• Tidak ada hasil yang ditemukan

KADAR GLUKOSA DARAH SAPI YANG DIBERI PAKAN TANPA DAN DITAMBAH TEPUNG DAUN WARU

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI DAN (Halaman 90-92)

Cis-9,trans-11 C18:2(CLA)

KADAR GLUKOSA DARAH SAPI YANG DIBERI PAKAN TANPA DAN DITAMBAH TEPUNG DAUN WARU

Prayitno, Imbang Haryoko dan M.Bata

Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman Email: wyitno@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pada sapi glukosa darah dihasilkan dari proses metabolism (glukoneogenesis) Volatyl Fatty Acid (VFA) produk dari fermentasi pakan oleh mkroba rumen. Kadar glukosa darah dapat dijadikan sebagai salah indikator alternatif laju sintesis VFA (propionat) dalam rumen. Penelitian bertujuan mengetahui status glukosa darah antar kelompok sapi percobaan diberi pakan kontrol (jerami padi amoniasi dan konsentrat tidak ditambah tepung daun waru) dan perlakuan (jerami padi amoniasi dan konsntrat ditambah tepung daun waru ). Percobaan digunakan 18 ekor sapi potong jantan Peranakan Ongole (PO) umur kurang lebih 1 tahun yang diberi pakan kontrol dan pakan perlakuan mengandung tepung daun waru 0.24 dan 0.48 g/kg bahan kering pakan. Penelitian digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan peubah diamati adalah kadar glukosa darah. Rataan kadar glukosa darah paling tinggi (283 mg/dL) adalah kelompok sapi percobaan yang diberi pakan ditambah tepung daun waru 0.48 g dan terendah (149,38 mg/dL) pada sapi hanya diberi pakan kontrol. Kadar glukosa darah antar kelompok sapi yang tidak mendapat asupan tepung daun waru (kontrol) berbeda nyata (P< 0,05) dengan sapi yang diberi pakan perlakuan mangandung tepung daun waru 0.24 dan 0.48 g. Kata Kunci : Tepung Daun Waru, Pakan, Glukosa Darah, Sapi

PENDAHULUAN

Diperkirakan 18% dari seluruh emisi gas rumah kaca di dunia dihasilkan oleh hewan dan 75%-nya berasal dari ternak ruminansia (Stanfield et al., 2006). Pemberian pakan sapi potong berbasis hijauan dan konsentrat meskipun mampu meningkatkan pertambahan bobot badan tinggi namun berpotensi meningkatkan emisi gas metan dalam rumen yang berdampak terhadap pemanasan global. Adanya pembentukan metan dalam rumen disamping menimbulkan pencermaran lingkungan (pemanasan global) juga terjadi kehilangan energi pakan yang berdampak menurunkan efisiensi penggunaan pakan. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan memanipulasi kondisi rumen menggunakan additf pakan asal tanaman diantaranya daun waru yang mengndung saponin untuk menekan produksi metan dan mengoptimalkan ferementasi produksi VFA dalam rumen. Suplementasi ekstrak etanol daun dan bunga waru (Hibiscus tiliaceus) dalam pakan sapi potong ini merupakan strategi baru untuk menekan emisi metan dan mengoptimalkan fermentasi rumen (Bata dan Rustomo, 2009; Bata et al., 2010). Melalui cara ini dapat meningkatkan produk VFA dalam rumen yang selanjutnya digunakan sebagai prekursor untuk pembentukan glukosa darah. Pendekatan ini diharapkan akan mengatasi emisi gas metan dan efisiensi penggunaan pakan pada peternakan sapi potong.

Proses fermentasi di dalam rumen selalu menghasilkan gas hidrogen, utamanya fermentasi karbohidrat. Bakteri metanogenik menggunakan hidrogen untuk mereduksi karbondioksida menjadi gas metan (Wilkerson and Casper. 1995). Kebreab et al. (2006a) melaporkan bahwa gas metan rumen terbentuk akibat reaksi reduksi CO2 oleh H2 (CO2 + 4H2).

