• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.3 Pengaruh Jarak Tanam Jagung dan Varietas Kacang Tanah dalam Tumpangsari dan Monokultur

5.3.2. Kacang tanah

5.3.2.1 Tinggi tanaman

Umur 14 hst tinggi tanaman kedua varietas kacang tanah tidak berbeda nyata baik dalam monokultur maupun tumpangsari dengan jagung (Tabel 5.31) tetapi umur 35 hst kacang tanah varietas Lokal dalam tumpangsari pada jarak tanam jagung 100 cm x 40 cm memberikan tinggi tanaman tertinggi (35,00 cm) yang tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman varieatas tersebut dalam monokultur. Umur 56 hst tinggi tanaman kedua varietas kacang tanah tidak berbeda nyata baik dalam tumpangsari maupun monokultur. Umur 77 hst tinggi tanaman varietas Kelinci tertinggi pada ketiga jarak tanam jagung dalam tumpangsari dan monokultur (Tabel 5.31).

Tabel 5.31

Pengaruh jarak tanam jagung dan varietas kacang tanah dalam tumpangsari dan monokultur terhadap tinggi tanaman kacang tanah umur 14, 35, 56 dan 77 hst

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) umur :

14 hst 35 hst 56 hst 77 hst VKM 20,09 a 31,13 c 47,19 a 48,50 a VLM 22,54 a 33,00 abc 44,38 a 43,94 b J1VK 20,31 a 32,22 bc 47,91 a 48,50 a J2VK 20,38 a 31,66 bc 47,69 a 48,69 a J3VK 20,06 a 31,34 bc 47,31 a 48,44 a J1VL 23,13 a 35,00 a 46,66 a 44,56 b J2VL 22,00 a 34,06 ab 45,50 a 44,00 b

J3VL 22,50 a 34,00 ab 44,91 a 42,13 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang

sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

5.3.2.2 Jumlah daun

Jumlah daun kacang tanah tidak berbeda nyata dalam monokultur maupun tumpangsari dengan jagung pada jarak tanam jagung yang berbeda sejak umur 14 hst sampai umur 56 hst (Tabel 5.32). Umur 77 hst tumpangsari kacang tanah varietas Kelinci dengan jagung pada semua jarak tanam memberikan jumlah daun tertinggi (89,69 helai, 92,50 helai dan 92,75 helai) yang tidak berbeda nyata dengan jumlah daun kacang tanah varietas Kelinci monokultur (Tabel 5.32).

Tabel 5.32

Pengaruh jarak tanam jagung dan varietas kacang tanah dalam tumpangsari dan monokultur terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah umur

14, 35, 56 dan 77 hst

Perlakuan Jumlah daun (helai) umur :

14 hst 35 hst 56 hst 77 hst VKM 29,13 a 64,63 a 135,00 a 90,88 a VLM 34,13 a 75,50 a 133,75 a 32,00 b J1VK 29,63 a 67,94 a 136,50 a 89,69 a J2VK 36,13 a 65,63 a 135,50 a 92,50 a J3VK 31,16 a 73,63 a 135,00 a 92,75 a J1VL 38,50 a 73,63 a 134,00 a 25,25 b J2VL 35,75 a 79,13 a 133,75 a 25,75 b J3VL 38,50 a 75,75 a 133,75 a 39,00 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang

sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

5.3.2.3 Indeks luas daun dan nisbah kompetitif kacang tanah terhadap jagung Jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm dan 100 cm x 80 cm dalam sistem tumpangsari dengan kacang tanah varietas Kelinci memberikan indeks luas daun cukup tinggi (3,19 dan 3,23) yang tidak berbeda nyata dengan indeks luas daun

pada monokultur vareiatas Kelinci (3,27) (Tabel 5.33). Jarak tanam yang lebih rapat (100 cm x 60 cm) baik pada monokultur maupun tumpangsari memberikan indeks luas daun yang lebih rendah.

