• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1.1 Keadaan Wilayah

Kabupaten Kendal merupakan kabupaten yang terletak di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Kendal memiliki luas wilayah sebesar 1002,23 km2. Posisi astronomis Kabupaten Kendal terletak pada 109°40 -110°18 Bujur Timur dan 6°32 -7°24 Lintang Selatan. Di sebelah utara wilayah Kabupaten Kendal berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara. Di sebelah timur berbatasan dengan Kota Semarang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Temanggung. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Batang.

Topografi Kabupaten Kendal terbagi dalam tiga jenis yaitu daerah pegunungan yang terletak di bagian paling selatan dengan ketinggian antara 0- 2.579 meter dari permukaan laut. Suhu udara berkisar antara 25°C. kemudian daerah perbukitan di sebelah tengah dan dataran rendah di sebelah utara dengan ketinggian 0-10 meter dari permukaan laut dengan suhu berkisar 27°C.

Kabupaten Kendal merupakan kabupaten yang memiliki wilayah agraris. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang ada di Kabupaten Kendal yang digunakan untuk mengusahakan pertanian. Luas wilayah yang digunakan untuk usaha pertanian (sawah, tegalan, tambak dan kolam, hutan serta perkebunan) adalah sebesar 75,83 persen. Sedangkan sisanya digunakan untuk pekarangan (lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya), padang rumput dan lahan yang sementara tidak diusahakan.

5.1.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kendal pada tahun 2007 tercatat sebanyak 937.420 jiwa terdiri dari 462.612 (49,35 persen) laki-laki dan 474.808 (50,65 persen) perempuan. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Kendal pada tahun 2007 sebesar 2,06 persen. Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbanyak berada pada kelompok usia 10-14 tahun, dengan jumlah 100.916 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada pada kelompok umur 60-64 tahun berjumlah 32.501

jiwa. Dilihat dari piramida penduduk Kabupaten Kendal maka kelompok umur usai produktif lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok usaia tidak produktif. Persebaran penduduk di Kabupaten Kendal tidak merata. Beberapa kecamatan mengalami kepadatan penduduk yang cukup tinggi seperti Kecamatan Weleri dan Kota Kendal. Kepadatan penduduk di Kecamatan Weleri mencapai 1.965 jiwa per kilometer persegi dan di Kecamatan Kendal mencapai 1.896 jiwa setiap kilometer persegi.

5.1.3 Pertanian

Proporsi terluas penggunaan tanah di Kabupaten Kendal adalah untuk tanah sawah yaitu 262,13 km2 atau sebesar 26,15 persen dari seluruh luas tanah yang ada. Hasil utama pertanian adalah padi, palawija dan kacang-kacangan.

Komoditas tanaman buah-buahan yang ada di Kabupaten Kendal adalah pisang, mangga, nangka, rambutan dan durian. Produksi tanaman buah-buahan tersebut mengalami fluktuasi setiap tahun. Produksi tanaman sayuran yang diusahakan di Kabupaten Kendal adalah tanaman buncis, bawang, dan wortel, bawang merah, kubis, kacang-kacangan dan ketimun.

Komoditas yang diusahakan pada perkebunan adalah tebu, tembakau rakyat, kopi, kayu manis, panili, kemukus dan kakao. Komoditas lain yang dihasilkan dari sektor perkebunan ini adalah tanaman karet, tanaman pala, dan tanaman teh. Sektor kehutanan di Kabupaten Kendal menghasilkan kayu jati, kayu rimba dan lainnya.

Peternakan di Kabupaten Kendal terbagi menjadi dua yaitu ternak besar dan ternak kecil. Ternak besar yaitu sapi perah atau sapi potong, kerbau dan kuda. Populasi terbesar untuk ternak besar ini adalah sapi potong. Ternak kecil meliputi kambing, domba dan babi. Populasi terbesar untuk ternak kecil ini adalah kambing. Sedangkan untuk unggas yang diusahakan adalah ayam ras pedaging, ayam petelur, burung puyuh dan itik. Perikanan di Kabupaten Kendal juga diusahakan meliputi perikanan darat dan perikanan laut.

