangannya telah banyak daerah-daerah yang telah mengikuti hal-hal yang sesuai dengan bentuk hukum yang dapat diterapkan

(applicable law) dan hukum yang tetap (percistency law) yang merujuk pada kepentingan daerah sebagai pengganti dari penguasa.52

Dalam pelaksanaan tugasnya DPRD juga berhak meminta pejabat daerah atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang hal yang perlu ditangani demi kepentingan daerah setempat. Penolakan terhadap permintaan dimaksud diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun karena merendahkan martabat dan kehormatan DPRD. Hak-hak DPRD ternyata tidak hanya bersifat legislasi tetapi juga bersifat non legislasi, ini antara lain tugas penyelidikan terhadap beberapa persoalan, seperti penyalahgunaan kekuasaan, dan pelanggaran larangan oleh seorang kepala daerah. Pelaksanaan tugas penyelidikan ini menuntut kualitas dari masing-masing anggota dewan, baik kualitas intelektual maupun kualitas moral sehingga mampu melakukan penyelidikan-penyelidikan terhadap beberapa perkara.

Sehingga kebanyakan produk-produk hukum yang dihasilkan oleh daerah, haruslah berkesesuaian dengan kemauan para penguasa setempat.

53

Pengambilan kebijakan yang dilakukan dalam hal untuk melakukan penambahan Pendapatan Asli daerah (PAD) tentunya juga harus melibatkan DPRD sebagai badan legislatif yang dalam hal ini harus menjalankan fungsi yang dimilikinya legislasi, anggaran, pengawasan. Dimana dalam melakukan keputusan dalam pengambilan kebijakan tentang penanaman modal Kota Sungai Penuh pada

52

Ibid, hal. 55.

53

Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu

Bank Jambi, DPRD Kota Sungai Penuh juga telah melakukan beberapa tahapan dan proses dalam melakukan penitipan dana/ modal pada Bank jambi.

Tahapan yang telah dilalui itu antara lain dengan melakukan pembuatan Peraturan daerah (Perda) Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi. Fungsi yang dilakukan dalam hal ini oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Sungai Penuh adalah melakukan fungsinya dalam hal legislasi. Fungsi ini dilakukan oleh DPRD Kota Sungai Penuh setelah adanya himbauan dari Gubernur Jambi, melalui surat edaran Gubernur Jambi No. 900/3750/KEU/2011. Bila kita lihat dan perhatikan lebih jauh dana yang dititipkan pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi saat ini hanyalah berjumlah Rp. 7.500.000.000,- (tujuh setengah miliyar rupiah). Dana yang dititipkan tersebut dapat saja bertambah atau berkurang nantinya. Melihat terlebih dahulu keuntungan yang diperoleh Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam peyertaan modal pada Bank Jambi.54

Pengambilan kebijakan yang dilakukan DPRD Kota Sungai penuh dalam pengambilan keputusan penanaman modal pada Bank Jambi juga telah mencakup fungsi dari DPRD sendiri yakni fungsi anggaran. Fungsi anggaran dalam hal ini adalah mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasikan dari keuangan

Tapi dalam pengambilan kebijakan penyertaan modal ini haruslah atas persetujuan dari DPRD bersama dengan pemerintah, yang harus disertakan suatu Peraturan Daerah (Perda) dalam seluruh kebijakan.

54

Wawancara dengan Hasnan, S.H. M.Hum., Kepala Bagian Hukum, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sungai Penuh, pada tanggal 29 Desember 2011, Pukul 11.37 WIB.

daerah. Kas daerah Kota Sungai Penuh selama telah menjadi daerah yang otonom semenjak tahun 2008, yaitu dengan keluarnya UU No. 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh, hanya berasal dari APBN dan juga bantuan dari Pemerintah Provinsi Jambi dan juga Kabupaten Kerinci sebagai daerah induk (bantuan hanya sampai tahun 2010). Untuk itu Pemerintah Kabupaten/Kota bersama DPRD terus berusaha melakukan berbagai cara untuk melakukan penambahan terhadap kas daerah Kota Sungai Penuh.

