BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana
2. Jenis - Jenis Pidana
dalam hal ini mempunyai makna sama dnegan sentence atau
veroordeling.”31
Pidana lebih tepat didefinisikan sebgai suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan/diberikan oleh Negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum (sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah melanggar larangan hukum pidana. Secara khusus larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai tindak pidana (strafbaar feit).
Pidana dalam hukum pidana merupakan suatu alat dan bukan tujuan dari hukum pidana, yang apabila dilaksanakan tiada lain adalah berupa penderitaan atau rasa tidak enak bagi yang bersangkutan disebut terpidana. Tujuan utama hukum pidana adalah ketertiban, yang secara khusus dapat disebut terhindarnya masyarakat dari perkosaan-perkosaan terhadap kepentingan hukum yang dilindungi. Mencantumkan pidana pada setiap larangan dalam hukum pidana (strafbaar feit: tindak pidana), disamping bertujuan untuk kepastian hukum dan dalam rangka membatasi kekuasaan Negara juga bertujuan untuk mencegah (preventif) bagi orang yang berniat untuk melanggar hukum pidana.
2. Jenis-Jenis Pidana
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum pidana dikenal 2 (dua) jenis pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHP yakni:32
1. Pidana pokok a. Pidana mati b. Pidana penjara c. Pidana kurungan 31 Ibid, hlm 49
27 d. Pidana denda
2. Pidana tambahan
a. Pencabutan hak-hak tertentu
b. Perampasan barang-barang tertentu c. Pengumuman putusan Hakim
1. Pidana Pokok: a. Pidana Mati
Pidana mati merupakan bagian dari jenis-jenis pidana yang berlaku berdasarkan hukum pidana positif Indonesia. Bentuk pidana ini merupakan hukuman yang dilaksanakan dengan merampas jiwa seseorang yang melanggar ketentuan undang-undang. Pidana ini juga merupakan hukuman tertua dan paling kontroversial dari berbagai bentuk pidana lainnya. Tujuan diadakan dan dilaksanakannya hukuman mati supaya masyarakat memperhatikan bahwa pemerintah tidak menghendaki adanya gangguan terhadap ketentaraman yang sangat ditakuti oleh umum33
Terhadap penjatuhan pidana mati, KUHP membatasi atas beberapa kejahatan-kejahatan tertentu yang berat saja, seperti: 1. Kejahatan terhadap Negara ( Pasal 104, Pasal 105,
Pasal 111 Ayat (3), 124 Ayat (3) KUHP).
2. Pembunuhan dengan berencana ( Pasal 130 Ayat (3)), Pasal 140 Ayat (3), Pasal 340 KUHP).
33R. Abdoel Djamali, 2005, Pengantar Hukum Indonesia (Edisi Revisi), Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 187.
28 3. Pencurian dan pemerasan yang dilakukan dalam
keadaan yang memberatkan sebagai yang disebut dalam Pasal 363 Ayat (4) dan Pasal 368 Ayat (2) KUHP 4. Pembajakan di laut, di pantai, di pesisir dan di sungai yang dilakukan dalam keadaan seperti tersebut dalam Pasal 444 KUHP.34
b. Pidana Penjara
Menurut Andi Hamzah, “pidana penjara merupakan bentuk pidana yang berupa kehilangan kemerdekaan” pidana penjara atau pidana kehilangan kemerdekaan itu bukan hanya dalam bentuk pidana penjara tetapi juga berupa pengasingan.35
Pidana penjara adalah adalah untuk sepanjang hidup atau sementara waktu (Pasal 12 KUHP). Lamanya hukuman penjara untuk sementara waktu berkisar antara 1 hari sedikit-dikitnya dan 5 tahun berturut-turut paling lama. Akan tetapi dalam beberapa hal lamanya hukuman penjara sementara itu dapat ditetapkan sampai 20 tahun berturut-turut. Maksimum lima belas tahun dapat dinaikkan menjadi dua puluh tahun apabila:
1. Kejahatan diancam dengan pidana mati.
2. Kejahatan diancam dengan pidana penjara seumur hidup
3. Terjadi perbuatan pidana karena adanya perbarengan, recidive atau karena yang ditentukan dalam Pasal 52 dan 52 bis KUHP.