5.1.4 Perekonomian Daerah

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kendal pada tahun 2007 atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai 4,62 triliun rupiah. PDRB Kabupaten Kendal mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini

menunjukkan perekonomian Kabupaten Kendal terus tumbuh. Berikut ini adalah tabel PDRB Kabupaten Kendal atas dasar harga konstan tahun 2000.

Tabel 5. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Kendal Tahun 2004-2007 (dalam juta rupiah)

No. Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007

1 Pertanian 1.027.499,92 1.027.494,44 1.079.408,71 1.086.655,98 2 Pertambangan dan penggalian 37.149,42 38.626,20 42.347,62 44.543,40 3 Industri Pengolahan 1.641.119,86 1.716.524,18 1.756.426,89 1.861.210,22 4

Listrik, gas dan air

minum 44.680,42 45.258,32 48.121,20 56.192,13 5 Bangunan 124.340,62 117.456,49 128.521,63 129.341,53 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 759.013,37 787.077,76 809.634,64 846.063,53 7 Pengangkutan dan Komunikasi 98.496,78 101.510,10 106.325,91 117.184,47 8 Keuangan,

Persewaan dan Jasa

Perusahaan 100.996,97 106.959,14 112.158,19 117.828,73 9 Jasa-Jasa 334.328,84 336.447,63 350.854,76 364.558,01 PDRB 4.167.626,20 4.277.354,26 4.433.799,55 4.623.578,00 Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2008)

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2007 mencapai 4,28 persen. Pada tahun 2007 ini pertumbuhan sektor listrik, gas dan air minum menempati peringkat tertinggi yaitu 16,77 persen. Peringkat kedua sektor angkutan dan komunikasi yaitu sebesar 10,21 persen.

Dari sembilan sektor ekonomi yang ada pada tahun 2007, struktur ekonomi atas harga konstan 2000. Kontribusi tertinggi didapat dari sektor industri pengolahan sebesar 40,25 persen, kemudian pertanian sebesar 23,50 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 18,30 persen dan jasa-jasa 7,88 persen. Lima sektor lainnya hanya menyumbang kurang dari 10 persen dan yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian yang menyumbang 0,96 persen. Nilai PDRB per kapita pada tahun 2007 secara riil naik sebesar 3,89 persen, yaitu dari 4,88 juta rupiah menjadi 5,07 juta rupiah.

Industri pengolahan di Kabupaten Kendal sebagian besar didominasi oleh usaha kecil dan menengah. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kebupaten Kendal, jumlah unit usaha yang tergolong dalam usaha

kecil dan menengah berjumlah 489 unit usaha. Usaha tersebut terbagi menjadi usaha yang bergerak dalam bidang makanan dan non makanan. Untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah, Kabupaten Kendal menetapkan wilayah-wilayah untuk dilakukan sentralisasi pengembangan usaha kecil. Salah satu hal yang telah dilakukan adalah dengan melakukan sentralisasi pengembangan usaha kecil dan menengah di bidang makanan sebagaimana telah tercantum pada Tabel 3. Industri pengolahan makanan terus dikembangkan agar produk yang dihasilkan dapat menjadi komoditas khas daerah Kendal. Selain itu pengembangan usaha kecil dan menengah dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan daerah serta perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat.

5.2 Kecamatan Pegandon

Usaha pembuatan kerupuk rambak terletak di Desa Penanggulan Kecamatan Pegandon. Kecamatan Pegandon terletak di wilayah administrasi Kabupaten Kendal dan Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Pegandon memiliki luas wilayah 31,12 km2. Wilayah Kecamatan Pegandon di sebelah utara adalah Kecamatan Patebon. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Singorojo, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gemuh dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Brangsong. Jarak ibukota Pegandon dengan ibukota provinsi adalah 38 kilometer, jarak ibukota Pegandon ke ibukota Kabupaten adalah 10 kilometer. Wilayah Kecamatan Pegandon memiliki ketinggian tanah 6 meter dpl. Suhu udara 27°C. Wilayah Kecamatan Pegandon dibagi menurut penggunaannya. Pembagian wilayah berdasarkan penggunaan terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Wilayah Kecamatan Pegandon Dirinci Menurut Penggunaan

No Jenis Luas (Km2) Persen (%)

