• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Antioksidan dan Stres Oksidatif pada Perempuan Hamil

BAB 2 MEKANISME INFLAMASI, RADIKAL BEBAS DAN

4.2 Kadar Antioksidan dan Stres Oksidatif pada Perempuan Hamil

 

kelompok kontrol. Hal ini membuktikan terjadi penurunan laju aliran saliva pada penderita dengan DM tipe 1 dan 2. Peningkatan kadar GSH dalam saliva penderita DM tipe 2 menunjukkan adanya peningkatan keadaan stres oksidatif sekaligus peningkatan kerusakan jaringan periodonsium. Peneliti juga membuktikan bahwa penderita penyakit periodontal dengan DM tipe 2 adalah 2,8 kali lebih berisiko merusak jaringan periodonsium dan 4,2 kali lebih berisiko terhadap resorpsi tulang alveolar dibandingkan dengan subjek kontrol yang tidak memiliki penyakit sistemik.

4.2 Kadar Antioksidan danStres Oksidatif padaPerempuan Hamil

Pada saat kehamilan terjadi suatu stres oksidatif yaitu keadaan dimana kebutuhan oksigen, aktivitas mitokondria di plasenta, dan produksi ROS semakin meningkat. Hal ini berhubungan dengan terjadinya peningkatan peroksidasi lipid dan isoprostane namun terjadi penurunan aktivitas antioksidan. Peningkatan kadar ROS sejalan dengan perkembangan plasenta sehingga hal ini dapat menyebabkan komplikasi terhadap perkembangan janin seperti kelahiran bayi prematur, preeklamsia, keguguran, dan perkembangan embrio yang tidak sempurna. Kerentanan terhadap infeksi periodontal akan meningkat selama periode kehamilan dini (trimester pertama). Hal ini terjadi karena terdapat perubahan sistem imun dan perubahan hormonal pada tubuh perempuan hamil tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya kondisi-kondisi patologi termasuk pada jaringan periodonsium seperti pregnancy gingivitis, granuloma, dan periodontitis. Patogen periodontal, seperti Prevotella intermedia dan Porphyromonas gingivalis meningkat dalam GCF pada perempuan hamil sehingga dapat memperparah pregnancy gingivitis.

   

Selama kehamilan sering ditemukan tanda-tanda penyakit periodontal seperti bakteri pada subgingiva dan GCF, peningkatan perdarahan gingiva dan kedalaman probing periodontal. Infeksi dapat menjadi faktor risiko dalam kelahiran prematur.4 Offenbacher, dkk adalah yang pertama mengemukakan bahwa penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko dalam terjadinya kelahiran prematur berberat badan lahir rendah.Patogen periodontal pada perempuan hamil telah ditemukan tidak hanya di plak supra dan subgingiva, cairan sulkus gingiva, dan jaringan periodonsium tetapi juga tersebar secara sistemik dalam serum ibu dan plasma, vagina, plasenta dan cairan ketuban. Bila lipopolisakarida (contohnya endotoksin) dari patogen periodontal dapat masuk ke plasenta maka akan menstimulasi pembentukan IL-1β dan memproduksi PGE2 dalam sel chorioamniotic dan trofoblas sehingga menyebabkan terjadinya persalinan prematur.30 Risiko untuk kelahiran prematur berhubungan secara langsung dengan keparahan periodontitis.

Penyakit periodontal juga menambah risiko untuk terjadinya preeklamsia pada perempuan hamil.4 Stres oksidatif yang terjadi pada perempuan hamil dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia karena stres oksidatif adalah salah satu proses patologis yang terjadi akibat dari kelebihan produksi peroksidasi lipid dan gangguan pertahanan antioksidan dalam darah dan plasenta.31 Preeklamsia juga terjadi jika respon inflamasi sistemik sewaktu kehamilan berlebihan. Hal ini menunjukkan bahwa preeklamsia mempunyai hubungan dengan keparahan destruksi jaringan periodonsium sehingga risiko preeklamsia cenderung dialami oleh perempuan hamil yang mempunyai penyakit periodontal. Penyakit periodontal akan membebani kondisi sistemik perempuan hamil akibat endotoksin, inflamasi sitokin, dan stres oksidatif selama kehamilan. Ketiga kondisi tersebut menjadi penyebab terjadinya 35