Nisbah kompetitif bagi kedua vareitas kacang tanah lebih tinggi dalam monokultur dari pada dalam tumpangsari (Tabel 5.33). Makin renggang jarak tanam jagung dalam tumpangsari makin rendah nisbah kompetitif kedua varietas kacang tanah.

Tabel 5.33

Pengaruh jarak tanam jagung dan varietas kacang tanah dalam tumpangsari dan monokultur terhadap indeks luas daun tanaman kacang tanah umur 56 hst dan

nisbah kompetitif kacang tanah terhadap jagung Perlakuan Indeks luas daun

umur 56 hst Nisbah kompetitif (CR) VKM 3,27 a 1,00 a VLM 3,17 bc 1,00 a J1VK 3,12 c 0,21 b J2VK 3,19 abc 0,15 c J3VK 3,23 ab 0,11 d J1VL 3,02 d 0,19 b J2VL 3,11 c 0,15 c J3VL 3,14 bc 0,11 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

5.3.2.4 Jumlah polong total tan-1, persentase polong berisi ha-1, berat polong berisi tan-1 dan jumlah biji polong-1

Jumlah polong total tan-1 kedua varietas kacang tanah dalam monokultur lebih tinggi dibandingkan dalam tumpangsari (Tabel 5.34). Jarak tanam jagung tidak menyebabkan perbedaan jumlah polong total tan-1 pada kedua varietas kecuali jarak tanam rapat (100 cm x 40 cm) pada varietas Lokal.

Kedua varietas kacang tanah menghasilkan persentase polong berisi ha-1

yang tidak berbeda nyata (88,13 % dan 87,56 %) dalam monokultur (Tabel 5.34). Jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm dan 100 cm x 80 cm dalam tumpangsari memberikan persentase polong berisi ha-1 yang tidak berbeda nyata pada kedua varietas kacang tanah dengan nilai tersebut dalam monokultur (Tabel 5.34).

Varietas Kelinci dalam monokultur memberikan berat polong berisi tan-1

tertinggi (14,20 g) diantara semua perlakuan (Tabel 5.34). Ketiga jarak tanam jagung menurunkan polong berisi tan-1 baik pada kacang tanah varietas Kelinci maupun Lokal (Tabel 5.34).

Varietas Kelinci dalam tumpangsari dengan jagung pada ketiga jarak tanam menghasilkan jumlah biji polong-1 tertinggi dan tidak berbeda nyata satu dengan lainnya (2,79 biji) yang bahkan lebih tinggi dibandingkan nilai tersebut dalam monokultur (Tabel 5.34). Varietas Lokal menghasilkan jumlah biji polong -1 lebih rendah dibandingkan varietas Kelinci.

Tabel 5.34

Pengaruh jarak tanam jagung dan varietas kacang tanah dalam tumpangsari dan monokultur terhadap jumlah polong total tan-1, persentase polong berisi ha-1,

berat polong berisi tan-1 dan jumlah biji polong-1

Perlakuan Jumlah polong total (pl tan-1) Persentase polong berisi Berat polong berisi Jumlah biji (biji pl-1) (% ha-1) (g tan-1) VKM 7,39 a 88,13 a 14,20 a 2,70 b VLM 7,31 a 87,56 a 9,27 b 2,30 c J1VK 6,53 b 78,52 b 5,27 d 2,79 a J2VK 6,64 b 86,81 a 6,94 c 2,79 a J3VK 6,62 b 89,97 a 7,68 c 2,79 a J1VL 5,74 c 76,22 b 3,37 e 2,30 c J2VL 6,33 b 86,11 a 4,57 de 2,30 c J3VL 6,32 b 88,88 a 4,89 d 2,30 c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

5.3.2.5 Jumlah biji tan-1 dan ha-1, berat 100 biji kering oven, dan berat biji kering panen tan-1

Varietas Kelinci dalam monokultur memberikan jumlah biji tan-1 tertinggi (19,66 biji) dibandingkan varietas Lokal (Tabel 5.35). Tumpangsari dengan jagung pada ketiga jarak tanam memberikan jumlah biji kacang tanah tan-1 yang lebih rendah.