Pengawasan yang dilakukan DRPD Kota Sungai Penuh kepada pemerintah Kota Sungai Penuh jugalah harus berjalan dengan baik dalam hal ini. Dimana dalam hal ini fungsi yang dilakukan DPRD adalah fungsi pengawasan terhadap jalannya penanaman modal daerah pada Bank Jambi. Penanggung jawab penuh dari penanaman modal ini adalah Walikota Sungai Penuh sebagai pejabat pengguna anggaran. Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah.55

Sesuai dengan prinsip pendistribusian kewenangan antara eksekutif dan legislatif daerah, maka dalam hal pengambilan kebijakan penanaman modal serta hal-hal lain yang menyangkut keuangan daerah diserahkan sepenuhnya kepada kepala daerah. Peran DPRD adalah adalah memberikan penilaian terhadap apa yang telah dikerjakan eksekutif (pemerintah) untuk kemudian memberikan persetujuan atau menolaknya. Selanjutnya pada akhir periode yang bersangkutan

55

Pasal 6 ayat (2) huruf c Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

kepala daerah selaku mandataris DPRD wajib memberikan pertanggung jawaban terhadap pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD, laporan aliran kas, neraca daerah.56

Pokok pikiran dan prinsip yang ada dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, menghendaki agar daerah kabupaten dan daerah kota yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi, memiliki otonomi yang bulat dan utuh. Sehingga segala aturan yang dihasilkan oleh DPRD juga haruslah mendengarkan aspirasi dari masyarakat daerah Kota Sungai Penuh.57

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sungai Penuh pada khususnya, dalam pembuatan produk hukum daerah berupa Peraturan Daerah (Perda) hanyalah sebagai formalitas sebuah produk hukum dari suatu daerah. Namun, dalam hal penyertaan modal pada Bank Jambi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sungai Penuh juga telah mengkaji keuntungan-keuntungan langsung yang akan diperoleh langsung oleh masyarakat Kota Sungai Penuh. Salah satu kemudahan yang akan di dapat masyarakat adalah kemudahan-kemudahan dalam hal peminjaman kredit pada Bank Jambi bagi masyarakat Kota Sungai Penuh yang membutuhkannya.58

Kewenangan membuat peraturan daerah merupakan wujud nyata dari pelaksanaan hak otonomi dari suatu daerah dan sebaliknya peraturan daerah

56

Pasal 184 ayat (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Jo. Pasal 38 Peraturan Pemerintah No. 105 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

57

Rozali, Op. Cit, hal. 31.

58

Wawancara dengan Junaifo Efendi, S.H, Ketua Badan Legislasi (Anggota DPRD Kota Sungai Penuh), DPRD Kota Sungai Penuh, pada tanggal 29 Desember 2011, Pukul 12.02 WIB.

merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan otonomi daerah. Peraturan daerah ditetapkan oleh kepala daerah atas persetujuan DPRD.59

Untuk dapat menentukan kebijaksanaan yang sesuai dengan kehendak rakyat yang diwaklilinya, anggota DPRD Kota Sungai Penuh harus dapat memperhatikan kepentingan dan aspirasi rakyat. Kepentingan dan aspirasi rakyat ini beraneka ragam, baik karena jumlah rakyat yang sangat besar, maupun karena rakyat yang terdiri dari berbagai lapisan yang masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Aspirasi atau kepentingan rakyat dapat berwujud atau tidak berwujud.

Berhubung DPRD Kota Sungai Penuh bukan merupakan bagian dari pemerintah Kota Sungai Penuh, maka peraturan daerah hanya ditanda tangani oleh kepala daerah (Walikota) dan tidak oleh pimpinan DPRD.

60

Untuk dapat merealisasikan fungsinya dengan baik, dangan sendirinya mutu atau kualitas anggota DPRD sangat menentukan. Penyusunan kebijaksanaan daerah yang tepat sangat tergantung pada kecakapan anggota DPRD untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapi masyarakat. Pengetahuan dan kecakapan itu diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Demikian juga dalam menjalankan fungsi pengawasan juga diperlukan pendidikan dan pengalaman.61

59

Rozali, Op. Cit, hal. 41.

60

Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998) hal. 79.

61

B. Peranan Pemerintah Kota Sungai Penuh

Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah.62 Dalam rangka kekuasaan pengelolaan keuangan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.63 Dengan dasar acuan tersebut, maka diatur dalam pasal 156 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam melaksanakan kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah. Selanjutnya bahwa pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan menerima/mengeluarkan uang.64

Pengertian pejabat pengelola keuangan daerah menurut ketentuan pasal 1 angka 21 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara ialah kepala badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah. Adapun tugasnya diatur berdasarkan ketentuan pasal 10 ayat (2) Undang-Undang

62

Pasal 6 ayat (2) huruf c Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

63

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 64

No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Pejabat pengelola keuangan daerah mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelola APBD.

b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.

c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda).

d. Melaksankan funsi bendahara umum daerah.

e. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Ketika membahas perlindungan hukum dalam bidang perdata, disinggung tentang konsep onrechtmatige daad. Konsep ini terdapat dalam hukum perdata, yang secara yuridis formal diatur dalam pasal 1365,1366, dan 1367 KUH Perdata.65

65

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 339.

