• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Profil Peresepan Obat Antihipertensi

2. Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi secara Tunggal

Terapi hipertensi dengan menggunakan satu jenis obat sering dihubungkan dengan efek samping yang lebih besar dibandingkan kombinasi obat dengan dosis yang lebih rendah. Hanya rata-rata setengah bagian dari pasien yang terapi dengan 1 jenis obat antihipertensi yang dapat dikontrol tekanan darahnya dengan baik. Setengah bagian dari pasien akan membutuhkan 2 macam kombinasi obat antihipertensi (Neutel, 2002). 20% 32,50% 25% 17,50% 2,50%2,50% 0% 5% 10% 15% 20% tidak ada

Gambar 10. Distribusi Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi Secara Tunggal maupun Kombinasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Dari gambar 10 dapat kita ketahui bahwa terdapat 8 orang pasien dari total 40 pasien pre-eklampsia, yang tidak mendapatkan terapi antihipertensi. Dari pengumpulan data diketahui bahwa 5 pasien dari 8 pasien yang tidak mendapatkan antihipertensi mempunyai tekanan darah <160/105mmHg sehingga belum dibutuhkan antihipertensi dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala impending eklampsia, sedangkan 3 pasien lainnya mempunyai tekanan darah >160/105mmHg

25% 30% 35% penggunaan obat antihipertensi persentase tunggal 2 Macam kombinasi obat antihipertensi 3 macam kombinasi obat antihipertensi 4 macam kombinasi obat antihipertensi 6 macam kombinasi obat antihipertensi

tetapi tidak mendapat antihipertensi karena pasien tidak menunjukkan tanda-tanda

impending eclampsia.

Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa persentasi penggunaan obat antihipertensi secara kombinasi lebih besar dibandingkan penggunaan obat antihipertensi secara tunggal yaitu sebesar 47,5%. Penggunaan obat antihipertensi secara tunggal sebesar 32,5%. Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa kombinasi obat antihipertensi yang paling banyak adalah 2 macam kombinasi obat antihipertensi yaitu sebesar 52,6% dari total penggunaan kombinasi obat antihipertensi.

Antihipertensi yang ideal memenuhi kriteria sebagai berikut antara lain, efektif lebih dari 24 jam dengan dosis satu kali sehari, mempunyai respon yang tinggi untuk semua kelompok penderita hipertensi, tidak mempunyai efek samping, tidak mempunyai efek samping metabolik dan murah. Karena sulit mencapai kriteria obat antihipertensi yang ideal dengan monoterapi maka telah dilakukan percobaan untuk mencapai terapi obat antihipertensi yang ideal dengan mengkombinasikan obat antihipertensi tambahan dengan dosis rendah (Neutel, 2002).

84,60% 7,70% 7,70% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%

Jenis Obat Antihipertensi yang Digunakan secara Tunggal P er s en tase Metildopa Nifedipin Furosemid

Gambar 11. Distribusi Penggunaan Jenis Obat Antihipertensi Secara Tunggal di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Data pada gambar 11 memperlihatkan distribusi penggunaan jenis obat antihipertensi secara tunggal di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan metildopa secara tunggal mempunyai persentasi paling besar yaitu 84,6% (11 kasus) sedangkan persentasi penggunaan nifedipin dan furosemid secara tunggal masing-masing sebesar 7,7% atau masing-masing-masing-masing sebanyak 1 kasus.

Metildopa merupakan obat yang paling banyak digunakan para dokter sebagai obat antihipertensi lini pertama untuk terapi hipertensi dalam kehamilan berdasarkan laporan yang ada bahwa penggunaan metildopa tidak mempengaruhi aliran darah di plasenta dan hemodinamik dari janin (Gifford dkk, 2000). Menurut Rey dkk (1997), dalam Report of The Canadian Hypertension Society Consensus Conference, metildopa merupakan obat lini pertama untuk mengatasi pre-eklampsia ringan.

Penggunaan antagonis kalsium (nifedipin) untuk terapi hipertensi dalam kehamilan khususnya pada kasus pre-eklampsia masih menjadi kontroversi. Sediaan oral nifedipin telah digunakan tetapi tidak disetujui oleh The Food and Drug Administration (FDA) karena telah dilaporkan memberikan efek hipotensi disertai gangguan pada janin (Sassen dan Carter, 2005). Nifedipin merupakan obat antihipertensi lini pertama selain hidralazin dan labetalol untuk mengatasi pre-eklampsia berat yang akut (Rey dkk, 1997).