Varietas Kelinci dalam monokultur juga memberikan berat 100 biji kering oven tertinggi (34,00 g) tetapi tidak berbeda nyata dengan nilai tersebut pada varietas Lokal (Tabel 5.35). Jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm dan 100 cm x 80 cm dalam tumpangsari dengan jagung juga memberikan berat 100 biji kering oven yang tidak berbeda nyata dengan nilai dalam monokultur.

Tabel 5.35

Pengaruh jarak tanam jagung dan varietas kacang tanah dalam tumpangsari dan monokultur terhadap jumlah biji tan-1 dan ha-1, berat 100 biji kering oven dan berat

biji kering panen tan-1 dan ha-1

Perlakuan Jumlah biji Berat 100 biji Berat biji kering panen (biji tan-1) kering oven

(g) (g tan-1) (t ha-1) VKM 19,66 a 34,00 a 9,66 a 2,14 a VLM 16,41 b 32,73 abc 8,64 b 1,91 b J1VK 7,54 ef 28,23 d 3,71 ef 1,98 b J2VK 9,93 cd 32,72 abc 4,88 cd 2,10 a J3VK 10,99 c 33,43 ab 5,40 c 2,12 a J1VL 5,95 f 27,87 d 3,13 f 1,49 d J2VL 8,08 de 32,04 c 4,25 de 1,75 c J3VL 8,66 de 32,64 bc 4,56 cde 1,78 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang

Varietas Kelinci dalam monokultur menghasilkan berat biji kering panen tan-1 tertinggi (9,66 g) diantara perlakuan lainnya (Tabel 5.35). Makin rapat jarak tanam makin rendah berat biji kering panen kedua varietas kacang tanah. Varietas Kelinci mempunyai berat bji kering panen tan-1 lebih tinggi dari pada varietas Lokal hanya dalam monokultur (Tabel 5.35).

Berat biji kering panen ha-1 varietas Kelinci pada jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm dan 100 cm x 80 cm paling tinggi (masing-masing 2,10 t dan 2,12 t) yang tidak berbeda nyata dengan berat biji dalam monokultur (2,14 t ha-1) (Tabel 5.35). Jarak tanam jagung lebih rapat (100 cm x 40 cm) menghasilkan berat biji kering panen ha-1 yang lebih rendah pada kedua varietas kacang tanah. Varietas kelinci memberikan berat biji kering panen lebih tinggi dari pada varietas Lokal baik dalam monokultur maupun tumpangsari (Tabel 5.35).

5.3.2.6 Berat biji kering oven tan-1 dan ha-1 ,berat brangkasan kering oven ha-1

serta indeks panen

Berat biji kering oven tan-1 dan ha-1 kacang tanah varietas Kelinci tertinggi (masing-masing 6,63 g dan 1,66 t) dihasilkan dalam sistem monokultur (Tabel 5.36). Jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm dalam tumpangsari memberikan berat biji kering oven ha-1 lebih tinggi dari pada jarak tanam lebih rapat (100 cm x 40 cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan berat biji pada jarak yang lebih renggang (100 cm x 80 cm). Berat biji kering oven tan-1 dan ha-1 varietas Kelinci lebih tinggi (masing-masing 17,55 % dan 17,73 %) dari pada varietas Lokal hanya pada sistem monokultur (Tabel 5.36).

Berat brangkasan kering oven ha-1 kedua varietas kacang tanah lebih tinggi dalam monokultur dari pada dalam tumpangsari (Tabel 5.36). Jarak tanam 100 cm x 60 cm dan 100 cm x 80 cm menghasilkan berat brangkasan kedua varietas kacang tanah lebih tinggi dari pada jarak tanam lebih rapat (100 cm x 40 cm). Berat brangkasan kering oven ha-1 kedua varietas kacang tanah tidak berbeda nyata baik dalam tumpangsari maupun dalam monokultur (Tabel 5.36).

