• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

G. Uji Waktu Larut

2. Kadar air

Ekstrak yang digunakan pada penelitian ini berupa ekstrak kering. Kadar air ekstrak yang tertulis pada certificate of analysis (CoA) yaitu 3,7 %. Berarti sesuai untuk jumlah kadar air yang diperbolehkan terdapat pada ekstrak kering yang dipersyaratkan oleh voigt (1994) yaitu kurang dari 5 %.

C. Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Sambiloto

Optimasi yang dilakukan pada penelitian kali ini menggunakan 2 faktor yaitu asam tartrat dan natrium bikarbonat. Jumlah asam tartrat dan natrium bikarbonat yang digunakan adalah 1125 untuk level rendah dan 1800 untuk level tinggi. Hal ini berdasarkan pernyataan bahwa sumber asam dan sumber basa karbonat yang digunakan untuk pembuatan granul effervescent yaitu sebesar 25-40 % dari bobot total 1 formula (Wehling dan Fred, 2004). Pembuatan granul effervescent, dibuat 2 macam granul yaitu granul asam dan granul basa. Granul asam terdiri dari asam tartrat, ekstrak sambiloto, sukrosa dan PVP yang digunakan sebagai bahan pengikat. Asam tartrat digunakan sebagai sumber asam dari granul effervescent, sedangkan ekstrak sambiloto dicampurkan dalam granul asam terkait stabilitas dari ekstrak yang stabil pada pH asam. Sukrosa digunakan sebagai bahan pengisi dan juga untuk menambah rasa manis dari sediaan karena zat aktif yang digunakan pada sediaan yang dibuat memiliki rasa pahit. PVP yang digunakan sebagai bahan pengikat dibuat dalam konsentrasi 3 % yang dilarutkan dalam etanol 96 %. Granul basa terdiri dari

natrium bikarbonat, sukrosa, aspartam, dan PVP sebagai bahan pengikat. Natrium bikarbonat berfungsi sebagai sumber basa karbonat. Sukrosa berfungsi sebagai bahan pengisi, sedangkan aspartam ditambahkan pada granul basa berdasarkan hasil orientasi yang bertujuan untuk estetika dari sediaan, sehingga akan didapatkan rasa sediaan yang lebih baik. PVP yang digunakan pada pembuatan granul basa sama dengan PVP yang digunakan pada pembuatan granul asam yaitu 3 % PVP yang dilarutkan dalam etanol 96 % karena kelarutan PVP pada etanol.

Sebelum pembuatan sediaan granul effervescent, masing-masing bahan yang digunakan diayak dan dikeringkan terlebih dahulu. Pengayakan dilakukan dengan ayakan mesh 50 dengan tujuan untuk mendapatkan serbuk dengan ukuran partikel yang kecil dan seragam sehingga distribusi ukuran partikel yang baik, dan tampilan granul yang dihasilkan juga akan lebih baik. Setelah masing-masing bahan tersebut diayak kemudian bahan-bahan tersebut dikeringkan pada oven dengan suhu 400C. Tujuan dengan pengeringan bahan pada oven yaitu supaya saat mulai diformulasi menjadi sediaan granul effervescent, kadar air yang terdapat pada masing-masing bahan minimal yaitu hingga didapat bobot konstan setelah dilakukan 2 kali penimbangan, sehingga sediaan yang dibuat dapat memenuhi kadar air yang dipersyaratkan yaitu sebesar 0,4-0,7 %. Pengeringan bahan pada oven dilakukan selama 24 jam, berdasarkan dari hasil orientasi. Setelah itu dibuat sediaan granul

effervescent dengan pembuatan granul asam dan granul basa secara terpisah. Granul