1 Tanah sawah 8,71 27,99

2 Tanah pekarangan 5,12 16,44

3 Tanah tegalan 2,61 8,39

4 Tambak dan kolam 0 0

5 Hutan 12,23 39,32

6 Kehutanan 0 0

7 Lain-lain 2,45 7,89

Total 31,12 100

Jumlah penduduk Kecamatan Pegandon adalah sebesar 36.575 jiwa dengan pembagian jumlah penduduk perempuan adalah 18.532 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 18.043 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan Pegandon adalah 1.175 jiwa/km2. Pada tahun 2007 perkembangan penduduk Kecamatan Pegandon adalah sebesar 1,09 persen.

5.3 Gambaran Umum Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak

Usaha pembuatan kerupuk rambak terletak di Desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon. Saat ini tercatat ada empat perusahaan yang bergerak dalam usaha pembuatan kerupuk rambak yaitu Citra Rasa, Putra Jaya, Dwi Joyo dan Dwi Djaya. Usaha ini berawal karena di Kecamatan Pegandon terdapat tempat pemotongan hewan (jagalan) sapi untuk memasok daging sapi ke pasar tradisional di sekitar Kecamatan Pegandon. Pada saat itu, kulit sapi hanya menjadi limbah dan menimbulkan bau yang mengganggu ketika kulit membusuk. Hal ini sangat mengganggu masyarakat sekitar. Pada saat itu, belum ada yang berpikir untuk mengolah kulit.

Pada tahun 1990, usaha pembuatan kerupuk rambak dipelopori oleh Bapak Chaeroman. Bapak Chaeroman terinspirasi pada kerupuk kulit yang ada di daerah Jawa Timur. Kemudian, beliau mendirikan usaha pembuatan kerupuk rambak. Pada awal pendirian usaha tersebut, usaha masih bersifat rumah tangga dan belum ada merek dagang pada usaha yang didirikan. Usaha yang digeluti ternyata berkembang dengan pesat. Bapak Chaeroman melakukan inovasi dengan cara membuat kemasan yang menarik sehingga nilai jual dapat ditingkatkan karena selama ini kerupuk produksinya hanya dibungkus plastik saja. Kemudian pemilik memberi nama Dwijoyo pada kerupuk produksinya dan kerupuk mulai dikemas ke dalam kardus dan diberi merek.

Usaha pembuatan kerupuk rambak Bapak Chaeroman berkembang dengan baik dan mulai menarik para pengusaha baru untuk masuk ke dalam industri. Proses produksi yang relatif mudah dipelajari sehingga mendukung tumbuhnya pembuatan kerupuk rambak ini. Pada tahun 1993, ada enam usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi.

Pada saat itu juga terjadi penutupan tempat pemotongan hewan yang ada di Kecamatan Pegandon sehingga pengusaha mengalami kesulitan dalam

memenuhi bahan baku kulit sapi. Beberapa pengusaha berhasil mendapatkan pemasok dari luar kota. Namun, sebagian tidak dapat bertahan. Mereka menutup usaha pembuatan kerupuk rambak dengan alasan kesulitan dalam mendapat bahan baku. Selain itu, para pengusaha yang menutup usaha juga dikarenakan mereka kurang telaten dalam proses pembuatan kerupuk. Hal ini dikarenakan walaupun proses pembuatan mudah namun butuh ketelatenan yang tinggi terutama dalam proses pengungkepan kulit. Walaupun menyatakan sudah tutup, namun terdapat dua pengusaha yang masih memproduksi kerupuk walaupun produksinya tidak kontinu dan tidak bersifat komersial.

Pada tahun 2005, ada perusahaan kerupuk rambak yang masuk ke dalam industri. Namun, ada perbedaan dengan perusahaan yang terlebih dahulu masuk ke dalam industri. Perusahaan baru tersebut membuat kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit kerbau. Alasan perusahaan tersebut menggunakan bahan baku kulit kerbau dikarenakan kulit kerbau memiliki daya mengembang yang lebih baik dan rasa yang lebih gurih. Padahal perusahaan lain menggunakan campuran kulit kerbau saat pasokan kulit sapi mengalami penurunan. Kulit kerbau memiliki harga yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan kulit sapi.

