• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Jumlah Jenis Tumbuhan Bawah Berdasarkan Suku

Berikut ini jumlah jenis tumbuhan bawah berdasarkan 26 suku tumbuhan bawah yang didapat di lokasi penelitian. Adapun jumlah jenis berdasarkan dari 26 sukunya tercantum pada Gambar 4.2.1.

Gambar 4.2.1 Jumlah Jenis Berdasarkan dari 26 Suku Tumbuhan Bawah

Dari Gambar 4.2.1 di atas diketahui jumlah jenis terbanyak ditemukan pada suku Araceae dengan jumlah 8 jenis, suku Piperaceae sebanyak 6 jenis, suku Zingiberaceae, Balsaminaceae dan Athyriaceae masing-masing 4 jenis, Polypodiaceae, Orchidaceae dan Rubiaceae masing-masing 3 jenis sedangkan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah Jenis

Suku Tumbuhan Bawah

suku-suku lainnya hanya terdapat 2 atau 1 jenis. Keanekaragaman jenis dari setiap suku ditentukan keberhasilan jenis tersebut dapat berkembangbiak dan juga disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pada setiap jenis untuk pertumbuhannya. Keanekaragaman yang rendah menunjukkan bahwa jenis yang ditemukan tidak begitu banyak sedangkan keanekaragaman yang tinggi akan memiliki jumlah jenis yang banyak.

Pada Gambar 4.2.1 diketahui suku Araceae memiliki jumlah jenis tertinggi yaitu 8 jenis. Keragaman jenis ini, disebabkan karena suku Araceae dapat tumbuh baik secara vegetatif untuk mendukung pertumbuhan dan persebarannya. Selain itu, faktor lingkungan yang lembab dan teduh merupakan tipe habitat yang cocok untuk pertumbuhan suku Araceae. Menurut Kurniawan dan Asih, (2012), Suku Araceae juga merupakan tumbuhan herba yang memiliki kemampuan mengandung air lebih banyak dan tumbuh dengan kelembapan yang tinggi sedangkan menurut Ardhana (2012), suku Araceae memiliki kisaran toleransi yang luas, sehingga mampu beradaptasi dan penyesuaian yang baik terhadap lingkungannya dan pemanfaatan unsur hara dari lingkungannya. Pada setiap habitat terdapat sumber daya alam yang jumlahnya terbatas semua organisme yang hidup dan persaingan di antara mereka tidak dapat dihindarkan. Kehadiran suatu jenis tumbuhan dari jenis tumbuhan yang lainnya dalam memanfaatkan ruang, cahaya, air dan unsur hara yang ada. Kemampuan bersaing suatu jenis juga erat kaitannya dengan kemampuan adaptasinya pada banyak relung yang berbeda-beda. Menurut Khoirul et al., (2013), jenis-jenis suku Araceae mampu tumbuh pada lingkungan dengan kelembaban yang rendah hingga tinggi. Sebaran tumbuhan dari famili Araceae juga terkait dengan kemampuan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan pH tanah.

Suku Piperaceae memiliki jumlah jenis sebanyak 6 jenis. Suku ini dapat hidup sesuai habitat yang lembab dengan hidup bisa herba, epifit dan menjalar.

Hal ini disebabkan suku Piperaceae memiliki kisaran toleransi yang luas, mampu beradaptasi dan penyesuaian yang baik terhadap lingkungan dan pemanfaatan unsur hara dari lingkungan. Suku Balsaminaceae, Zingiberacae dan Athyriaceae memiliki 4 jenis. Pada suku Athyriaceae jenis paku-pakuan paling banyak

ditemukan jumlahnya dibandingkan jenis dari suku pakua-pakuan yang lainnya.

Suku Balsaminaceae dan Zingiberacae termasuk tumbuhan herba dan sangat cocok hidup pada kondisi lingkungan dengan kelembapan tinggi. Menurut Steenis (2010), iklim pegunungan tropik sangat cocok untuk tumbuhan dapat tumbuh subur. Hal ini dapat dilihat dalam komposisi floristik dan kelimpahan tumbuhannya salah satunya adalah suku Balsaminaceae. Menurut Utami, N.

(2012), Impatiens umumnya menyukai tumbuh di tempat yang lembab, seperti lantai hutan dan pinggir sungai. Suku Zingiberaceae dapat ditemukan sampai batas 1000-2000 m. dasar lembah atau jurang merupakan tempat tumbuh yang cocok bagi Zingiberacaea.