effervescent dini. Pembuatan granul effervescent dilakukan dengan menggunakan ayakan granul no 14. Setelah itu granul yang telah dibuat dikeringkan pada oven dengan suhu 400 C selama 3 hari. Pengeringan dilakukan hingga 3 hari berdasarkan hasil orientasi. Karena dengan pengeringan selama 3 hari didapatkan granul yang telah benar-benar kering dan siap diayak. Setelah granul kering kemudian granul diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 16/20. Setelah itu granul asam dan granul basa dicampur menggunakan cube mixer dengan kecepatan 152 rpm selama 15 menit. Pencampuran granul yang optimal didapat dengan pencampuran menggunakan

cube mixer dengan dengan kecepatan 20 rpm selama 20 menit, dan pencampuran

tersebut diperoleh dengan kecepatan mesin pencampuran sebesar 152 rpm selama 15 menit Setelah dicampur, kemudian dilakukan pengujian terhadap sifat fisik granul

effervescent.

D. Uji Sifat Fisik Granul Effervescent

Uji sifat fisik granul effervescent dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat fisik dari sediaan yang dibuat. Uji ini perlu dilakukan karena untuk mendapatkan sediaan granul yang berkualitas, sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan fisik granul effervescent. Persyaratan fisik untuk mendapatkan sediaan granul effervescent yang berkualitas meliputi waktu alir, pH, waktu larut, daya serap dan kadar air. Waktu alir yang dipersyaratkan yaitu 100 gram granul mengalir dalam waktu < 10 detik (T<10), untuk pH sediaan yaitu pada rentang pH asam (≤7). Untuk

persyaratan waktu larut yaitu selama 60-120 detik, dan untuk persyaratan kadar air yaitu sebesar 0,4-0,7 %.

Tabel III. Data sifat fisik granul effervescent

Formula Sifat fisik granul

F1 Fa Fb Fab

Waktu alir (detik) 1,93±0,11 1,95±0,06 1,91±0,12 2,15±0,26

Kadar air (%) 1,83±0,75 1,74±0,24 2,84±1,39 1,98±0,26

Waktu larut (detik) 115,50±12,55 130,66±21,58 108,50±7,56 100,83±7,55

pH 5,69±0,07 4,99±0,16 6,36±0,20 5,76±0,14

Dari hasil percobaan uji yang telah kita dapatkan, maka akan didapatkan persamaan faktorial desain untuk masing-masing uji yang dilakukan sehingga akan ditemukan area optimum dari formula yang dibuat. Selain itu dapat diketahui apakah asam tartrat, natrium bikarbonat, atau interaksinya yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent. Dari hasil perhitungan didapat hasil :

Tabel IV. Hasil perhitungan efek dengan desain faktorial Efek

Uji

Asam tartrat Natrium bikarbonat Interaksi

Waktu alir 0,13 0,09 0,11

Waktu larut 3,75

pH 0,72 0,05

1. Uji waktu alir

Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui waktu alir granul. Uji dilakukan dengan menimbang 100 g granul dan mengalir dalam waktu kurang dari 10 detik. Uji waktu alir perlu dilakukan karena mempengaruhi dalam proses packaging. Granul dengan kecepatan alir baik diperlukan untuk memastikan pencampuran yang efisien dan didapat keseragaman bobot saat granul dituang ke dalam pengemas (Guyot cit Fudholi, 1983).

Gambar a Gambar b

Gambar 1. Grafik hubungan antara Asam tartrat dengan waktu alir (a); Grafik hubungan antara natrium bikarbonat dengan waktu alir (b)

Dari hasil perhitungan efek, didapat hasil efek asam tartrat sebesar 0,13. Efek natrium bikarbonat sebesar 0,09 dan efek interaksi asam tartrat dan natrium bikarbonat sebesar 0,11. Berdasarkan hasil perhitungan efek baik asam tartrat, natrium bikarbonat maupun kombinasi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat akan meningkatkan (memperlama) waktu alir granul. Hal ini berarti kurang menguntungkan pada saat proses pengemasan granul karena waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir akan lebih lama, sehingga efisiensi pada saat pengemasan menjadi kurang baik. Asam tartrat akan meningkatkan respon waktu alir granul baik pada level rendah maupun level tinggi natrium bikarbonat. Natrium bikarbonat akan meningkatkan respon waktu alir granul pada level tinggi asam tartrat, sedangkan pada level rendah asam tartrat natrium bikarbonat akan menurunkan respon waktu alir granul.