Tabel 5.36

Pengaruh jarak tanam jagung dan varietas kacang tanah dalam tumpangsari dan monokultur terhadap berat biji kering oven tan-1 dan ha-1,berat

brangkasan kering oven ha-1 serta indeks panen

Perlakuan Berat biji kering oven Berat Indeks panen (g tan-1) (t ha-1) brangkasan kering oven (t ha-1) (%) VKM 6,63 a 1,66 a 1,69 a 49,27 a VLM 5,64 b 1,41 b 1,60 a 47,10 a J1VK 2,43 ef 0,61 ef 1,22 d 33,72 d J2VK 3,35 cd 0,84 cd 1,37 bc 37,70 bc J3VK 3,70 c 0,93 c 1,45 b 39,12 b J1VL 2,05 f 0,51 f 1,15 d 30,38 e J2VL 2,79 de 0,70 de 1,25 cd 35,47 cd J3VL 2,98 de 0,75 de 1,34 bc 35,90 cd Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang

sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

Indeks panen kedua varietas kacang tanah lebih tinggi dibandingkan dalam tumpangsari (Tabel 5.36). Jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm dan 100 cm x 80 cm memberikan indeks panen kedua varietas kacang tanah lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam lebih rapat (100 cm x 40 cm). Varietas Kelinci memberikan indeks panen yang lebih tinggi dibandingkan varietas Lokal hanya

pada jarak tanam jagung paling rapat (100 cm x 40 cm) dan paling renggang (100 cm x 80 cm) (Tabel 5.36).

3.2.7. Berat gulma kering oven ha-1, nilai kesetaraan tanah (NKT), keuntungan dan B/C ratio

Pada jarak tanam jagung 100 cm x 80 cm dalam sistem monokultur, berat gulma kering oven ha-1 paling tinggi (0,20 t) (Tabel 5.37), yang tidak berbeda nyata dengan berat gulma pada jarak tanam jagung yang sama dalam tumpangsari dengan kacang tanah varietas Kelinci.

Tumpangsari memberikan nilai kesetaraan tanah (NKT) lebih tinggi dari pada monokultur (Tabel 5.37). NKT tertinggi (1,92) diberikan oleh jarak tanam jagung 100 cm x 80 cm dalam tumpangsari dengan kacang tanah varietas Kelinci, yang tidak berbeda nyata dengan NKT pada jarak tanam jagung 100 cm x 40 cm dan 100 cm x 60 cm (Tabel 5.37).

Tabel 5.37

Pengaruh jarak tanam jagung dan varietas kacang tanah dalam tumpangsari dan monokultur terhadap berat gulma kering oven ha-1, nilai kesetaraan tanah (NKT),

keuntungan dan B/C ratio

Perlakuan Berat gulma NKT Keuntungan B/C ratio kering oven (t ha-1)+ (Rp ha-1) J1M 0,09 def 1,00 d 2.698.744 1,48 J2M 0,13 cd 1,00 d 3.050.579 1,80 J3M 0,20 a 1,00 d 2.333.959 1,38 VKM 0,13 cd 1,00 d 8.902.459 4,97 VLM 0,10 cdef 1,00 d 7.742.459 4,32 J1VK 0,07 f 1,86 ab 12.108.319 6,62 J2VK 0,12 cde 1,89 ab 12.963.479 7,13

J3VK 0,18 ab 1,92 a 12.516.859 6,91

J1VL 0,08 ef 1,68 c 9.512.319 5,20

J2VL 0,11 cdef 1,78 b 11.027.479 6,06

J3VL 0,14 bc 1,80 b 10.536.859 5,82

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%. +data telah ditransformasi dengan √x+0,5

Analisis statistika tidak dilakukan terhadap keuntungan dan B/C ratio. Keuntungan dan B/C ratio yang diberikan sistem tumpangsari lebih tinggi daripada monokultur (Tabel 5.37). Tumpangsari dengan varietas Kelinci memberikan keuntungan dan B/C ratio yang lebih tinggi dari pada dengan varietas Lokal. Keuntungan dan B/C ratio tertinggi (masing-masing Rp. 12.903.479,- dan 7,13) diberikan oleh perlakuan jarak tanam 100 cm x 60 cm dalam tumpangsari dengan kacang tanah varietas Kelinci (Tabel 5.37).

