• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

4. Jenis Kelamin

Menurut Mahmud (1990:63) jenis kelamin adalah suatu komponen yang kritis dalam identititas seseorang. Sejak lahir, anak laki-laki dan anak perempuan dibiasakan berperilaku sesuai dengan ketentuan-ketentuan masyarakat sehubungan dengan perilaku mana yang semestinya untuk laki-laki dan perilaku mana yang seharusnya bagi anak perempuan. Sifat-sifat seperti logis, bebas, dan agresif, dianggap sebagai sikap maskulin,

sedangkan sikap seperti lemah lembut, ramah, dan empatik dianggap feminin.

Ada anggapan bahwa tekanan-tekanan untuk berperilaku sesuai dengan cara-cara yang tepat bagi pria atau wanita semakin meningkat pada masa remaja, khususnya pada remaja putri. John mill dan mary allen lynch (1983), dari penelitiannya memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Remaja putri menjadi lebih self-conscious (perasa terhadap diri sendiri) dan lebih banyak mengalami gangguan dalam citra diri ketimbang remaja-remaja pria.

b. Remaja-remaja putri lebih menonjol dalam prestasinya di bidang ketrampilan-ketrampilan verbal (kata-kata), sedangkan remaja-remaja pria di bidang ketrampilan spasial (ruang).

c. Remaja-remaja putri menjadi lebih suka membentuk persahabatan-persahabatan yang kental.

Tetapi satu hal yang jelas ialah bahwa remaja pria yang tidak berperilaku cukup maskulin dan remaja putri yang tidak berperilaku cukup feminin akan kurang populer dan kurang diterima oleh teman-temannya yang sejenis kelamin dan yang bukan sejenis kelamin.

5. Indeks Prestasi Komulatif (IPK)

Menurut Winkel (1996:162) prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:700) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar sering dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi.

Prestasi akademik atau prestasi belajar biasanya diukur dari nilai sehari-hari hasil tes hasil belajar dan lamanya bersekolah. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik selama masa remaja adalah (Dimyati Mahmud, 1990:83):

a. Status sosial ekonomi orangtua.

b. Perbedaan-perbedaan sosial ekonomi dalam kemampuan intelektual dan motivasi.

c. Perbedaan sosial ekonomi dan kesempatan.

Prestasi belajar dalam lingkungan perguruan tinggi disebut dengan istilah prestasi akademik. Prestasi akademik mahasiswa nampak dalam studi yang berupa nilai-nilai yang tercermin pada indeks prestasi (IP). Indeks prestasi (IP) adalah tingkat keberhasilan belajar mahasiswa yang dinyatakan dengan bilangan yang ditulis sampai dengan dua angka dibelakang koma. Besar IP dihitung dari jumlah hasil kali antara besar kredit (K) dan bobot nilai (N) dibagi dengan jumlah kredit yang direncanakan, sedangkan indeks prestasi komulatif (IPK) adalah nilai akhir evaluasi seorang mahasiswa selama jenjang perguruan tinggi.

6. Pekerjaan Orangtua

Menurut Sutikno (1988:30) pekerjaan adalah sekumpulan kedudukan yang memiliki kesamaan kewajiban atau tugas-tugas pokok. Satu pekerjaan dilakukan oleh satu orang atau beberapa orang yang menduduki jabatan tersebut diberbagai tempat. Pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan setiap bulan di suatu instansi pemerintahan, swasta, atau wiraswasta.

Menurut Dewi (2004:32) pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua (2) jenis, yaitu:

a. Pekerjaan pokok

Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimilki oleh seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat dari pekerjaan ini adalah tetap.

b. Pekerjaan sampingan

Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Sifat dari pekerjaan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok.

Pekerjaan dalam penelitian ini dikhususkan pada pekerjaan orangtua sebagai guru dan bukan guru. Orangtua memiliki pengaruh yang kuat kepada anaknya. Ibu (orangtua) adalah tokoh yang mendidik anak-anaknya yang memelihara perkembangan anak-anaknya dan juga yang

mempengaruhi anaknya dalam setiap aktivitasnya (Gunarsa, 1986:153). Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Hurlock (1980: 118) bahwa anak akan meniru sikap dan perilaku orangtuanya.

B. Kerangka Berpikir

1. Perbedaan Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Guru ditinjau dari Jenis Kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan. Secara psikologi dan fisiologis ternyata laki-laki dan perempuan mempunyai perkembangan yang berbeda. Pengaitan dan pembatasan kesempatan berjabatan tertentu pada jenis kelamin pria atau wanita dan lingkup kebudayaan atau golongan sosial akan membawa akibat terhadap cara masyarakat luas berpikir tentang dunia kerja.

Sifat kepribadian yang dimiliki antara pria dan wanita berbeda-beda. Perbedaan kepribadian ini akan membawa akibat terhadap cara masyarakat berfikir luas tentang dunia kerja. Seorang perempuan lebih mempunyai sifat keibuan yang lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim. Sedangkan laki-laki mempunyai sifat maskulin, kasar dan lebih perkasa. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku mutlak karena ada laki-laki yang bersifat keibuan, lemah lembut, berperasaan, dan lebih feminim. Sedangkan ada perempuan yang bersifat maskulin, kasar dan lebih perkasa. Perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan dalam hal perhatian, pandangan, cara berpikir, dan perasaan akan berpengaruh pada

persepsi seseorang tentang profesi guru yang pada akhirnya akan berpengaruh pada minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru.