Tabel V. Perhitungan yate’s treatment terhadap respon waktu alir

Source of Variation

Degrees of Freedom

Sum of square Mean squares F

Replicates 5 0,1386 0,0277 Treatment 3 0,2189 0,0730 a 1 0,0975 0,0975 5,5296 b 1 0,0477 0,0477 2,6555 ab 1 0,0737 0,0737 4,1029 Experimental error 20 0,3593 0,0180 Total 23 0,7168

Keterangan :

a = asam tartrat ;b= natrium bikarbonat ;c= interaksi F (1,20) 4,35

Dari perhitungan yate’s treatment terlihat bahwa F hitung interaksi lebih kecil dari F tabel sehingga dapat dikatakan tidak ada interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat yang berpengaruh terhadap respon waktu alir granul. Nilai F hitung asam tartrat lebih besar dari F tabel sehingga dapat dikatakan bahwa efek asam tartrat level rendah berbeda dengan asam tartrat level tinggi, sehingga Hi1 diterima dan Hnull ditolak karena berada pada critical area dan untuk natrium bikarbonat, nilai F hitung juga lebih kecil dari F tabel, sehingga dapat dikatakan efek natrium bikarbonat level rendah tidak berbeda dengan efek natrium bikarbonat level tinggi.

Asam tartrat dominan dan signifikan secara statistik meningkatkan respon waktu alir granul karena asam tartrat memiliki sifat yang higroskopis sehingga kemampuan granul untuk mengalir juga akan semakin berkurang, dan waktu yang diperlukan granul untuk mengalir pada saat proses packaging akan semakin lama.

2. Uji kadar air

Uji kadar air dalam pembuatan granul effervescent sangat penting, karena kadar air merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam sediaan granul

effervescent terkait dengan stabilitas dari sediaan tersebut. Kadar air yang

diperbolehkan pada sediaan granul effervescent adalah sebesar 0,4-0,7 % (Fausett H., Gayser, Dash, 2000). Berdasarkan hasil pengujian terhadap kadar air granul, baik

formula 1, a, b, dan ab tidak ada yang memenuhi syarat kadar air granul effervescent

yang diperbolehkan. Hal ini dikarenakan pembuatan granul effervescent dilakukan pada ruangan dengan kelembaban relatif cukup tinggi yaitu sebesar 60% dengan suhu ruangan 180C. Kelembaban relatif maksimal yang diperbolehkan untuk membuat sediaan granul effervescent yaitu sebesar 25% dengan suhu kurang dari 250C. Dengan kelembaban relatif percobaan yang tinggi (60%) akan menyebabkan terjadinya keseimbangan kelembaban air yang berada pada granul dengan air yang ada pada ruangan, sehingga tidak tercapai kadar air granul yang diharapkan. Kandungan lembab setimbang dapat diartikan sebagai kadar air kesetimbangan atau equilibrium

moisture content (EMC) dan dapat dikatakan jika suatu granul effervescent yang

mempunyai kadar air tertentu ditempatkan pada lingkungan dengan suhu dan kelembaban relatif tertentu, maka kadar air granul effervescent akan berubah sampai terjadi keseimbangan antara air pada lingkungan dan air pada granul effervescent

tersebut. Oleh karena itu, dengan meningkatnya kelembaban relatif lingkungan (60%) maka kadar air yang terdapat pada granul akan semakin meningkat. Karena keterbatasan tersebut, maka pada penelitian kali ini digunakan dehumidifier dan air

conditioner (AC) yang bertujuan untuk menurunkan kelembaban relatif ruangan.