BAB VI PEMBAHASAN

Interaksi antara jarak tanam jagung dengan varietas kacang tanah dalam sistem tumpangsari berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, kecuali terhadap jumlah daun umur 56 hst, maupun hasil jagung dan kacang tanah (Tabel 5.1). Berat biji jagung kering panen ha-1 tertinggi (4,29 t) dihasilkan oleh jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm dalam tumpangsari dengan kacang tanah varietas Kelinci, walaupun tidak berbeda nyata dengan nilai tersebut dalam tumpangsari dengan varietas Lokal (Tabel 5.10). Pada jarak tanam jagung lebih rapat (100 cm x 40 cm) atau lebih renggang (100 cm x 80 cm) berat biji yang dihasilkan lebih rendah masing-masing 6,45 % dan 15,01 % dalam tumpangsari dengan varietas Kelinci dan 5,94 % serta 17,48 % dalam tumpangsari dengan varietas Lokal.

Berat biji kering panen ha-1 yang tinggi pada jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm tersebut disebabkan oleh berat biji kering panen tan-1 yang tinggi (112,08 g dan 119,58 g) masing-masing dalam tumpangsari dengan kacang tanah varietas Kelinci dan Lokal pada perlakuan yang sama (Tabel 5.9). Jumlah biji tkl -1 (berarti juga jumlah biji tan-1) pada perlakuan jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm dalam tumpangsari dengan kacang tanah varietas Kelinci dan Lokal juga tinggi (masing-masing 373,83 biji tkl-1 dan 381,85 biji tkl-1) dan berat 100 biji kering oven (masing-masing 21,20 g dan 22,18 g) juga tinggi pada perlakuan jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm (Tabel 5.7 dan 5.8). Nilai variabel tersebut (jumlah biji tkl-1) dan berat 100 biji kering oven pada perlakuan jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm tidak berbeda nyata dengan nilai-nilai tersebut pada jarak

tanam 100 cm x 80 cm (Tabel 5.7 dan 5.8). Jumlah daun pada perlakuan jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm (Tabel 5.4) mendukung tingginya berat biji kering panen tan-1 dan ha-1, tetapi tidak mengakibatkan indeks luas daun menjadi lebih tinggi (Tabel 5.5) bahkan lebih rendah dari pada nilai tersebut pada jarak tanam 100 cm x 40 cm dan sangat rendah pada jarak tanam lebih renggang (100 cm x 80 cm). Rendahnya nilai indeks luas daun pada jarak tanam jagung lebih renggang tersebut mungkin disebabkan oleh luas areal yang diduduki (jarak tanam) oleh tanaman tersebut lebih renggang (100 cm x 80 cm) jika dibandingkan dengan jarak tanam lebih rapat, atau mungkin juga pada jarak tanam yang lebih renggang daun-daunnya lebih sempit tetapi mungkin lebih tebal. Percobaan ini tidak dilakukan pengukuran terhadap ketebalan daun. Walaupun daun tidak lebih luas tetapi karena lebih tebal kemungkinan asimilat yang terbentuk cukup banyak untuk dialokasikan ke biji, sehingga menyebabkan tingginya berat biji kering panen tan-1 dan ha-1. Asimilat yang cukup banyak mengakibatkan tongkol berbiji lebih banyak dan biji yang lebih besar sehingga jumlah biji tkl-1 dan berat 100 biji kering oven yang lebih tinggi pada jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm (Tabel 5.7 dan 5.8) mengakibatkan pula berat tongkol jagung ha-1 yang lebih tinggi pada perlakuan jarak tanam tersebut dibandingkan jarak tanam yang lainnya (Tabel 5.6). Jumlah daun yang lebih banyak (Tabel 5.4) disertai tanaman yang lebih tinggi pada jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm (Tabel 5.3) mengakibatkan berat brangkasan kering oven ha-1 juga lebih tinggi dibandingkan perlakuan jarak tanam lainnya (Tabel 5.13).

