BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D. Tindak Pidana Pencurian
2. Jenis-jenis Tindak Pidana Pencurian
Kejahatan terhadap harta benda diatur dalam buku II KUHP dan khususnya tindak pidana pencurian diatur dalam bab XXII, Pasal 362 sampai dengan Pasal 367 KUHP. Pada Pasal 362 sampai dengan
Pasal 367 KUHP yang mengatur tentang pencurian tersebut, terdapat lima (5) kualifikasi tentang pencurian sebagai berikut :
1. Pencurian biasa 2. Pencurian berat 3. Pencurian ringan
4. Pencurian dengan kekerasan
5. Pencurian dalam kalangan keluarga
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu jenis-jenis pencurian sebagai berikut :
1. Pencurian biasa
Jenis pencurian ini diatur dalam Pasal 362 KUHP, Pasal tersebut merupakan dasar pencurian dan juga menjadi tolak ukur apakah suatu peristiwa pencurian termasuk dalam pencurian biasa,berat,ringan,dll. Suatu hal penting yang perlu diperhatikan adalah perbuatan pembuat harus memenuhi rumusan Pasal 362 KUHP. Dari rumusan 362 tersebut, ditarik suatu rumusan yang akan dipergunakan menentukan kategori pencurian biasa sebagai berikut :
1. Perbuatan mengambil;
3. Barang tersebut seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain;
4. Maksud hendak memiliki secara melawan hukum.
2. Pencurian berat
Suatu perbuatan dapat digolongkan sebagai pencurian berat, apabila memenuhi unsur-unsur Pasal 362 KUHP juga harus memenuhi unsur lain yang terdapat dalam Pasal 363 KUHP.
A.Hamzah menerjemahkan Pasal 363 KUHP sebagai berikut :22
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun :
a. Pencurian ternak;
b. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau gempa laut,gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang;
c. Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan orang yang ada disitu tidak diketahui atau dikehendaki oleh yang berhak;
22A.Hamzah.Op Cit.,Hlm.173
d. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
e. Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak,memotong atau memanjat, atau dengan anak kunci palsu,perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
2.Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5 maka diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
3. Pencurian ringan
Masalah pencurian ringan diatur dalam Pasal 364 KUHP yang menentukan sebagai berikut :23
Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4, begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 KUHP butir 5. Apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari Rp.250,- diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama tiga (3) bulan atau pidana denda sebanyak Rp.900,-.
23Ibid.Hlm.,173
Melihat pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pencurian ringan adalah pencurian yang dilakukan walaupun harga barang tidak lebih dari Rp.250,- tetapi perbuatan yang dilakukan dengan :
a. Yang dicuri ternak (Pasal 363 sub 1).
b. Pencurian yang dilakukan pada waktu terjadi malapetaka atau keadaan darurat (Pasal 363 sub 2).
c. Pencurian yang dilakukan pada waktu malam, dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya (Pasal 363 sub 3).
d. Pencurian yang disertai dengan kekerasan (Pasal 365).
Tidaklah dikategorikan sebagai pencurian ringan.
4. Pencurian dengan kekerasan
Jenis pencurian ini diatur dalam Pasal 365 KUHP sebagai berikut:24
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan
tahun pencurian didahului,disertai atau dilakukan dengan kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian atau dalam
hal tertangkap tangan atau memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau tetap menguasai barang yang dicuri.
2. Diancam dengan pidana penjara paling dua belas (12)
tahun:
a. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya,dijalan umum atau dalam kereta api yang sedang berjalan;
b. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
c. Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat dengan anak kunci palsu,perintah atau pakaian jabatan palsu;
d. Jika perbuatan yang menyebabkan luka-luka berat.
3. Jika perbuatan mengakibatkan kematian, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
4. Diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup
atau selama jangka waktu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian, dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu,
disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor satu dan tiga.
5. Pencurian dalam kalangan keluarga
Pencurian dalam kalangan keluarga diatur dalam Pasal 367 KUHP yang mengatakan sebagai berikut :25
1. Jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan dalam bab ini adalah suami (istri) dari orang yang terkena kejahatan dan tidak terpisah meja dan ranjang atau terpisah harta kekayaan, maka terhadap pembuat atau pembantu ini tidak mungkin diadakan tuntunan pidana;
2. Jika dia adalah suami (istri) yang terpisah dari meja dan ranjang atau terpisah harta kekayaan, atau jika ia adalah keluarga sedarah atau semenda baik dalam garis lurus maupun menyamping derajat kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntunan jika pengaduan yang terkena kejahatan;
3. Jika menurut lembaga matriarkal, kekuasaan bapak dilakukan oleh orang lain dari bapak kandung (sendiri), maka ketentuan ayat di atas berlaku juga bagi orang itu.
25Ibid.Hlm,.175
Jadi dalam hal ini ada dua (2) ketentuan utama, yaitu :
1. Bagi seorang suami (istri) yang tidak terpisah dari meja dan ranjang telah melakukan atau membantu perbuatan pencurian terhadap istrinya (suaminya) tidak dapat dibedakan tuntutan pidana;
2. Bagi seorang suami (istri) yang telah terpisah meja dan ranjang,anggota keluarga dalam garis lurus maupun garis samping derajat kedua dapat dilakukan penuntutan bila ada pengaduan.
Ketentuan yang kedua bisa dilakukan penuntutan, tetapi harus ada pengaduan dari orang dikenakan kejahatan, tanpa pengaduan maka tidak dapat diadakan penuntutan walaupun itu sesuai dengan rumusan delik.
Dalam hal ini, maka pencurian oleh suami atau istri dihukum pula, akan tetapi harus ada pengaduan dari suami atau istri yang dirugikan (delik aduan). Hukum adat (islam) bangsa Indonesia tidak mengenal perceraian meja dan tempat tidur atau harta benda tidak dapat diperlukan pada mereka yang tunduk pada hukum adat (islam). Oleh karena itu maka terhadap pencurian antara suami dan istri mereka yang tunduk pada hukum adat (islam) selalu tidak mungkin
diadakan penuntutan dan pencurian demikian itu tidak pernah melakukan delik aduan. Dalam kedua hal tersebut di atas, apabila suami istri itu sudah bercerai sama sekali, maka pencurian itu dituntut dengan tidak usah ada pengaduan.