Selain dengan menggunakan kedua alat tersebut, peneliti juga melakukan pengeringan granul selama 2 hari sebelum dilakukan pengujian sifat fisik sehingga akan meminimalkan kandungan hidrat yang terdapat pada granul effervescent.

a b

Gambar 2. Grafik hubungan antara asam tartrat dengan kadar air (a); Grafik hubungan antara natrium bikarbonat dengan kadar air (b)

Berdasarkan perhitungan desain faktorial, nilai efek asam tartrat sebesar , natrium bikarbonat sebesar 0,63, dan interaksi keduanya memberikan nilai efek sebesar . Nilai efek asam tartrat dan interaksi keduanya memberikan nilai efek yang negatif yang berarti akan menurunkan respon kadar air granul. Efek natrium bikarbonat akan meningkatkan kadar air granul. Efek asam tartrat akan menurunkan respon kadar air granul baik pada level rendah maupun level tinggi natrium bikarbonat. Efek natrium bikarbonat akan meningkatkan nilai respon kadar air granul pada level rendah maupun level tinggi asam tartrat.

Tabel VI. Perhitungan yate’s treatment terhadap respon kadar air

Keterangan :

a = asam tartrat ;b= natrium bikarbonat ;c= interaksi F (1,20) 4,35

Dari hasil perhitungan yate’s treatment, nilai F hitung interaksi lebih kecil dari F tabel berarti tidak ada interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat, berarti interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat tidak mempengaruhi respon kadar air granul. Kemudian bila dilihat dari nilai F hitung asam tartrat lebih kecil dari F tabel sehingga dapat dikatakan efek asam tartrat level rendah tidak berbeda dengan asam tartrat level tinggi (Hi1 ditolak). Nilai F hitung natrium bikarbonat yang lebih besar dari F tabel berarti natrium bikarbonat signifikan secara statistik mempengaruhi respon kadar air granul. Berarti efek natrium bikarbonat level rendah berbeda dengan efek natrium bikarbonat level tinggi (Hi2 diterima). Natrium bikarbonat signifikan secara statistik meningkatkan respon kadar air granul

Source of Variation

Degrees of Freedom

Sum of square Mean squares F

Replicates 5 5,6230 1,1246 Treatment 3 4,6161 1,5387 a 1 1,3633 1,3633 3,6422 b 1 2,3940 2,3940 6,3960 ab 1 0,8588 0,8588 2,2945 Experimental error 20 7,4859 0,3743 Total 23 17,725

effervescent karena pengujian dilakukan pada suhu ruangan, dan natrium bikarbonat terpapar kelembaban relatif lingkungan sehingga natrium bikarbonat akan cepat mengadsorpsi air pada lingkungan. Karena menurut (Sheskey, 2006), pada RH 85 % (RH ruangan) natrium bikarbonat akan dengan cepat mengadsorbsi air dan akan terdekomposisi dengan melepaskan karbon dioksida.

3. Uji waktu larut

Uji ini dilakukan untuk mengetahui waktu larut dari sediaan granul yang kita buat. Waktu larut menggambarkan cepat atau lambatnya granul effervescent larut dalam air. Proses larutnya granul effervescent akan dimulai karena adanya penetrasi dari air ke dalam granul effervescent. Dengan adanya bahan pengikat PVP yang bersifat hidrofilik maka akan mempermudah penetrasi air ke dalam granul sehingga granul tersebut akan larut dalam air. Selain itu dengan adanya penetrasi air tersebut menyebabkan terjadinya reaksi asam basa yang akan melepaskan CO2 dan lama kelamaan mengakibatkan granul tersebut akan hancur. Waktu larut yang dipersyaratkan untuk sediaan granul effervescent yaitu 60-120 detik (Mohrle, R., 1989).

a b

Gambar 3. Grafik hubungan antara Asam tartrat dengan waktu larut (a); Grafik hubungan antara natrium bikarbonat dengan waktu larut (b)