Kerupuk rambak yang dihasilkan oleh perusahaan di dalam industri memiliki karakteristik yang sama dan dipasarkan dengan bentuk kemasan dan berat yang sama. Harga yang berlaku juga sama yaitu sebesar Rp 30.000,00 untuk kemasan 250 gram dan Rp 60.000,00 untuk kemasan 500 gram dan dikemas dengan menggunakan kardus yang telah diberi label masing-masing perusahaan yang memproduksinya.

Perkembangan usaha pembuatan kerupuk rambak sangat didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal. Berdasarkan wawancara dengan Wakil Bupati Kendal dan staff Disperindag Kabupaten Kendal, diperoleh informasi bahwa kerupuk rambak akan dijadikan komoditas khas daerah yang nantinya akan menjadi cinderamata dari Kabupaten Kendal.

Perhatian Pemerintah Kabupaten Kendal terhadap usaha pembuatan kerupuk rambak juga diakui oleh para pengusaha. Menurut para pengusaha, Pemerintah Kabupaten melalui dinas terkait yaitu Dinas Koperasi dan UKM dan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan mulai memfasilitasi usaha baik dari segi pemasaran, bantuan teknis seperti perijinan dan bantuan kredit lunak.

BAB VI

ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL

Analisis aspek-aspek non finansial yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.

6.1 Aspek Pasar

Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu usaha. Pada penelitian ini aspek pasar yang dianalisis meliputi permintaan, penawaran, serta strategi pemasaran.

6.1.1 Permintaan

Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga (Umar 2005). Potensi pasar untuk produk kerupuk rambak ini cukup tinggi. Tingginya potensi pasar untuk produk kerupuk rambak terlihat dari jumlah permintaan untuk kerupuk rambak yang mengalami peningkatan. Jumlah permintaan kerupuk rambak ini dapat dilihat dari hasil produksi kerupuk yang habis terjual. Kerupuk rambak yang dihasilkan oleh industri adalah sekitar 100- 120 kilogram kerupuk rambak matang dalam satu kali periode produksi. Selain itu, usaha mengalami over demand atau kelebihan permintaan yang tidak mampu dipenuhi oleh pemilik usaha. Hal ini diperoleh berdasarkan keterangan dari pemilik usaha bahwa produknya selalu habis terjual dan terjadi kekosongan produk di agen penjualan. Permintaan jumlah kerupuk rambak ini meningkat tajam pada saat hari raya Lebaran dan liburan kenaikan kelas. Pada saat Lebaran dan liburan kenaikan kelas, jumlah permintaan kerupuk rambak meningkat dua kali lipat.

Peluang pasar akan kerupuk rambak juga didukung oleh nilai budaya masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia menyukai produk kerupuk yang disajikan sebagai menu dalam makanan ataupun sebagai kudapan atau camilan saja. Hampir seluruh lapisan masyarakat mengkonsumsi kerupuk.

Kerupuk kulit sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari lidah konsumen Indonesia. Konsumennya sangat banyak, yang berasal dari berbagai kalangan. Konsumsi kerupuk kulit di Indonesia sangat besar. Walaupun secara statistik belum didapatkan angka pasti mengenai jumlah kuantitatif konsumsi kerupuk kulit di Indonesia. Tetapi melihat minat masyarakat yang begitu besar dan keberadaannya yang tersebar luas, dapat diduga bahwa konsumsi kerupuk ini sangat besar (Tim LPPOM MUI 2009).

Permintaan kerupuk rambak ini biasanya datang dari agen maupun dari konsumen akhir. Jumlah permintaan juga meningkat tajam pada saat musim liburan kenaikan kelas dan hari raya Lebaran. Permintaan ini dikarenakan adanya penambahan jumlah pendatang maupun pengguna jalan yang memasuki kota Kendal. Kota Kendal yang terletak di jalur Pantura ini memiliki letak yang strategis untuk pemasaran kerupuk rambak. Peningkatan permintaan pada saat liburan kenaikan kelas maupun hari raya Lebaran membuat industri kewalahan dalam memenuhi jumlah permintaan ini sehingga terjadiover demand.