   

preeklamsia. Perempuan hamil yang menderita preeklamsia memiliki kadar sitokin yang tinggi pada cairan sulkus gingivanya. Radikal bebas dilepaskan dari plasenta akan memulai peroksidasi lipid dengan menyerang asam lemak tak jenuh di membran sel. Sel-sel endotel yang melapisi pembuluh darah sangat rentan terhadap radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Keadaan stres oksidatif berkontribusi dalam patogenesis preeklamsia dan penyakit periodontal.32

Akalin FA, dkk4 telah melakukan penelitian mengenai hubungan antara kadar pertahanan antioksidan lokal dan sistemik dan status periodontal pada perempuan hamil dengan periodontitis kronis. Penelitian melibatkan 140 orang perempuan yang terdiri dari 33 perempuan hamil dengan periodontitis kronis, 18 perempuan hamil dengan gingivitis, 21 perempuan hamil tanpa penyakit periodontal, 27 perempuan yang tidak hamil dengan periodontitis kronis dan 25 perempuan tidak hamil tanpa penyakit periodontal sebagai kontrol. Serum, GCF antioksidan total (TAOC), konsentrasi superoxide dismutase (SOD), dan parameter klinis periodontal diukur pada awal dan akhir kehamilan lalu dibandingkan dengan nilai-nilai pada perempuan yang tidak hamil. Hasil penelitian membuktikan bahwa kadar antioksidan total lokal dan perifer berkurang pada perempuan hamil dengan periodontitis. Kadar antioksidan yang rendah pada perempuan hamil dengan periodontitis menunjukkan bahwa pertahanan antioksidan akan lebih terganggu jika kehamilan dan periodontitis terjadi secara bersamaan. Korelasi yang kuat antara kadar antioksidan dan status periodontal khususnya pada perempuan hamil menunjukkan bahwa kehamilan dapat menjadi faktor risiko untuk periodontitis. Kehamilan dan periodontitis menyebabkan kadar 36

   

periodontitis. Kehamilan dan periodontitis merupakan kondisi yang dapat menyebabkan kadar antioksidan berkurang.

Horton AL,dkk31 melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara perempuan hamil dengan penyakit periodontal, stres oksidatif pada perempuan hamil dan perkembangan preeklamsia. Penelitian dilakukan dengan cara analisis prospektif sekunder dari data kondisi oral dan studi kehamilan yang dikumpulkan. Parameter untuk mengukur stres oksidatif di dalam tubuh dalam penelitian tersebut adalah 8-isoprostane prostaglandin ( 8-iso PGF). Delapan-Isoprostane

prostaglandin merupakan senyawa prostaglandin yang diproduksi melalui cyclooxygenase

pada membran sel.

Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7 : Stres oksidatif dan status penyakit periodontal dalam populasi stadi. (Horton AL,dkk. Periodontal disease, oxidative stress, and risk for preeclamsia. J Periodontal 2010;81:202)

Stres oksidatif/status periodontal Non preeklamsia (n=757) Preeklamsia (n=34)

8-Isoprostane (pg/ml;median[IQR] 8-Isoprostane (pg/ml;rata-rata ±SD) 8-Isoprostane ≥75th persentil (n[%] Penyakit periodontal (sedang) 8-Isoprostane ≥75th persentil dan penyakit periodontal (n[%]) 1,637 (16 ke 81,430) 191,891 ± 393,742 185 (24) 108 (14) 46/50 (92) 15,834(448 ke 1,000,500) 356,261 ± 569,666 13 (38) 6 (18) 4/50 (8)

Pada tabel 7 dapat dilihat kadar 8-Isoprostane pada perempuan hamil preeklamsia lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan hamil non preeklamsia. Delapan-Isoprostane

   

adalah parameter yang spesifik terhadap kerusakan oksidatif akibat lipid peroksidasi. Hal ini menjelaskan bahwa stres oksidatif terjadi akibat peningkatan aktivitas metabolisme mitokondria pada plasenta dan berkurangnya kekuatan pertahanan antioksidan sehingga dapat dibuktikan bahwa perempuan hamil dengan penyakit periodontal dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya preeklamsia.