Suku Polypodiaceae, Rubiaceae dan Orchidaceae memiliki jumlah 3 jenis yang ditemukan di lokasi penelitian. Pada suku Polypodiaceae perkembangbiakan tumbuhan paku yang menggunakan spora. Menurut Holttum (1968), suku Polypodiaceae mempunyai jumlah jenis terbesar juga dan sebagaian besar terdapat di kepulauan Indonesia. Menurut Steenis (2010), suku Rubiaceae dan Orchidaceae merupakan salah satu gambaran kelimpahan dari iklim pegunungan tropik.

Suku Aspidiaceae dan Aspleniaceae memiliki jumlah 2 jenis. Pada suku Aspleniaceae habitatnya bisa teresterial dan epifit. Menurut Holttum (1968), suku Aspleniaceae memiliki akar yang besar (termasuk humus yang terperangkap di dalamnya) yang dapat menyerap air hujan dalam jumlah yang banyak, sehingga tumbuhan lain sering kali mengambil keuntungan dari kondisi ini. Menurut Suhartono (2013), tumbuhan paku umumnya dapat tumbuh dengan baik pada habitat yang lembab.

Banyaknya jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada lokasi penelitian disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan yang sesuai seperti iklim, kelembapan, intensitas cahaya yang cukup, suhu udara dan tanah yang baik, sehingga mengakibatkan tumbuhan bawah pada lokasi penelitian ini mampu beradaptasi dengan baik terhadap faktor disekitarnya. Berdasarkan hasil pengukuran faktor fisik lingkungan yang telah dilakukan di lokasi penelitian diperoleh yaitu Kelembapan udara 44-81%, Intensitas cahaya 115-884 Cd, suhu udara berkisar 20-23°C, Suhu tanah 18-21°C, pH tanah dan 5,5-7,2. Menurut Resosoedarmo et al., (1993), perubahan komposisi vegetasi berkaitan dengan

perubahan faktor-faktor lingkungan misalnya topografi, tanah, kelembapan, suhu dan iklim.

Ditinjau dari berbagai faktor lingkungan (dapat dilihat pada Lampiran 4) pada lokasi penelitian memiliki kelembapan yang rendah dan suhu yang tinggi.

Diketahui kelembapan dan suhu merupakan komponen iklim mikro yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan dan masing-masing berkaitan mewujudkan keadaan lingkungan optimal bagi tanaman. Menurut Wijayanto &

Nurunnajah (2012), pertumbuhan suatu tumbuhan meningkat jika suhu meningkat dan kelembapan menurun, demikian pula sebaliknya. Faktor yang mempengaruhi suhu dan kelembapan yaitu tinggi tempat dan penutupan tajuk. Semakin tinggi tempat maka suhunya semakin rendah dan kelembapan akan tinggi.

Intensitas cahaya yang tinggi pada suatu tempat akan berpengaruh terhadap suhu udara. Hal ini dikarenakan jika semakin tingginya suatu tempat maka intensitas cahaya akan semakin kecil dan suhu udara akan rendah. Keadaan ini disebabkan karena berkurangnya penyerapan dari udara (oksigen). Faktor lain adalah persaingan terhadap cahaya sinar matahari di mana cahaya sinar matahari terhalang oleh adanya beberapa pohon yang memiliki diameter di atas 30 cm.

Menurut Mirmanto (2010), hutan alami umumnya dalam kondisi cukup baik, dengan kerapatan relatif tinggi dan dengan pohon berukuran besar yang cukup banyak tajuk yang lebar dan besar (penutupan lahan yang luas) dapat menghalang tumbuhan yang ada di bawah pertumbuhannya untuk mendapatkan sinar matahari, dimana hal ini dapat menghambat pertumbuhan suatu tanaman.

Suhu tanah yang diperoleh yaitu 18-21 o C. Menurut Hanafiah (2014), suhu tanah mempengaruhi tumbuhan, kelembaban aerasi, dekomposisi serasah dan ketersediaan hara-hara tumbuhan. Suhu tanah merupakan salah satu faktor penting bagi tumbuhan. Pada perkembangbiakan biji, akar tumbuhan secara langsung dipengaruhi oleh suhu tanah. pH tanah pada lokasi penelitian diperoleh 5,5-7,2. Menurut Nahdi (2014), pH tanah yang tinggi sangat menentukan semua reaksi yang ada, sehingga di dalam tanah akan terbentuk NO2

dan NH4+

sebagai nutrisi yang siap diserap akar dan mempengaruhi proses pembentukan vegetatif tumbuhan

Dokumen terkait