Berdasarkan perhitungan desain faktorial, nilai efek asam tartrat sebesar 3,42, efek natrium bikarbonat sebesar sedangkan nilai efek interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat sebesar . Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa efek interaksi akan menurunkan waktu larut granul (mempercepat waktu larut). Begitu juga dengan efek natrium bikarbonat yang mempercepat waktu larut granul karena memberikan nilai efek yang negatif. Efek natrium bikarbonat akan menurunkan (mempercepat) waktu larut granul pada level rendah dan level tinggi asam tartrat. Efek asam tartrat akan meningkatkan waktu larut granul. Efek asam

tartrat akan meningkatkan waktu larut granul pada level rendah natrium bikarbonat. Pada level tinggi natrium bikarbonat, asam tartrat akan menurunkan waktu larut granul.

Tabel VII. Perhitungan yate’s treatment terhadap respon waktu larut

Keterangan :

a = asam tartrat ;b= natrium bikarbonat ;c= interaksi F (1,20) 4,35

Berdasarkan perhitungan yate’s treatment terlihat adanya interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat. Hal ini terlihat dari nilai F hitung interaksi yang lebih besar dari F tabel, sehingga interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat berpengaruh terhadap respon waktu larut granul. Kemudian nilai F hitung natrium bikarbonat lebih besar dari F tabel sehingga natrium bikarbonat berpengaruh secara signifikan dan dominan terhadap waktu larut granul, sehingga dengan perubahan jumlah natrium bikarbonat akan berpengaruh terhadap respon waktu larut granul. Bila dilihat dari nilai F hitung asam tartrat yang lebih kecil dari F tabel maka efek dari

Source of Variation

Degrees of Freedom

Sum of square Mean squares F

Replicates 5 787,875 157,575 Treatment 3 2901,4583 967,1528 a 1 84,375 84,375 0,5820 b 1 2035,0417 2035,0417 14,0382 ab 1 782,0417 782,0417 5,3947 Experimental error 20 2899,2917 144,9646 Total 23 6588,625

asam tartrat level rendah tidak berbeda dengan efek dari asam tartrat level tinggi (Hi1

ditolak), sedangkan efek dari natrium bikarbonat level rendah berbeda dengan efek natrium bikarbonat level tinggi (Hi2 diterima). Kelarutan asam tartrat di dalam air pada suhu 200 C yaitu sebesar 1 bagian dalam 0,75 bagian air (Paul J.Sheskey, 2006) sedangkan kelarutan natrium bikarbonat dalam air pada suhu 200 C yaitu sebesar 1 bagian dalam 11 bagian air (Sheskey, 2006). Natrium bikarbonat berpengaruh secara signifikan dan dominan mempercepat waktu larut granul dikarenakan sifat natrium bikarbonat yang tidak higroskopis, karena meskipun kelarutan asam tartrat lebih baik dari natrium bikarbonat namun karena higroskopisitas dari asam tartrat justru akan memperlama waktu larut dari sediaan. Keberadaan air di dalam granul effervescent

dapat berperan sebagai pemicu terjadinya reaksi effervescent sebelum pelarutan, sehingga ketika dilarutkan, reaksi antara komponen asam dan basa berjalan lambat dan reaksinya hampir jenuh (Ansar, 2006). Hal ini dapat terlihat pada formula Fa. Pada formula Fa dengan level tinggi asam tartrat dan level rendah natrium bikarbonat, uji waktu larut tidak memenuhi persyaratan waktu larut yang diperbolehkan yaitu 60-120 detik (Mohrle, R., 1989).