34 P.A.F.Lamintang, Op Cit., hlm 49
29 4. Karena keadaan khusus, seperti misalnya Pasal 347
Ayat (2), Pasal 349 KUHP.
Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-sekali tidak boleh lebih dari dua puluh tahun. Hal ini hendaknya benar – benar diperhatikan oleh pihak yang berwenang memutus perkara. Untuk menghindari kesalahan fatal ini para penegak hukum harus benar- benar mengindahkan/memperhatikan asas-asas dan peraturan- peraturan dasar yang telah ditetapkan oleh perundang-undangan pidana kita, yaitu batas maksimum penjatuhan pidana.
c. Pidana Kurungan
Pidana ini seperti halnya dengan pidana penjara, maka dengan hukuman kurunganpun, keduanya merupakan jenis pidana perampasan kemerdekaan. Pidana kurungan jangka waktunya lebih ringan dibandingkan pidana penjara ini ditentukan oleh Pasal 69 ayat (1) KUHP, bahwa berat ringannya pidana ditentukan oleh urutan-urutan dalam Pasal 10 KUHP bahwa pidana kurungan menempati urutan ketiga36. lamanya pidana kurungan dijelaskan pada Pasal 18 KUHP bahwa, paling sedikit satu hari dan paling lama setahun, dan jika ada pemberatan karena gabungan atau pengulangan atau karena ketentuan Pasal 52 dapat ditambah menjadi satu tahun empat
30 bulan. Pidana kurungan sekali-kali tidak boleh lebih dari satu tahun empat bulan37
d. Pidana Denda
Pidana denda adalah hukuman yang dijatuhkan dengan membayar sejumlah denda sebagai akibat dari tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang.
Menurut P.A.F. Lamintang:38
Pidana denda dapat dijumpai di dalam Buku I dan Buku II KUHP yang telah diancam baik bagi kejahatan-kejahatan maupun bagi pelanggaran-pelanggaran. Pidana denda ini juga diancamkan baik satu-satunya pidana pokok maupun secara alternative dengan pidana penjara saja atau alternative dengan kedua pidana pokok tersebut secara bersama-sama
Denda pada Pidana denda dapat di beratkan (dibayarkan) oleh orang lain. Walaupun denda dijatuhkan terhadap pribadi, juga tidak ada larangan jika denda secara sukarela dibayakan oleh atas nama terpidana.39
2. Pidana Tambahan
a. Pencabutan hak-hak tertentu
Menurut ketentuan Pasal 35 ayat (1) KUHP, hak-hak yang dapat dicabut oleh Hakim dengan suatu putusan pengadilan adalah:40
37 Lihat Pasal 18 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
38 Amir Ilyas, Op.Cit, hlm 114
39 Ibid.
31 1. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan
yang tertentu
2. Hak untuk memasuki angkatan bersenjata
3. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan hukum
4. Hak menjadi penasehat atau pengurus atas orang yang bukan anak sendiri
5. Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan atas anak sendiri
6. Hak menjalankan mata pencarian tertentu b. Perampasan Barang-Barang tertentu
Biasa disebut dengan pidana kekayaan, seperti juga halnya dengan pidana benda. Dalam Pasal 39 KUHP, dijelaskan barang- barang yang dapat dirampas yaitu barang - barang yang berasal/diperoleh dari hasil kejahatan dan barang-barang yang sengaja digunakan dalam melakukan kejahatan. Barang-barang yang dapat dirampas menurut ketentuan Pasal 39 Ayat (1) KUHP, antara lain:41
1. Benda-benda kepunyaan terpidana yang diperoleh karena kejahatan, misalnya uang palsu.
2. Benda- benda kepunyaan terpidana yang telah digunakan untuk melakukan suatu kejahatan dengan sengaja, misalnya pisau yang digunakan terpidana untuk membunuh.
3. Perampasan dapat dilakukan terhadap orang bersalah yang diserahkan kepada pemerintah, tetapi hanya atas barang-barang yang telah disita.
c. Pengumuman Putusan Hakim
Pengumuman putusan Hakim diatur dalam Pasal 43 KUHP yang mengatur bahwa :42
41 Amir Ilyas, op.Cit, hlm 117