Berat biji kering panen jagung tan-1 dan ha-1 lebih tinggi pada perlakuan tanam jagung 100 cm x 60 cm (Tabel 5.9 dan 5.10), berat biji kering oven tan-1 dan ha-1 tertinggi pada perlakuan jarak tanam lebih rapat (100 cm x 40 cm) (Tabel 5.12). Persaingan tanaman terhadap air mungkin terjadi lebih kuat pada jarak tanam yang rapat (100 cm x 40 cm) dan sebaliknya terjadi pada jarak tanam lebih renggang (100 cm x 60 cm dan 100 cm x 80 cm) sehingga biji jagung pada kedua jarak tanam tersebut mengandung air lebih banyak yang menyebabkan berat biji kering panennya lebih tinggi (Tabel 5.10). Pada waktu dikeringkan dalam oven karena banyaknya air dalam biji yang menguap menyebabkan berat biji kering oven menjadi lebih rendah pada jarak tanam lebih renggang (100 cm x 60 cm dan 100 cm x 80 cm) (Tabel 5.12).

Berat biji kering panen kacang tanah varietas Kelinci ha-1 tertinggi (2,10 t), lebih tinggi 6,06 % dibandingkan pada jarak tanam jagung lebih rapat (100 cm x 40 cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan nilai tersebut pada jarak tanam jagung lebih renggang (100 cm x 80 cm) (Tabel 5.21). Varietas Lokal mempunyai berat biji kering panen yang jauh lebih rendah (berturut-turut 20,00 %, 40,94 % dan 17,98 %) baik pada jarak tanam jagung yang sama maupun yang lebih rapat dan lebih renggang. Tingginya berat biji kering panen kacang tanah varietas Kelinci ha-1 pada jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm tersebut disebabkan oleh berat biji kering panen tan-1 yang juga tinggi (8,39 g) pada perlakuan jarak tanam jagung tersebut yang tidak berbeda nyata dengan nilai variabel tersebut pada jarak tanam lebih renggang dan lebih rapat (Tabel 5.20). Berat biji kering panen varietas Lokal tan-1 dan ha-1 jauh lebih rendah dibandingkan varietas

Kelinci pada semua perlakuan jarak tanam jagung. Hasil penelitian Suparsa (2004) juga mendapatkan varietas Kelinci mempunyai keunggulan dalam jumlah daun tetrafoliate, jumlah polong total tan-1, berat 100 biji kering oven, berat biji kering panen ha-1, berat biji kering oven ha-1 dan berat brangkasan kering oven ha-1

dibandingkan dengan varietas lokal.

Tingginya berat biji kering panen varietas Kelinci tan-1 dan ha-1 pada jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm disebabkan oleh jumlah biji tan-1 yang tinggi (17,08 biji) (Tabel 5.18) dan berat 100 biji kering oven yang juga tinggi (32,72 g) walaupun tidak berbeda nyata dengan nilai tersebut pada jarak tanam jagung 100 cm x 80 cm (Tabel 5.19). Berat 100 biji kering oven varietas Lokal pada jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm juga tidak berbeda nyata dengan berat tersebut pada jarak tanam 100 cm x 80 cm dan dengan berat 100 biji varietas Kelinci pada jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm (Tabel 5.19). Berat biji kering panen varietas Kelinci tan-1 dan ha-1 yang tinggi pada perlakuan jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm juga disebabkan oleh jumlah polong total (6,64 polong tan-1) (Tabel 5.16) dan berat polong berisi (6,94 g tan-1) yang tinggi (Tabel 5.17).