Upaya untuk menekan produksi metan dalam rumen dapat dilakukan pendekatan melalui penambahan lemak, asam organik dan agen defaunasi ke dalam pakan ternak (Beauchemin and McGinn. 2006). Asam-asam organik, misalnya fumarat dan malat dapat menekan produksi gas metan secara in vitro (Newbold et al. 2005) dan in vivo (Wallace et al. 2006). Sedangkan agens defaunasi,misalnya saponin mampu menekan populasi protozoa siliata rumen dan menekan produksi gas metan rumen (Benchaar et al., 2007). Berbagai jenis asam organik dan saponin banyak ditemukan di dalam ekstrak daun atau bunga tumbuhan dan menjadi bagian dari komponen bioaktifnya (komponen fitogenik). Aditif pakan fitogenik atau fitobiotik adalah produk yang dihasilkan dari tanaman dan digunakan dalam pakan ternak untuk meningkatkan performannya. Menurut (Windisch et al., 2008) aditif pakan

ve

rsi

E

LE

KT

RO

NIK

Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Agribisnis Peternakan (Seri III): Pengembangan Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, September 2015. ISBN 978-602-1004-09-8

fitogenik mengandung berbagai komponen bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri, meningkatkan palatabilitas pakan dan fungsi saluran pencernaan serta growth promotor.

Substansi bioaktif seperti saponin, asam fumarat, tannin dan substansi polifenol lain yang terdapat pada daun dan bunga Hibiscus tilaceus dapat menekan produksi metan rumen, meningkatkan efisiensi pakan sehingga memperbaiki performa sapi lokal. Dari penelitian sebelumnya diperoleh informasi bahwa daun waru mengandung 3% saponin, 48,2 ppm asam fumarat dan 78,6 ppm tannin. Selain itu, ekstrak air daun waru diketahui mengandung substansi antiprotozoa yaitu quinoline sebesar 24,6% (Bata dkk. 2011). Komponen bioaktif seperti asam fumarat dan saponin terdapat dalam tanaman Hibiscus sp. Hibiscus rosanensis (bunga sepatu) dilaporkan mengandung saponin dan terbukti mampu berperan sebagai agens defaunasi pada ternak sapi dan domba (Sutardi, 1995, Jalaludin, 1994 dan Putra, 2006). Namun sampai saat ini belum diperoleh informasi potensi ekstrak daun dan bunga waru (Hibiscus tiliaceus) sebagai agens defaunasi atau aditif pakan ternak. Bata et al., (2011) telah mengkaji efek berbagai pelarut terhadap komponen fitogenik yang terdapat dalam daun dan bunga Waru (Hibiscus tiliaceus). Hasilnya, pelarut etanol menghasilkan substansi bioaktif terbaik dibandingkan pelarut air, etil eter, etil asetat ditinjau dari kadar asam fumarat, saponin dan polifenol (total fenol dan flavonoid). Puspitasari (2012) melaporkan bahwa terdapat interaksi (P<0,01) antara rasio hijauan:konsentrat dan penambahan taraf ekstrak bunga waru terhadap total protozoa dan produk fermentasi rumen secara in vitro. Berdasarkan hasil penelitian penurunan populasi protozoa, gas metan dan gas total tertinggi dicapai pada imbangan 55:45% yaitu masing-masing sebesar 58,21%, 36,64% dan 22,34%. Sedangkan proporsi propionat tertinggi dicapai pada imbangan 55:45% yaitu sebesar 32,18%. Konsentrasi N-NH3 rumen mengalami peningkatan karena terjadi penurunan sintesis protein mikroba rumen.

METODE PENELITIAN

Penelitian dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Sebagai perlakuan adalah 3 taraf penambahan tepung bunga waru dalam pakan 0, 0.24 dan 0.48 g/kg bahan kering pakan. Perlakuan diulang sebanyak 6 kali dan jumlah sapi yang digunakan untuk percobaan sebanyak 18 ekor. Penelitian dilaksanakan 4 bulan yaitu dua minggu pertama untuk adaptasi, dua minggu kedua untuk preliminari dan 12 selanjutnya minggu untuk feeding trial. Pengaruh perlakuan terhadap laju fermentasi dalam rumen diestimasi berdasarkn hasil biokonversi VFA menjadi glukosa darah. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak serta di Kandang Sapi, milik kelompok Peternak sapi potong “ CABLAKA.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menggambarkan/menunjukkan bahwa sapi yang dalam pakanya tanpa dan ditambah tepung daun waru memiliki kadar glukosa darah beragam seperti disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Kadar Glukosa Darah Sapi Diberi Pakan Jerami Padi Amoniasi Tanpa dan Ditambah Tepung Daun Waru