Dalam uraian ini disimpulkan bahwa penyakit diabetes melitus dan komplikasi kehamilan merupakan kondisi yang disebabkan stres oksidatif. Terdapat juga hubungan antara kedua kondisi tersebut dengan penyakit periodontal. Maka penting bagi penderita penyakit diabetes dan perempuan hamil untuk mendapatkan perawatan secara berkala dari dokter umum maupun dokter gigi karena diabetes yang tidak terkontrol atau kurang baik kontrolnya akan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, termasuk periodontitis kronis sehingga menjurus ke arah komplikasi yang lebih berat. Sejalan dengan hal itu, pada perempuan hamil risiko penyakit periodontal akan berkurang bila kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut pada saat kehamilan selalu terjaga dengan baik.

   

BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa patogenesis penyakit periodontal bersifat kompleks dimana salah satunya adalah keterlibatan ROS. Reactive oxygen species berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, namun kelebihan produksi ROS yang terbentuk mampu menjadi patogenesis terjadinya penyakit periodontal. Semua organisme hidup memproduksi sistem antioksidan enzimatik dan non enzimatik untuk melindungi reaksi oksidatif tersebut. Namun dalam kondisi tertentu, peningkatan ROS dan penurunan kadar antioksidan tidak dapat dicegah sehingga terjadinya keadaan stres oksidatif. Keadaan ini turut memberi pengaruh terhadap kepada penyakit sistemik lain khususnya penyakit DM dan komplikasi pada perempuan hamil sehingga dengan demikian terdapat hubungan timbal balik antara penyakit periodontal dan kedua kondisi tersebut.

Penyakit periodontal berkaitan dengan penurunan kadar antioksidan dan peningkatan kerusakan jaringan periodonsium. Penelitian oleh Sculey, dkk mendapati penyakit periodontal mempunyai hubungan dengan berkurangnya kadar antioksidan dalam saliva dan adanya peningkatan kerusakan oksidatif. Tsai dalam penelitiannya mendapati aktivitas peroksidasi lipid tinggi dalam GCF yang menunjukkan kerusakan jaringan periodonsium disebabkan peningkatan kadar ROS. Kim SC, dkk melaporkan adanya perbedaaan kadar total antioksidan pada penderita periodontitis dengan subjek yang sehat jaringan periodonsium. Broke, dkk dalam penelitiannya menemukan kadar total antioksidan

   

dalam serum pada subjek kontrol (tanpa menderita penyakit periodontal) adalah lebih tinggi dibanding dengan penderita periodontitis. Penelitian oleh Pavlica, dkk yang mengevaluasi kadar total antioksidan dalam serum telah menarik kesimpulan bahwa kadar antioksidan pada penderita periodontitis lebih rendah dibanding dengan kelompok yang sehat jaringan periodonsium.

Sebagai akibat dari adanya hubungan antara penyakit diabetes melitus dan komplikasi kehamilan dengan penyakit periodontal, peranan serta keterlibatan dokter gigi dalam menangani pasien tersebut perlu ditingkatkan. Selain itu, dokter gigi juga diharapkan untuk meningkatkan profesionalitas dengan lebih aktif memposisikan diri sebagai mitra dokter umum atau dokter spesialis dalam penanganan pasien perempuan yang sedang hamil dan yang menderita penyakit diabetes melitus. Disamping itu, penting untuk diberikan pendidikan dan terapi khusus pada penderita diabetes dan perempuan yang sedang hamil sewaktu kehamilan, baik sebelum dan selama kehamilan untuk dapat mengurangi komplikasi yang terjadi akibat stres oksidatif dalam tubuh kedua penderita tersebut.

   

DAFTAR RUJUKAN

1. Ekaputri N, Sjahruddin FLD. Hubungan perilaku wanita hamil dalam membersihkan gigi dan mulut dengan kedalaman poket periodontal selama

masa kehamilan. Majalah Indonesia Kedokteran Gigi 2005;20(62):91.

2. Fellman M, Pharmacology and periodontal disease: Implications and future

options. J California Dent Hygienists’ Association 2010;25(2):9.

3. Anonymous. Powerful new weapons in the fight against periodontal disease. <http://www.slideworld.org/viewslides.aspx/Powerful-New-Weapons-in-the-Fight-Against-Periodontal-Disease-ppt-47697> (5 Des 2010)

4. Akalin F, dkk. Total antioxidant capacity and superoxide dismutase activity levels in serum and gingival crevicular fluid in pregnant women with chronic

periodontitis. J Periodontal. 2009;80(3):457-67.

5. Bullon P, dkk. Metabolic syndrome and periodontitis : Is oxidative stress a

common link? J Dent Res 2009;88(6):503-18.