4. Uji pH

pH merupakan parameter yang menyatakan tingkat keasaman suatu zat. Uji ini perlu dilakukan terkait dengan stabilitas zat aktif granul effervescent yang dibuat. Zat aktif yang digunakan pada sediaan granul effervescent merupakan

andrografolid yang terdapat pada Andrographis panniculata. Andrografolid memiliki stabilitas yang baik pada pH asam (<7). Pada pembuatan granul, ekstrak

Andrographis panniculata ditambahkan pada granul asam. Selain itu, respon pH

optimum yang digunakan pada percobaan ini pada pH <7.

a b

Gambar 4. Grafik hubungan antara Asam tartrat dengan pH (a); Grafik hubungan antara natrium bikarbonat dengan pH (b)

Berdasarkan perhitungan desain faktorial, nilai efek asam tartrat sebesar , efek natrium bikarbonat 0,72, dan efek interaksi 0,05. Dari hasil perhitungan, efek asam tartrat bernilai negatif yang berarti asam tartrat akan menurunkan pH larutan (pH akan semakin asam). Nilai efek natrium bikarbonat dan efek interaksi

akan meningkatkan respon pH larutan (pH akan semakin basa). Efek asam tartrat akan menurunkan pH larutan baik pada natrium bikarbonat level rendah maupun pada natrium bikarbonat level tinggi, sedangkan efek natrium bikarbonat akan meningkatkan pH larutan baik pada asam tartrat level rendah maupun pada asam tartrat level tinggi.

Tabel VIII. Perhitungan yate’s treatment terhadap respon pH

Keterangan :

a = asam tartrat ;b= natrium bikarbonat ;c= interaksi F (1,20) 4,35

Dari perhitungan yate’s treatment terlihat bahwa nilai F hitung interaksi lebih besar dari F tabel sehingga dikatakan ada interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat yang mempengaruhi respon pH (kedua faktor saling mempengaruhi) hal ini berarti asam tartrat level tinggi dengan natrium bikarbonat level tinggi dan level rendah berbeda dengan asam tartrat level rendah dengan natrium bikarbonat level tinggi dan level rendah (Hi3 diterima).

Source of Variation

Degrees of Freedom

Sum of square Mean squares F

Replicates 5 0,5632 0,1126 Treatment 3 7,3309 2,4436 a 1 3,2782 3,2782 202,9769 b 1 3,9447 3,9447 244,2447 ab 1 0,1080 0,1080 6,6873 Experimental error 20 0,3230 0,0162 Total 23 8,2171

Nilai F hitung dari asam tartrat lebih besar dari F tabel sehingga dapat dikatakan efek asam tartrat level rendah berbeda dengan asam tartrat level tinggi (Hi1 diterima). Kemudian untuk nilai F hitung dari natrium bikarbonat juga lebih besar dari F tabel, berarti efek natrium bikarbonat level rendah berbeda dengan efek natrium bikarbonat level tinggi (Hi2 diterima). Natrium bikarbonat dominan dan signifikan secara statistik meningkatkan respon pH larutan sehingga dengan perubahan jumlah natrium bikarbonat akan mempengaruhi respon pH larutan, dan hal tersebut akan mempengaruhi stabilitas dari bahan aktif yang digunakan pada formula granul effervescent, karena granul effervescent yang dibuat stabil pada pH asam (<7). Oleh karena itu pada saat formulasi sediaan granul effervescent, harus diperhatikan pada penggunaan natrium bikarbonat. Karena penggunaan natrium bikarbonat dapat meningkatkan pH larutan (pH semakin basa).

5. Uji daya serap granul

Uji daya serap dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan granul untuk menyerap lembab pada kelembaban relatif ruangan (RH ± 85%). Dengan uji ini kita mengetahui kemampuan granul mengadsorpsi lembab dari luar bila tidak diperhatikan kondisi penyimpanannya. Uji ini perlu dilakukan karena semakin tinggi daya serap dari granul effervescent, maka granul effervescent tersebut semakin tidak stabil. Semakin tinggi daya serap dari granul effervescent, maka kadar air dari granul effervescent juga akan semakin tinggi sehingga dapat menyebabkan

terjadinya reaksi effervescent dini. Uji ini dilakukan dengan meletakkan granul pada RH ruangan (RH ± 85%). Granul yang digunakan untuk uji daya serap yaitu sebanyak 5 g granul, kemudian ditimbang kenaikan bobotnya setiap 10 menit hingga menit ke-60. Analisis hasil pengujian dilakukan dengan perhitungan % moisture content.