Walaupun jumlah daun kacang tanah tidak berbeda nyata diantara kedua varietas dan ketiga jarak tanam jagung (Tabel 5.1 dan Tabel 5.25), indeks luas daun varietas Kelinci tertinggi adalah pada jarak tanam jagung 100 cm x 80 cm yang tidak berbeda nyata dengan indeks luas daun pada jarak 100 cm x 60 cm dan dengan varietas Lokal pada jarak tanam jagung yang sama (100 cm x 80 cm) (Tabel 5.15).

Indeks luas daun jagung yang tinggi menghasilkan asimilat yang banyak sehingga alokasi ke biji juga banyak dan akhirnya meningkatkan berat 100 biji serta berat biji kering panen tan-1 dan ha-1. Produksi dan alokasi asimilat yang tinggi (yang ditunjukkan oleh indeks luas daun yang tinggi) varietas Kelinci pada perlakuan jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm juga tidak berbeda dengan pada perlakuan jarak tanam jagung 100 cm x 80 cm (Tabel 5.15) mengakibatkan berat biji kering oven kacang tanah varietas Kelinci tan-1 dan ha-1 menjadi lebih tinggi dibandingkan varietas Lokal dan pada jarak tanam jagung yang sama atau lebih rapat dan lebih renggang (Tabel 5.22 dan 5.23).

Varietas Kelinci yang mempunyai postur yang tinggi, ditunjukkan oleh tinggi tanaman umur 56 hst (Tabel 5.14) pada jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm dan 100 cm x 80 cm, daun-daun yang lebih luas (indeks luas daun yang tinggi) (Tabel 5.15), walaupun jumlah daun berpengaruh tidak berbeda nyata (Tabel 5.1 dan 5.25), mengakibatkan berat brangkasan kering oven ha-1 menjadi tinggi (1,37 t dan 1,45 t) pada kedua jarak tanam jagung yang renggang tersebut (Tabel 5.24).

Dalam sistem tumpangsari dengan kacang tanah varietas Kelinci jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm memberikan berat biji kering panen jagung ha-1

cukup tinggi (4,29 t) yang tidak berbeda nyata dengan berat biji pada jarak tanam sama (4,76 t) dan jarak tanam lebih rapat (100 cm x 40 cm) (4,52 t) pada sistem monokultur (Tabel 5.30). Sementara itu berat biji kering panen tan-1 pada sistem tumpangsari lebih rendah dibandingkan pada sistem monokultur (Tabel 5.29) dan

tertinggi (148,44 g) diberikan oleh perlakuan jarak tanam renggang (100 cm x 80 cm) pada monokultur.

Sistem tumpangsari pada kedua jarak tanam (100 cm x 60 cm dan 100 cm x 80 cm) memberikan berat biji kering panen kacang tanah ha-1 tidak berbeda nyata dengan berat biji varietas Kelinci pada monokultur (Tabel 5.35). Nilai variabel tersebut makin rendah pada tumpangsari dengan varietas Lokal (Tabel 5.35). Berat biji kering panen yang tidak berbeda nyata pada tumpangsari tersebut dengan nilai pada sistem monokultur disebabkan oleh jumlah biji polong-1 dan berat 100 biji kering oven (Tabel 5.37) dan persentase polong berisi ha-1 (Tabel 5.34) yang juga berpengaruh tidak berbeda nyata (Tabel 5.34). Nilai variabel-variabel tersebut pada tumpangsari yang tidak berbeda nyata dengan nilai pada monokultur disebabkan oleh indeks luas daun umur 56 hst yang juga tidak berbeda nyata (Tabel 5.33). Indeks luas daun yang tinggi menghasilkan asimilat yang banyak yang kemudian dialokasikan ke biji.

