• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Dalam dokumen SKRIPSI, METODOLOGI DAN ROMANTIKANYA (Halaman 127-132)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

i

DAYA TAHAN REZIM BASHAR AL-ASSAD TERHADAP TEKANAN DI SURIAH 2011-2014

( The Resistence of Bashar al-Assad Regime’s Toward Pressure in Syria 2011-2014 )

Ahmad Baidawi ( baidawi_684@yahoo.com ) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstract

This paper was held to find and explain about the Resistnce of Bashar al-Assad Regime’s Toward Pressure in Syria since 2011-2014. To Analyze that writer adobted Couloumbis and Wolfe Concept about Power. Couloumbis and Wolfe defines power as anything that could create and maintain control of the actor actor A to B. It also said that Power has three essential elements: first, authority is submission sekarela of actor B could be referrals or advice or instruction. second, Influence is defined as the use of the tools of persuasion that in this case without the use of violence by actor A so that the behavior of actors B liking actor A. Third, forced Power interpreted as an explicit threat or use of military force, economic or other coercive means by actor A to actor B to achieve political goals. Authority:Bashar al-Assad still get the support of the syrian societies, because of his performance as president of the Reformer. Influence:Bashar al-Assad to get education abroad that make it better in the field of diplomacy. to have a good diplomacy, Bashar al-Assad has the support of some powerful countries such as Russia, China, and Iran. Force:Bashar al-Assad has experience in the military field which makes it well-respected in the military and have the full support of military officers. The research resulted in explanation seemed that Resistence of Bashar al-Assad Regime’s Toward Pressure in Syria there were three indicators, First Bashar al-Assad control of all aspects of the political system in Syria. Second, Bashar al-Assad has influence among the Syrian military. Third, Bashar al-Assad has good diplomacy, so get help from Russia, China, and Iran.

ii

Pendahuluan

Sistem pemerintahan Suriah secara historis telah berubah dari sistem Monarki (Kerajaan) ke Republik. Adapun titik awal perubahan itu dimulai ketika suriah mendapatkan hak kemerdekaan dari penjajahan Perancis. Namun hal tersebut tidak lantas membuat kondisi Suriah membaik. Sejarah mencatat dalam proses transisi kepemimpinan di Suriah. Suriah sudah mengalami tujuh kali kudeta yang berturut-turut.( lihat sejarah republik arab suriah/wikipedia.com) Pasca peristiwa kudeta tersebut tampuk kekuasaan Suriah dipegang oleh Hafez al- Assad (1971-2000) pasca meninggalnya Hafez al-Assad Kekuasaan Suriah dipimpin oleh putranya Bashar al-Assad ( 2000- Sampai Saat ini ).

Rezim Bashar al-Assad telah berkuasa 14 tahun. Kelanggengan Bashar al- Assad berkuasa selama itu tidak terlepas dari isu keberhasilannya mengangkat Human Development Index (HDI) di Suriah, versi PBB berada dalam urutan 111. HDI adalah penilaian atas keberhasilan pembangunan di sebuah negara dengan berpatokan pada sejumlah variabel, seperti pendapatan penduduk, angka harapan hidup, angka melek huruf, tingkat pendidikan.( Dina Y. Sulaeman, 2013, Prahara Suriah; Membongkar Persekongkolan Multinasional, Depok : Pustaka IIMAN, hal. 20 ) Meskipun demikian, tidak lantas membuat posisi Bashar al-Assad aman dari tuntutan pemakzulan.

Sejak maret 2011, gelombang demonstrasi pro demokrasi menyebar keseluruh penjuru Suriah, utamanya di kota Deraa, Suriah. Penduduk setempat turun kejalan memprotes, setelah 15 anak sekolah ditahan, disiksa. Penduduk melakukan aksi anti pemerintah dengan membuat graffiti di dinding. Banyak keluhan dan tuntutan disuarakan oleh para demonstran diantaranya: Pembebasan anak-anak sekolah, Demokrasi, dan memberikan kebebasan yg lebih luas pada rakyat dalam berekspresi dimuka umum, mencabut undang-undang darurat yang telah diterapkan hampir 50 tahun, diterapkannya sistem multipartai, melepaskan tidak kurang dari 200 tahanan yang sudah lama mendekam dalam penjara, membubarkan Pengadilan Keamanan yang selama ini ditugasi mengadili para pembangkang, kaum oposan, membolehkan demonstrasi secara damai, merombak

iii

kabinetnya, dan menuntut agar Bashar al-Assad mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah yang dianggap oleh masyarakat Suriah sebagai pemimpin diktator.(Results of the Arab Spring, World news.about.com, diakses pada 3 September 2014).