Penambahan Tepung Daun Waru (mg/kg BK Pakan) Kadar Glukosa Darah (mg/dL)

0 (kontrol) 149.380a

0,24 194.398b

0,48 283.925c

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata (P>0,05); Angka yang diikuti huruf berbeda adalah berbeda nyata (P<0,01)

Kadar glukosa darah sapi yang diberi pakan jerami padi amoniasi ditambah tepung daun waru 0,24 dan 0,48 g/BK pakan lebih tinggi dibandingkan kontrol. Kadar glukosa darah paling tinggi adalah pada sapi yang diberi tepung daun waru 0,48 g/BK pakan dan paling rendah pada yang tidak diberi tepung daun waru. Sapi percobaan yang dalam pakannya ditambah tepung daun waru 0,24 g/BK pakan kadar glukosanya lebih rendah dari yang ditambah 0,48 g/BK pakan, namun lebih tinggi dibandingkan Kontrol. Kadar glukosa darah sapi yang diberi tepung daun waru 0,24 dan 0,48 g/BK berbeda nyata dengan sapi kontrol (P<0,01) seperti disajikan dalam Tabel 2. Perbedaan kadar glukosa

ve

rsi

E

LE

KT

RO

NIK

Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Agribisnis Peternakan (Seri III): Pengembangan Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, September 2015. ISBN 978-602-1004-09-8

darah sapi kontrol dan perlakuan mengindikasikan bahwa penambahan tepung daun dalam pakan dapat memanipulasi kondisi rumen sehingga meningkatkan produksi VFA (propionate) dalam rumen yang selanjutnya setelah diserap dimetabolisme menjadi glukosa yang beredar dalam darah.

Hasil uji orthogonal kontras antara kadar glukosa darah sapi dan level penambahan tepung daun waru menunjukkan hubungan linier positip membentuk persamaan garis Y = 280,3X + 142,8 dengan koefisien regresi (R) 0,927.

Gambar 1. Hubungan Kadar Glukosa Darah dan Level Penambahan Tepung Daun Waru Dalam Pakan

Hungate (1966) melaporkan adanya relasi antara emisi metan dan rasio VFA dan hal ini membuka peluang menurunkan emisi metan melalui manipulasi proses reaksi di dalam rumen. Dengan demikian penurunan gas metan dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan baik langsung maupun tidak langsung. Pendekatan tak langsung misalnya menekan aktivitas mikroba metanogenik dengan menurunkan jumlah protozoa yang menjadi induk semangnya, meningkatkan penggunaan hydrogen melalui pembentukan propionate dan biohidrogenasi asam lemak tidak jenuh.

Saponin dan asam organik (fumarat dan vanilat) berpotensi menurunkan produksi gas metan rumen dan meningkatkan sintesis propionat. Saponin sebagai agens defaunasi akan menurunkan populasi protozoa yang bersimbiosis dengan bakteri metanogenik, sedangkan asam fumarat sebagai prekursor sintesis propionat akan menekan produksi gas metan dengan cara menggunakan gas hidrogen untuk sintesis propionate ((Kumar et al., 2008 dalam Bata et al., 2011). Metan adalah energi yang terbuang, sehingga menekan produksi metan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan. Asam propionat merupakan senyawa glukogenik yang berperan penting dalam metabolism dan deposisi lemak pada sapi potong. Oktora (2012) melaporkan bahwa penambahan ekstrak etanol daun waru pada taraf 0, 200 dan 400 ppm secara nyata (P<0,01) menurunkan total protozoa dan gas, konsentrasi gas metan, N-NH3 serta rasio asetat:propionat (uji secara in vitro). Disisi lain penambahan ekstrak meningkatkan (P<0,05) sintesis protein mikroba, asam asetat, asam propionat, akan tetapi tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap asam butirat dan total VFA. Kajian awal tersebut memberikan informasi yang menggembirakan karena dapat disimpulkan bahwa penambahan ekstrak etanol daun waru mampu mengefisienkan metabolisme pakan di dalam rumen.

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI DAN (Halaman 90-92)

Dokumen terkait