Sistem tumpangsari memberikan berat biji kering oven kacang tanah tan-1

dan ha-1 yang juga lebih rendah dibandingkan sistem monokultur (Tabel 5.36). Pada sistem monokultur berat brangkasan kering oven ha-1 yang lebih tinggi dibandingkan berat brangkasan pada sistem tumpangsari (Tabel 5.36) disebabkan oleh jumlah tanaman kacang tanah lebih banyak pada monokultur.

Berat brangkasan kacang tanah kering oven ha-1 yang lebih tinggi dihasilkan oleh perlakuan jarak tanam jagung paling renggang (100 cm x 80 cm) namun tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 100 cm x 60 cm (Tabel 5.36). Hal ini disebabkan oleh tanaman yang lebih tinggi pada jarak tanam tersebut

(Tabel 5.26) sehingga membuat brangkasan menjadi lebih berat. Berat biji kering oven ha-1 dan berat 100 biji kering oven lebih tinggi pada jarak tanam jagung paling renggang (Tabel 5.29), menunjukkan translokasi asimilat ke biji menjadi lebih banyak. Berat brangkasan juga lebih tinggi pada jarak tanam lebih renggang mengakibatkan meningkatnya indeks panen kacang tanah (Tabel 5.36).

Nisbah kompetitif jagung lebih tinggi pada sistem tumpangsari baik dengan varietas Kelinci maupun Lokal dibandingkan pada monokultur (Tabel 5.28). Makin renggang jarak tanam jagung makin kuat nisbah kompetitif jagung. Nisbah kompetitif jagung tertinggi (9,38 ) adalah pada jarak tanam jagung 100 cm x 80 cm pada tumpangsari dengan varietas Kelinci maupun Lokal. Sebaliknya nisbah kompetitif kacang tanah pada tumpangsari lebih rendah dibandingkan pada sistem monokultur (Tabel 5.33). Makin renggang jarak tanam jagung makin rendah nisbah kompetitif kacang tanah. Menurut Haryadi (1991) menyatakan tanaman memerlukan lingkungan yang optimal bagi pertumbuhannya. Faktor tumbuh yang tersedia pada lingkungan tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman bersangkutan. Tanaman-tanaman yang berada dalam satu komunitas akan berkompetisi memperebutkan faktor tumbuh (lahan, air, unsur hara dan cahaya matahari) yang tersedia.

Jarak tanam yang lebih renggang mengakibatkan lebih banyak gulma yang tumbuh dibandingkan jarak tanam jagung yang lebih rapat, seperti yang ditunjukkan oleh berat gulma kering oven ha-1 (Tabel 5.37). Jarak tanam jagung renggang (100 cm x 80 cm) memberikan berat gulma kering oven tertinggi (0,20 t ha-1) yang tidak berbeda nyata dengan berat gulma pada jarak tanam sama

pada sistem tumpangsari dengan varietas Kelinci (J3VK). Jarak tanam rapat memberikan berat gulma lebih rendah baik pada monokultur maupun tumpangsari dengan kacang tanah. Hasil penelitian Kurnia (2003) juga menyatakan sistem tumpangsari menekan pertumbuhan gulma dibandingkan dengan sistem monokultur, tetapi tidak terdapat perbedaan nyata diantara berat gulma perlakuan waktu tanam jagung.

Sistem tumpangsari lebih efisien dalam penggunaan lahan seperti ditunjukkan oleh nilai kesetaraan tanah (NKT) yang lebih tinggi pada tumpangsari dengan kacang tanah varietas Kelinci (1,92; 1,86 dan 1,89) maupun varietas Lokal (1,68; 1,78 dan 1,80) (Tabel 5.37). Tingginya NKT pada sistem tumpangsari disebabkan oleh dua jenis tanaman yang dihasilkan pada luas lahan yang sama dan bernilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan hanya satu jenis tanaman dalam

Dokumen terkait