6.1.2 Penawaran

Potensi pasar tidak hanya dilihat dari tingkat permintaan tetapi juga dari sisi penawaran. Penawaran diartikan sebagai berbagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga (Umar 2005). Penawaran kerupuk rambak ini dapat dikatakan masih rendah. Jumlah penawaran industri dapat dilihat dari jumlah produksi perusahaan karena seluruh hasil produksi perusahaan dijual ke pasar. Jika diasumsikan masing-masing perusahaan memproduksi 125 kemasan besar dan 750 kemasan kecil per bulan maka dapat disimpulkan bahwa penawaran industri setiap bulan sebesar 500 kemasan besar dan 3000 kemasan kecil. Penawaran kerupuk rambak saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar terutama pada saat liburan kenaikan kelas dan hari raya Lebaran tiba.

Dalam industri kerupuk rambak di Kecamatan Pegandon ini hanya terdapat empat perusahaan yang mengusahakan kerupuk rambak secara komersial. Keempat perusahaan telah memiliki merek masing-masing bagi produknya. Keempat perusahaan tersebut menawarkan produk yang sama yaitu kerupuk rambak siap saji yang dikemas ke dalam kemasan yang sama yaitu 500 gram dan 250 gram dengan harga jual yang sama untuk masing-masing ukuran yaitu Rp

30.000,00 untuk ukuran 250 gram (kemasan kecil) dan Rp 60.000,00 untuk ukuran 500 gram (kemasan besar). Dengan kata lain produk kerupuk rambak ini adalah produk yang homogen dan konsumen kerupuk rambak belum memiliki loyalitas merek pada salah satu perusahaan sehingga produk memiliki daya substitusi yang sempurna satu sama lain.

6.1.3 Strategi Pemasaran

Stanton (1995) diacu dalam Umar (2005) menyatakan bahwa pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik aktual maupun yang potensial. Menurut Umar (2005) pemasaran produk barang, manajemen pemasaran akan dipecah atas empat kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix) atau 4P dalam pemasaran yang terdiri dari empat komponen yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion).

6.1.3.1 Produk

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Strategi produk didefinisikan sebagai suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang ditawarkannya (Utami 2008). Produk yang dihasilkan industri kerupuk di Pegandon adalah kerupuk rambak. Masing-masing perusahaan telah memberikan merek dagang pada produk kerupuk rambak. Produk kerupuk rambak dipasarkan dalam bentuk dua kemasan yaitu kemasan 250 gram (kemasan kecil) dan kemasan 500 gram (kemasan besar). Menurut klasifikasinya, komoditi yang ditawarkan industri kerupuk rambak yaitu barang konsumsi, karena dibeli oleh konsumen untuk langsung dikonsumsi.

6.1.3.2 Harga

Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Industri kerupuk rambak di Pegandon

memberikan atau menetapkan harga jual yang sama kepada konsumen. Harga jual berlaku bagi seluruh produk kerupuk rambak yang dihasilkan oleh perusahaan dalam industri baik yang menggunakan bahan baku kulit kerbau maupun menggunakan bahan baku kulit sapi. Penetapan harga untuk kerupuk rambak adalah dengan menambahkan biaya produksi dengan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh oleh perusahaan. Harga produk kerupuk rambak untuk kemasan 250 gram adalah Rp 30.000,00 per kemasan dan kemasan 500 gram dijual dengan harga Rp 60.000,00.

6.1.3.3 Distribusi

Pemasaran produk kerupuk rambak saat ini hanya dilakukan di daerah Kendal dan Semarang. Pemasaran belum menjangkau daerah lain. Usaha pembuatan kerupuk rambak ini belum memiliki rencana melakukan ekspansi ke daerah lain dengan alasan belum dapat memenuhi permintaan yang ada pada saat ini.

Terdapat dua saluran distribusi yang digunakan oleh industri kerupuk rambak di Pegandon Kendal.

Saluran I

Gambar 3. Saluran Pemasaran Kerupuk Rambak Saluran I

Saluran I merupakan salah satu cara produsen kerupuk rambak dalam memasarkan usahanya. Pada saluran ini produsen langsung menjual produk kerupuk rambak kepada konsumen secara langsung. Pada saluran ini perusahaan ini tidak menggunakan perantara. Perusahaan-perusahaan pada umumnya menggunakan saluran I ini dengan melayani konsumen secara langsung di tempat usaha ataupun dengan membuka toko atau kios.

