• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Letak Geografis dan Luas

KPH Balapulang secara geografis terletak di antara 6o48o – 7o12o LS dan 108o13o – 109o8o BT dengan luas kawasan 29.790,13 Ha. Wilayah KPH Balapulang terbagi atas dua wilayah administrasi pemerintahan yaitu Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal dengan luas kawasan masing-masing adalah 22.920,68 Ha (75%) dan 6.869,45 Ha (25%). Kabupaten Brebes terdiri atas Kecamatan Banjarharjo, Losari, Ketanggungan, Larangan, Songgom, Tonjong Bumiayu, dan Bantarkawung sedangkan Kabupaten Tegal terdiri atas Kecamatan Pagerbarang, Balapulang, Margasari, dan Bumijawa (KPH Balapulang 2011a).

Batas wilayah areal kerja KPH Balapulang yaitu Laut Jawa (sebelah utara). KPH Pemalang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Kabupaten Pemalang (sebelah timur), KPH Pekalongan Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Kabupaten Tegal (sebelah selatan), dan KPH Kuningan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat Kabupaten Kuningan (sebelah barat). Wilayah kerja pengelolaan hutan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah KPH Balapulang, terbagi dalam 6 (enam) Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH), yaitu:

-BKPH Margasari dengan luas 4.770,80 Ha -BKPH Linggapada dengan luas 4.682,05 Ha -BKPH Larangan dengan luas 6.208,40 Ha -BKPH Pengarasan dengan luas 3.921,41 Ha -BKPH Banjarharjo Timur dengan luas 4.989,00 Ha -BKPH Banjarharjo Barat dengan luas 4.899,97 Ha

4.2 Iklim dan Curah Hujan

Wilayah KPH Balapulang terletak di daerah dengan perbedaan antara musim hujan dan kemarau yang jelas. Tabel 4 menyajikan data curah hujan rata-rata dari hujan tiap bulan mulai tahun 2009 – 2010 di wilayah KPH Balapulang.

Tabel 4 Data rata-rata curah hujan dua Tahun (2009-2010)

No Bulan

Curah Hujan (mm/th)

2009 2010 Jumlah Rata - Rata

1 Januari 605 529 1,134 567 2 Februari 825 399 1,224 612 3 Maret 266 722 988 494 4 April 509 551 1,06 530 5 Mei 332 736 1,068 534 6 Juni 359 314 673 337 7 Juli 27 293 320 160 8 Agustus - 268 268 134 9 September 64 467 531 266 10 Oktober 162 - 162 81 11 Nopember 226 - 226 113 12 Desember 318 - 318 159 Jumlah 3,693 4,279 7,972 3,986 Rata - Rata 308 357 664 332

Sumber : Kantor PU Pengairan Kec Larangan Balapulang 2011

Berdasarkan data bulan basah dan bulan kering dari beberapa stasiun pengamatan cuaca di sekitar KPH Balapulang maka dapat diketahui tipe iklim di kawasan KPH Balapulang adalah termasuk type iklim C dengan nilai Q sebesar 44% (KPH Balapulang 2011b).

4.3 Geologi dan Bahan Induk Tanah

Kondisi geologi di kawasan hutan KPH Balapulang dengan bahan induk tersebar pada dataran dan tanah berbukit. Kondisi pada dataran mempunyai bahan induk endapan liat seperti yang terdapat pada daerah BKPH Larangan. Jenis-jenis bahan induk lainnya yang tersebar pada daerah bergelombang dan berbukit, bahwa okupasi terbanyak merupakan tuf volkan intermedier (latosol) yang menyebar dari Bagian Hutan Linggapada Bagian Hutan Larangan hingga Bagian Hutan Banjarharjo sedangkan jenis bahan induk lainnya saling bersinggungan mengumpul dan tersebar seperti batuan endapan dan volkan, tuf volkan dan napal serta tuf volkan intermedier (KPH Balapulang 2011a).