6. Pendyala G, Thomas B, Kumari S. The challenge of antioxidants to free

radicals in periodontitis. J Indian Soc Periodontol. 2008 Sep;12(3): 79-83.

7. Harty F.J, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Trans Sumawinata N. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC, 1993:167-230.

8. Omeh Y.S, Uzoegwu P.N. Oxidative stress marker in periodontal disease

   

9. Anonymous. Evaluation of antioxidant effect of tea in patients with

periodontitis-A spectrophotometric analysis of saliva. Dissertation. Madras :

M.G.R Medical University, 2005:4.

10.Russo J. Nutritional supplementation and periodontal disease : A review of the

literature. (24 Juni 2009) <http://www.dentistryiq.com/index/display/article

display/365146/articles/dental-economics/industry-news/nutritionalsupplementa tion-and-periodontal-disease-a-review-of-the-literature.html> (27 Sep 2010). 11.Kim SC, dkk. Antioxidant profile of whole saliva after scaling and root

planning in periodontal disease. J Periodontal Implant 2010;40(4):164-71.

12.Chapple ILC. Role of free radicals and antioxidants in the pathogenesis of

inflammatory periodontal disease. Clinical Molecular Pathology

1996;49:247-55.

13.Bagchi K, Puri S. Free radicals and antioxidants in helath and disease. Eastern Mediterranean Health Journal 1998;4(2):350-360.

14.Carnelio S, dkk. Definite,probable or dubious : Antioxidants trilogy in clinical

dentistry. British Dental Journal 2008;204(1):29-31.

15.Ronzio R. The Encylopedia of Nutrition and Good Health. 2nd ed.New York : Kennedy Associates,2003:37-39.

16.Battino M, Bullon P, Wilson M, Hewman H. Oxidative injury and inflammatory periodontal disease : The challenge of antioxidants to free radicals and reactive

   

18.Sculley DV, Langley-Evans SC. Periodontal disease is associated with lower antioxidant capacity in whole saliva and evidence of increased protein

oxidation. Clicical Science 2003;105: 167–72.

19.Wikipedia. Stress oksidatif. (23 Juni 2010 ) <http://id.wikipedia.org/wiki/ Stres_oksidatif> (11 Desember 2010).

20.Sculley DV, Langley-Evans SC. Salivary antioxidants and periodontal disease

status. In : Proceedings of Nutrition Society, 2002;61:137-43.

21.Roeslan BO. Respon imun dalam rongga mulut. M.I Kedokteran Gigi 2002;49(17):112-270.

22.Koss MA, dkk. Enzymatic profile of gingival crevicular fluid in association with

periodontal status. Lab Medicine 2009;40(5):277-80.

23.Chapple ILC, Brock G, Eftimiadi C. Glutathione in gingival crevicular fluid

and its relation to local antioxidant capacity in periodontal health and disease.

J Clin Pathol 2002;55: 367-73.

24.Chapple ILC, dkk. The prevalence of inflammatory periodontitis negatively

associated with serum antioxidant concentrations. J Nutr. 2007;137:654-64.

25.Panjamurthy K, dkk. Lipid peroxidation and antioxidant status in patients with

periodontitis. Cell Mol Biol Lett. 2005;10:255-64.

26.Allen EM, Matthews JB, O’Connor R, O’Halloran D, Chapple ILC. Periodontitis and type 2 diabetes : Is oxidative stress the mechanistic link? Scottish Medical Journal 2009;54(2):41-7.

   

27.Setiawan B, Suhartono E. Stres oksidatif dan peran antioksidan pada penderita

diabetes mellitus. Majalah Kedokteran Indonesia 2005;55(2).

28.Gumus P, dkk. Salivary antioxidants in patients with type 1 or 2 diabetes and

inflammatory periodontal disease : A case-control study. J Periodontol.

2009;80(9):1440-6.

29.Adam JMF. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes mellitus yang baru. Cermin Dunia Kedokteran 2000;127:37-9.

30.Taylor GW, dkk. Association between periodontal disease and adverse

pregnancy outcomes. Delta Dental 2010: 1-32.

31.Horton AL, dkk. Periodontal disease, oxidative stress, and risk for

preeclampsia. J Periodontol 2010;81:199-204.

32.Canakci V, dkk. Total antioxidant capacity enzymes in serum, saliva, and gingival crevicular fluid of preeclamptic women with and without periodontal

disease. J Periodontol 2007;78:1602-11.

Dokumen terkait