Konflik yang terjadi di Suriah, merupakan dampak dari fenomena Arab Spring yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Diakhir tahun 2010, Arab Spring mengguncang keras negara-negara Arab. Gelombang gerakan prodemokrasi menggelegar dan berhasil menjungkalkan rezim-rezim represif dan otoriter di beberapa negara Arab. Seperti, di Tunisia pada masa presiden Zine Al-Abidine ben Ali, pemimpin yang telah berkuasa 23 tahun itu, akibat Revolusi Yasmin akhirnya melarikan diri keluar negeri pada tanggal 14 januari 2010. Hal serupa juga terjadi pada Presiden Mesir Husni mubarak. Setelah kewalahan menghadapi demonstrasi rakyat selama 18 hari, akhirnya Presiden Mubarak mundur pada tanggal 11 februari 2011 dan kemudian diadili, kemudian juga terjadi pada Presiden Libya Muammar Khadafi, Pemimpin Besar Revolusi Rakyat yang telah memimpin Libya selama 42 tahun (1969-2011) akhirnya tewas dengan cara tragis setelah ditembak kepala dan kedua kakinya.( Sidik Jatmika, 2014, Pengantar Studi Kawasan Timur Tengah, Yogyakarta: Maharsa, hal 171). Sekarang Rezim Bashar al-Assad di Suriah mulai goyah, berbagai macam tekananan muncul, baik dari internal, maupun tekanan dari pihak asing. Bermacam pertanyaan muncul, akankah rezim Bashar al-Assad juga akan tumbang seperti Rezim-rezim Otoriter sebelumnya, atau mungkin sebaliknya, Rezim Bashar al-Assad akan berhasil bertahan. Konflik Suriah sudah memasuki tahun ke 4 terhitung sejak 2011-2014. Namun, buktinya Rezim Bashar al-Assad sampai saat ini masih berkuasa dan masih sangat kuat untuk dijatuhkan oleh para Pemberontak maupun dari pihak Asing.

Landasan Teori

Konsep power merupakan konsep yang sering digunakan dalam menganalisis berbagai fenomena hubungan internasional. Power dapat dikatakan

iv

sebagai unsur utama dalam politik. Hans J. Margenthau mendefinisikan power sebagai berikut :

Morgenthou mendefinisikan Power sebagai suatu hubungan antara dua aktor politik dimana aktor A memiliki kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan tindakan aktor B. Power politik mencakup hubungan psikologis antara elite yang menyelenggarakan kekuasaan serta mereka yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh elite. Power bisa terdiri dari apa saja yang menciptakan dan mempertahankan pengendalian seseorang atas orang lain (dan itu) meliputi semua hubungan sosial yang mendukung tujuan (Pengendalian itu), mulai dari kekerasan fisik sampai ke hubungan psikologis yang paling halus yang dipakai oleh pikiran seseorang untuk mengendalikan pikiran orang lain.

Tak jauh berbeda dengan definisi power oleh Morgenthau, Couloumbis dan Wolfe mendefinisikan power sebagai apa-apa saja yang bisa menciptakan dan mempertahankan pengendalian aktor A terhadap aktor B. Disebutkan juga bahwa Power memiliki tiga unsur penting yang terlihat dalam bagan dibawah ini:

Gambar 1.1 Unsur-Unsur Power

Sumber: Morgenthau, Hans J. Politic Among Nations, dikutip dalam Mas’oed, Mohtar, 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES

Authority atau wewenang adalah sikap tunduk sekarela dari aktor B yang bisa berupa arahan atau nasihat maupun perintah. Sedangkan Influence atau pengaruh diartikan sebagai penggunaan alat-alat persuasi yang dalam hal ini tanpa menggunakan kekerasan oleh aktor A agar perilaku aktor B sesuai dengan

AUTHORITY

INFLUENCE

POWER

v

keinginan aktor A. Sedangkan Force atau daya paksa dimaknai sebagai ancaman ekplisit atau penggunaan kekuatan militer, ekonomi atau sarana pemaksa lainnya oleh aktor A terhadap aktor B untuk tercapainya tujuan politik.

BERBAGAI TEKANAN TERHADAP BASHAR AL-ASSAD

Dalam dokumen SKRIPSI, METODOLOGI DAN ROMANTIKANYA (Halaman 127-132)