Dengan hasil % moisture content, maka dapat diketahui berapa persen lembab yang diserap granul dalam waktu 60 menit.

Tabel IX. Pengujian daya serap granul effervescent

Formula Daya serap granul (%)

F1 0,13 Fa 0,15 Fb 0,28 Fab 0,32 Berdasarkan pengujian daya serap granul effervescent, diperoleh hasil daya serap granul effervescent yang paling besar yaitu pada formula Fab, dengan daya serap granul sebesar 0,32%. Formula Fab merupakan granul effervescent yang dibuat dengan level tinggi asam tartrat dan level tinggi natrium bikarbonat. Hasil daya serap yang besar dikarenakan sifat asam tartrat yang higroskopis, sehingga dengan level tinggi asam tartrat akan semakin banyak air yang diserap granul pada RH ruangan (± 85%). Menurut (Sheskey, 2006), pada RH 85 % (RH ruangan) natrium bikarbonat akan dengan cepat mengadsorbsi air dan akan terdekomposisi dengan melepaskan karbon dioksida, sehingga pada level tinggi natrium bikarbonat juga akan semakin banyak air yang teradsorpsi dan kenaikan bobot granul juga akan semakin besar dan pada analisis perhitungannya akan semakin besar % moisture content.

E. Optimasi Formula

Larutan obat yang akan dipasarkan tentunya harus memiliki sifat fisik yang baik dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan mutu dan kualitas dari larutan tersebut. Apabila larutan tersebut memenuhi persyaratan sifat fisik, maka larutan tersebut dapat dikatakan sebagai larutan yang berkualitas. Sifat fisik granul effervescent yang baik yaitu sifat alir <10 detik (Guyot cit Fudholi, 1983), waktu larut 60-120 detik (Mohrle, R., 1989), kadar air : 0,4-0,7 % (Fausett H., 2000), dan pH <7.

Dari pengujian masing-masing sifat fisik granul, maka dapat diperoleh suatu persamaan desain faktorial. Dari persamaan desain faktorial tersebut akan diperoleh suatu area contour plot. Pada contour plot tersebut kita dapat memperoleh suatu area optimum dari masing-masing uji sifat fisik granul. Dari semua pengujian sifat fisik granul yang memenuhi persyaratan, maka akan diperoleh suatu area

superimposed contour plot sifat fisik granul effervescent, dan ditentukan area

komposisi optimum formula granul effervescent terbatas pada komposisi asam dan basa yang diteliti.

1. Waktu alir

Persamaan desain faktorial yang diperoleh pada uji waktu alir granul

Dari persamaan 2 dapat dibuat contour plot untuk waktu alir granul sebagai berikut :

Gambar 6. Contour plot waktu alir

Waktu alir diperlukan pada saat pengemasan granul dalam sachet (pengemasnya). Semakin mudah granul mengalir, maka akan semakin mudah pada proses pengemasannya. Waktu alir yang baik yaitu 100 g granul mengalir dalam waktu <10 detik (Guyot cit Fudholi, 1983). Dari hasil pengujian yang dilakukan, pada semua formula, waktu alir yang dihasilkan 100 g granul mengalir dalam waktu <10 detik. Pada area contour plot waktu alir semua daerah diarsir karena memenuhi syarat 100 g granul mengalir <10 detik.

2. Kadar air

Persamaan desain faktorial yang diperoleh untuk uji kadar air yaitu Y = 4,53– 0,00505.X1 + 0,00969.X2 - 0,0000138.X1.X2………..(3)

Dari persamaan 3 dapat dibuat contour plot untuk kadar air granul sebagai berikut:

Gambar 7. Contour plot kadar air

Kadar air yang diperbolehkan untuk larutan granul effervescent yaitu

Dokumen terkait