Saluran II

Gambar 4. Saluran Pemasaran Kerupuk Rambak Saluran II

Saluran distribusi yang kedua merupakan saluran yang digunakan oleh perusahaan dengan menggunakan perantara untuk memasarkan produknya. Keuntungan bagi produsen yang menggunakan saluran distribusi kedua ini adalah

Perusahaan Konsumen

jangkauan daerah pemasaran yang lebih luas jika dibandingkan dengan saluran I. Hal ini dikarenakan agen bukan hanya berasal dari Pegandon saja namun dari Kendal dan daerah sekitarnya.

Sistem yang digunakan dalam membangun kerjasama dengan para pengecer ini adalah dengan sistem konsinyasi dan risiko kerusakan produk menjadi tanggung jawab produsen karena agen akan mengembalikan kerupuk yang hampir kadaluarsa ataupun yang mengalami kerusakan dan ditukar dengan yang baru. Untuk penjualan melalui agen ini perusahaan memberikan bonus kepada para agen berdasarkan jumlah penjualan produk mereka ke konsumen. Bonus yang diberikan adalah sebesar Rp 2.500,00 untuk setiap kemasan kecil yang dijual dan Rp 3.000,00 untuk kemasan besar.

Namun, tidak semua perusahaan menggunakan saluran II atau melalui agen dalam memasarkan usahanya. Hal ini dikarenakan produsen menilai jika melakukan pemasaran dengan menggunakan agen akan membuat perputaran uang lebih lambat dan tingkat keuntungan yang diperoleh akan lebih sedikit jika dibandingkan melakukan pemasaran dengan saluran I atau melakukan penjualan kepada konsumen secara langsung. Hal ini menyebabkan penjualan melalui agen memiliki proporsi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan penjualan yang dilakukan secara langsung.

6.1.3.4 Strategi Promosi

Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk, dan mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan akhirnya dibeli oleh konsumen (Umar, 2005). Sejauh ini, promosi yang dilakukan oleh produsen kerupuk rambak untuk memasarkan produknya adalah promosi secara tradisional. Pemilik selalu memperkenalkan produk kepada rekan-rekannya sehingga promosi dilakukan dengan mouth to mouth. Selain promosi secara langsung, produsen juga menggunakan pamflet dan leaflet serta rajin mengikuti pameran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kendal.

6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar

Berdasarkan analisis potensi pasar kerupuk rambak di atas dapat disimpulkan bahwa pengusahaan kerupuk rambak ini layak untuk diusahakan. Hal

ini dikarenakan potensi pasar untuk produk kerupuk rambak ini masih cukup tinggi. Potensi pasar untuk produk kerupuk rambak ini dilihat dari sisi permintaan, penawaran, dan harga. Jumlah permintaan tidak diimbangi oleh jumlah penawaran menciptakan peluang besar pada pengusahaan kerupuk rambak. Di samping itu, harga jual yang tinggi juga cukup menjanjikan bahwa usaha pembuatan kerupuk rambak dapat mendatangkan keuntungan.

6.2 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Pada penelitian ini, aspek teknis yang akan dianalisis meliputi 6.2.1 Lokasi Usaha

Lokasi usaha kerupuk rambak adalah di desa Penanggulan Kecamatan Pegandon. Di desa Penanggulan Pegandon terdapat empat produsen yang mengusahakan kerupuk rambak. Keempat produsen tersebut telah memberikan merek pada produknya masing-masing. Keempat perusahaan tersebut adalah Citra Rasa, Putra Jaya, Dwi Joyo dan Dwi Djaya.

Lokasi usaha kerupuk rambak terpusat di Desa Penanggulan karena lokasi ini merupakan sentra pembuatan rambak sayur secara turun temurun kemudian ada produsen yang mengembangkan usaha rambak sayurnya dengan memproduksi kerupuk rambak. Kemudian usaha kerupuk rambak mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan usaha ini membuat beberapa

Dokumen terkait