Penggunaan diuretik (furosemid) untuk terapi pre-eklampsia masih kontroversi karena secara teoritis diketahui bahwa pasien pre-eklampsia mengalami penurunan volume plasma sehingga pemberian diuretik akan lebih menurunkan

volume plasma sehingga membahayakan kondisi janin, tetapi hubungan ini belum diketahui secara pasti. Karena itu, diuretik tidak digunakan sebagai obat lini pertama.

Menurut Friedman dan Polifka (2000), penggunaan furosemid tidak mengindikasikan risiko kelainan bawaan pada anak dari wanita yang menggunakan furosemid.

Sebuah meta analisis dari 9 penelitian acak yang melibatkan lebih dari 7000 subjek yang menggunakan diuretik, menyatakan bahwa penggunaan diuretik pada wanita hamil dapat mengurangi kemungkinan wanita hamil mengalami edema dan atau hipertensi dan juga menyatakan bahwa penggunaan diuretik pada wanita hamil tidak peningkatan efek samping pada janin. Diuretik aman digunakan bila diindikasikan dan dapat menunjukkan respon yang baik seperti antihipertensi yang lain dan penggunaan diuretik tidak dikontaindikasikan pada kehamilan kecuali pada kasus yang mana perfusi uteroplasenta wanita hamil telah menurun (Gifford dkk, 2000).

Walaupun data mengenai penggunaan diuretik pada wanita hamil yang menderita hipertensi masih jarang, tetapi The National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy

menyetujui penggunaan diuretik untuk menurunkan tekanan darah pada masa kehamilan (Gifford dkk, 2000).

50,00% 20,00% 20,00% 10,00% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%

Kombinasi 2 Jenis Obat Antihipertensi

P

er

sen

tase

Metildopa dan Nifedipin

Metildopa dan Furosemid

Nifedipin dan Furosemid

Nifedipin dan Nifedipin

Gambar 12. Distribusi Penggunaan Kombinasi 2 Jenis Obat Antihipertensi di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.

Data pada gambar 12 menunjukkan bahwa kombinasi antara metildopa dan nifedipin mempunyai persentasi terbesar yaitu 50%. Penelitian tentang penggunaan metildopa dan nifedipin dalam menurunkan tekanan darah untuk terapi pre-eklampsia setelah melahirkan adalah efektif (Rey, 1997). Kombinasi metildopa dan furosemid mempunyai persentase yang sama dengan kombinasi antara nifedipin dan furosemid yaitu sebesar 20%. Kombinasi antara nifedipin dengan nifedipin sebesar 10%. Kombinasi dua obat antihipertensi akan meningkatkan respon sekitar 70%-90%. Pasien yang lain akan membutuhkan 3 atau lebih kombinasi obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah (Neutel, 2002).

Tabel III. Distribusi Penggunaan Kombinasi >2 Jenis Obat Antihipertensi pada Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

N0 Kombinasi >2 Jenis Obat Antihipertensi Jumlah Perse ntase

(%)

1 Metildopa, Nifedipin dan Nifedipin 1 11,1

2 Metildopa, Nifedipin dan Terazosin 1 11,1

3 Metildopa, Nifedipin dan Spironolakton 1 11,1

4 Metildopa, Nifedipin dan Furosemid 2 22,3

5 Metildopa, Nifedipin dan Klonidin 1 11,1

6 Nifedipin, Amlodipin dan Nifedipin 1 11,1

7 Nifedipin, Furosemid, Metildopa, Klonidin 1 11,1 8 Metildopa, Kaptopril, Nifedipin, Klonidin, Furosemid,

Teratozin

1 11,1

Total 9 100,0

Dari data tabel III dapat kita ketahui bahwa terdapat 9 kasus penggunaan lebih dari 2 macam kombinasi obat antihipertensi. Penggunaan 3 macam kombinasi antihipertensi mempunyai persentasi yang lebih besar dibandingkan penggunaan >3 macam kombinasi yaitu sebesar 7 kasus dari 9 kasus yang ada. Terdapat masing-masing 1 kasus untuk penggunaan 4 macam kombinasi dan 6 macam kombinasi obat antihipertensi. Pada penggunaan 6 macam kombinasi obat antihipertensi, digunakan kaptopril yang dikontraindikasikan untuk ibu hamil karena bersifat teratogenik.

Dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa penggunaan kaptopril pada pasien diberikan setelah pasien melahirkan sehingga penggunaan kaptopril tidak akan membahayakan janin. Adapun jumlah pasien yang mengalami pre-eklampsia post partum sebanyak 7,5% (3 pasien) dari total 40 pasien yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

Dokumen terkait