Ada anggapan bahwa profesi guru lebih cocok untuk perempuan, karena perempuan mempunyai sifat keibuan, lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim sehingga perempuan lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa maupun masalah-masalah yang menyangkut kepribadian atau psikologi siswa. Faktor lain berkaitan dengan anggapan bahwa profesi guru merupakan profesi yang aman bagi perempuan, karena perempuan dapat menjadi guru sambil menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Tugas seorang ibu adalah mendidik anak maka secara tidak langsung perempuan juga mendidik siswa-siswanya seperti anak-anak sendiri oleh karena itu secara alamiah anak lebih dekat dan mudah berkomunikasi dengan ibunya. Realitas ini terbawa masuk sampai ke sekolah, sehingga di sekolah seorang murid menemukan “ibunya” yang kali ini menjadi guru baginya.

Profesi guru kurang cocok untuk laki-laki karena sifat laki-laki maskulin, kasar, dan lebih perkasa, sehingga kurang peka terhadap siswa dalam hal pendampingan belajar maupun dalam setiap pembimbingan masalah-masalah yang terjadi pada pribadi siswa.

2. Perbedaan Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Guru ditinjau dari IPK

Prestasi belajar secara umum dapat diartikan sebagai suatu hasil yang dicapai. Prestasi belajar mahasiswa nampak dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai yang tercermin dalam Indeks Prestasi Komulatif (IPK). Perbedaan tinggi rendahnya IPK mahasiswa dapat mempengaruhi cara pandang mahasiswa terhadap lingkungan sekitarnya. Mahasiswa yang memiliki IPK tinggi cenderung mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang lebih baik dari pada mahasiswa yang memiliki IPK rendah karena mahasiswa yang memiliki IPK tinggi cenderung memiliki gairah belajar yang tinggi dan mempunyai pengetahuan yang luas. Oleh karena itu mahasiswa Jurusan Akuntansi yang memiliki IPK tinggi cenderung berminat setelah lulus kuliah akan lebih memilih untuk bekerja sebagai Akuntan atau Profesi Akuntan dalam lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh Akuntan sebagai Akuntan Publik seperti pekerjaan Audit, Akuntansi Pajak, Konsultan manajemen, dll, karena tidak sedikit dari mahasiswa yang memiliki IPK tinggi kemudian direkrut sebuah perusahaan saat lulus dari bangku kuliah dan mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, dan memiliki kekuasaan yang cukup. Sedangkan mahasiswa Jurusan Akuntansi yang memiliki IPK rendah akan cenderung mempunyai minat untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru, karena beranggapan Profesi Guru akan menciptakan peluang kerja lebih besar dari pada Profesi lain.

3. Perbedaan Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Guru ditinjau dari Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan orangtua adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh orangtua untuk mendapatkan penghasilan. Setiap orangtua mahasiswa memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini pekerjaan dibedakan menjadi guru dan bukan guru dengan pertimbangan bahwa mahasiswa memiliki minat yang berbeda untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru. Jenis pekerjaan orangtua secara tidak langsung berkaitan erat dengan pola pengasuhan anak sehingga ikut mempengaruhi pola pendidikan di dalam rumah. Sikap mental orangtua mahasiswa yang satu berbeda dengan sikap mental mahasiswa yang lain tergantung dari jenis pekerjaan orangtuanya. Hal ini akan berpengaruh terhadap cara pandang mahasiswa terhadap suatu pekerjaan. Sebagai seorang guru tentu sikap mentalnya berbeda dengan yang bukan guru. Orang tua yang bekerja sebagai guru akan memiliki pola pengasuhan atau mendidik anak layaknya seperti guru. Orangtua lebih sabar dalam membimbing anaknya dan orangtua akan memperlakukan anak seperti siswa di sekolah yang akan terus dibimbing dengan penuh kesabaran. Orangtua yang pekerjaannya bukan guru akan mempunyai pola asuh yang berbeda dengan seorang guru, secara tidak langsung orangtua yang bukan seorang guru akan mempunyai pola asuh atau mendidik anak terpengaruh oleh jenis pekerjaannya.

Sikap mental yang dimiliki oleh para orangtua baik guru maupun bukan guru, akan ditularkan ke anak lewat pola asuh. Pola asuh yang diberikan kepada anak sangat berbeda dengan mentalitas yang dimiliki oleh orangtua, yang pada akhirnya mempengaruhi sikap mental anaknya dalam memandang lingkungan sekitarnya. Dengan demikian tidaklah mustahil apabila seorang anak mengikuti pekerjaan orangtuanya, sehingga akan menimbulkan kecenderungan bahwa anak dari keluarga guru mengikuti jejak orangtuanya menjadi guru. Hal ini memperkuat dugaan bahwa orangtua mahasiswa yang pekerjaannya sebagai guru, cenderung akan berpengaruh terhadap keinginan mahasiswa untuk tertarik dalam profesi guru dan berharap bisa menjadi guru yang profesional dengan mengikuti Pendidikan Profesi Guru. Sebaliknya orangtua mahasiswa yang pekerjaannya bukan guru cenderung akan berpengaruh terhadap keinginan mahasiswa untuk kurang berminat dalam profesi guru karena mahasiswa menganggap profesi guru adalah profesi no 2 dan tidak dapat menjamin pemenuhan kebutuhannya.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir, maka peneliti dapat mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan minat mahasiswa Jurusan Akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru ditinjau dari jenis kelamin.

2. Ada perbedaan minat mahasiswa Jurusan Akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru ditinjau dari IPK.

3. Ada perbedaan minat mahasiswa Jurusan Akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru ditinjau dari pekerjaan orangtua.

32

Dokumen terkait