Dalam perspektif hukum, prinsip bahwa setiap tindakan onrechtmatig subjuk hukum yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain mengharuskan adanya pertanggungjawaban bagi subjek hukum yang bersangkutan merupakan prinsip yang telah diakui dan diterima secara umum dalam pergaulan hukum. Demikian juga kaitannya dalam peranan pemerintah Kota Sungai Penuh dalam hal ini Walikota Sungai Penuh sebagai pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam penanaman modal daerah pada Bank Jambi.

Konsepsi onrechmatige daad kemudian menjadi bagian yang paling sulit dalam ilmu hukum pada saat konsep ini diterapkan dalam pemerintahan apalagi ketika tidak berdasarkan hukum tertulis.Namun hanya menurut suatu kebiasaan pada suatu pemerintahan di daerah, yang dimasukkan sebagai salah satu kriteria perbuatan melanggar hukum. Hal ini pula yang menyebabkan banyak daerah di Provinsi Jambi termasuk Kota Sungai Penuh (Pemerintah Kota) terkesan ragu-ragu dalam menanamkan modalnya pada Bank Jambi (Bank Daerah).

Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dapat saja melimpahkan tugas-tugas-tugas-tugas termasuk pengambilan keputusan kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.66 Penanaman modal Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi langsung dipertanggungjawabkan oleh Walikota Sungai Penuh secara langsung melalui surat Walikota Sungai Penuh tentang Penyataan Pemegang saham Badan Hukum.67 Berkenaan dengan surat tersebut serta memperhatikan isi dari pasal 9 huruf a angka 4 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang lembaga Penjaminan simpanan (selanjutnya disebut Program Penjaminan). Berikut isi dari surat Penyertaan Pemegang Saham Berbadan Hukum Kota Sungai Penuh,68

66

Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

67

Surat Walikota Sungai Penuh Tentang Penyertaan Saham Badan Hukum Bagi Bank Berbadan Hukum Indonesia.

68

Surat Walikota Sungai Penuh, Loc: Cit.

yaitu :

Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh selaku pemegang saham PT. Bank Pembangunan Daerah jambi, dangan ini menyatakan hal-hal sebagi berikut :

1. Bersedia mematuhi seluruh ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai Program Penjaminan oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

2. Bersedia untuk melepaskan dan menyerahkan kepada LPS segala hak, kepemilikan, dan/atau kepentingan lainya apabila bank menjadi bank gagal.

3. Bersedia bertanggung jawab atas setiap kelalaian dan/atau perbuatan yang malanggar hukum yang dilakukan selaku Pemegan Saham, baik langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank, termasuk menyerahkan harta kekayaan badan hukum ini (Pemerintah Daerah kota Sungai Penuh) kepada LPS apabila bank menjadi bank gagal.

Setelah dilihat dan membaca isi dari surat tersebut jelas sekali terlihat bahwa pengambilan dan pertanggung jawaban terhadap penanaman modal ini semuanya deserahkan kepada Walikota Sungai Penuh sebagai penanggung jawab (pemegang saham) pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi. Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah.69

Penanaman modal yang dilakukan Pemerintah Kota Sungai Penuh ini juga tidak terlepas dari adanya tuntutan kepada pemerintah untuk berusaha mencari modal untuk menambah kas daerahnya. Hal ini juga disebabkan adanya pergeseran konsepsi nachwachtersstaat (negara peronda) ke konsepsi welfare state membawa pergeseran pada peranan dan aktivitas pemerintah. Pada konsepsi nachwachtersstaat berlaku prinsip staatsnthounding, yaitu pembatasan negara dan pemerintah (pemerintah daerah) dari kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Pemerintah bersifat pasif, hanya sebagai penjaga ketertiban dan keamanan masyarakat. Sementara itu, pada konsepsi welfare state, pemerintah diberi

69

Pasal 6 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

kewajiban untuk mewujudkan bestuurszorg (kesejahteraan umum), yang untuk itu kepada pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk campur tangan (staatsbemoeienis) dalam segala lapangan masyarakat yang menjadi keweanangan dari daerah.70

Pada dasarnya setiap bentuk campur tangan pemerintah ini harus didasarkan pada segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan dangan kebijakan yang dicampuri oleh pemerintah (Pemerintah Kota Sungai Penuh) ini adalah perwujudan dari asas legalitas, yang menjadi sendi utama dari negara hukum. Akan tetapi, karena ada keterbatasan dari asas ini atau karena adanya kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada peraturan perundang-undangan. Kepada pemerintah diberi kebebasan freies Ermessen, yaitu kemerdekaan pemerintah untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial.

Artinya pemerintah daerah Kota Sungai Penuh dituntut aktif dalam mencari sumber-sumber dana untuk pemasukan bagi kas daerah Kota Sungai Penuh di tengah dinamika ekonomi yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat daerah setempat.

71

Selain dari Peraturan Daerah (Perda) Kepala daerah Kabupaten/Kota dapat saja mengeluarkan suatu produk hukum lain dalam bentuk Keputusan Kepala Daerah. Keputusan Kepala Daerah dibuat untuk melaksanakan Peraturan Daerah (Perda) dan atas kuasa peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keputusan Kepala Daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan

70

Ridwan, Op. Cit, hal. 241.

71

daerah dan peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi. Peraturan daerah dan keputusan kepala daerah yang bersifat mengatur, baru mempunyai kekuatan hukum dan mengikat setelah diundangkan dengan menempatkan dalam lembaran daerah.72

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh ini memiliki resiko yang cukup besar. Saham/modal dikenal dengan karakteristik yaitu memberikan peluang keuntungan yang tinggi tapi juga memiliki resiko kegagalan yang tinggi pula. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Walaupun dalam hal ini berlaku fiksi hukum, yang mengatakan bahwa setiap orang sudah tahu semenjak peraturan perundang-undang tersebut diundangkan, tetapi agar suatu Peraturan Daerah (Perda) bisa berfungsi secara efektif. Sebaiknya dilakukan upaya-upaya untuk mensosialisasikan peraturan daerah yang dimaksud tersebut (Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi), antara lain dengan melakukan penyuluhan langsung ke lapangan oleh instansi terkait, melalui media massa, baik media massa elektronik maupun media cetak.

73

Kegagalan dalam penyertaan modal ini dapat saja terjadi apabila modal yang disertakan tidak menghasilkan sesuai deviden yang diharapkan Kota Sungai Penuh untuk membantu kas daerah.

72

Rozali, Op. Cit, hal. 43. 73

C. Peran Bank Jambi Dalam Menjalankan Kebijakan Penyertaan Modal

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola langsung modal/saham daerah di Provinsi Jambi pada Bank Jambi. Bank Jambi berupaya selalu berusaha melakukan pengelolaan yang terbaik terhadap modal-modal daerah yang telah dititipkan tersebut. Kinerja Bank Jambi sendiri bisa dibilang cukup memuaskan, ini terbukti dari hasil evaluasi keuangan pada tahun 2010, tercatat posisi NPL (Non Performing Loan) 0,56 % di tahun 2009 dan menjadi 0,40 % tahun 2010.74 Sesuai dengan PBI Bank Indonesia No. 3/25/PBI/2001 tertanggal 26 Desember 2001 yang memberikan penilaian terhadap bank yang berada dalam pengawasan intensif Bank Indonesia yaitu sebesar NPL > 5 % dari total kredit.75

Berdasarkan pengawasan atas realisasi kinerja dan pelaksanaan program kerja PT. Bank Pembangunan Daerah Jambi tahun 2010 maka dewan komisaris menyampaikan beberapa hal yang sangat perlu mendapat perhatian dari manajemen, salah satunya dengan melakukan upaya penambahan modal disetor yang berasal dari pemegang saham secara proporsional yang dalam hal ini adalah pemerintah Provinsi Jambi, Kabupaten/Kota dala Provinsi Jambi, termasuk Kota Sungai Penuh.

Hal ini membuktikan PT. Bank Pembangunan Daerah Jambi mampu bersaing dengan Bank Umum lainnya.

76

74

Laporan Tahunan, Loc: Cit, hal. 7.

Pukul 08.48 WIB.

76

Peraturan Daerah Jambi No. 2 Tahun 2006, modal dasar Bank Jambi ditetapkan sebesar Rp. 250.000.000.000,- (dua ratus lima puluh miliyar rupiah). Selama tahun 2010 terjadi penambahan mdal setor sebesar Rp. 14.386.000.000,- (empat belas miliyar tiga ratus delapan puluh enam juta rupiah) yang berasal dari Pemerintah Kabupaten Kerinci, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Merangin dan Kota Jambi. Masuknya pemegang saham baru dari akibat adanya pemekaran daerah Kabupaten Kerinci yaitu Kota Sungai penuh yang menyetorkan modal awal sebesar Rp. 7.500.000.000,- (tujuh setengah miliyar rupiah).77

Secara garis besar fungsi dari Bank Jambi tidaklah mengalami perubahan.

Dokumen terkait