Di wilayah hutan KPH Balapulang terdapat empat macam jenis tanah, yaitu Latosol, Grumosol, Mediteran, Aluvial. Keadaan tanah kawasan hutan di KPH Balapulang umumnya bertekstur sedang hingga liat dan strukturnya remah hingga

bergumpal dan sebagian besar berjenis latosol dengan ciri: pH 4,5–6,5 kandungan bahan organik banyak ditemukan pada top soil sebanyak 3–10 %, kejenuhan basa 20–65 %, daya absorbsi sedang 15–25 cm/detik, permeabilitas tinggi dan kepekaan terhadap erosi rendah (KPH Balapulang 2011a).

4.4 Topografi

Kawasan KPH Balapulang bertopografi datar sampai berbukit-bukit dan sebagian kecil bertopografi curam. Sedangkan untuk bentuk lapangan yang datar miring dan berombak terdapat pada BKPH Margasari, Linggapada, dan sebagian Larangan, Kawasan perbukitan hanya terdapat dalam kawasan tertentu saja, yaitu kawasan hutan Pengarasan dan sebagian Larangan yang menyambung ke Bagian Hutan Banjarharjo.

4.5 Hidrologi

Kawasan KPH Balapulang termasuk dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang membentang dari BH Larangan dan BH Banjarharjo. Pembagian DAS dan Sub DAS tersebut menjadikan suatu kesatuan pengelolaan hidrologi baik yang secara langsung maupun tidak langsung melibatkan peran Perum Perhutani mengingat bahwa pengelolaan hutan berdasarkan DAS.

4.6 Keadaan Ekosistem

Ketinggian kawasan hutan KPH Balapulang berada pada sebaran 60-100 mdpl, dengan curah hujan 1500-2000 mm/tahun, termasuk iklim C yaitu hutan musim dengan perbedaan musim yang cukup jelas antara musim hujan dan musim kemarau (Schmidt & Ferguson 1951 dalam KPH Balapulang 2011b). Hutan tanaman Jati di KPH Balapulang diperkaya jenisnya dengan jenis Rimba yang bertujuan untuk produksi dan perlindungan kawasan, serta jenis tanaman sela antara lain jenis Kemlandingan (Leucaena glauca) dan Rumput vertiver.

Hutan Jati KPH Balapulang merupakan hutan tanaman dengan sebaran umur tegakan di bawah sepuluh tahun hingga 60 tahun. Selain Jati terdapat tanaman Rimba antara lain Mahoni (Swietenia macrophylla), Kepuh (Sterculia foetida), Salam (Syzygium polyantha), Sono (Dalbergia latifolia), Secang (Caesalpinia bonducella), Kesambi (Schleichera oleosa), Johar (Casia seamea) dan Pilang. Ekosistem hutan Jati menjadi komplek karena harus menyelaraskan

dengan kepentingan masyarakat sekitar hutan (yang populasinya relatif sangat tinggi) sebagai lahan untuk bercocok tanaman sehingga sejak lama sudah dikenal sistem Tumpangsari dengan palawija, padi huma.

4.7 Sosial Ekonomi dan Budaya

Kondisi desa hutan di wilayah KPH Balapulang sangat khas tipikal suku Jawa meskipun pengaruh dari budaya Jawa Barat juga sudah kelihatan. Penduduk desa hutan sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh tani.

Berdasarkan SK Direksi NO.136/KPTS/Dir/2001 tentang Program Pengelolaan Hutan Bersama masyarakat (PHBM) yang dilandasi oleh prinsip berbagi peran dan tanggung jawab serta hak dengan Masyarakat Desa Hutan (MDH) dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) secara proporsional dalam pengelolan sumberdaya hutan, maka dibentuk forum/lembaga di masing-masing desa. Melalui lembaga tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan serta kelestarian fungsi dan manfaat sumber daya hutan. Sejak tahun 2002 desa-desa yang termasuk dalam lingkup pengelolaan Perhutani telah terbentuk lembaga formal yang lebih dikenal sebagai Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Dari 61 desa yang terdapat di wilayah kerja Perum Perhutani KPH Balapulang sampai saat ini telah terbentuk 61 LMDH.

Berbagai program kerjasama antara LMDH dan Perhutani yang diatur dalam suatu Perjanjian Kerjasama (PKS) telah diimplementasikan hingga saat ini. Program tersebut antara lain, pengamanan wilayah hutan, ProductionSharing dan kegiatan-kegiatan lainnya. Melalui kerjasama tersebut diharapkan agar masyarakat memperoleh manfaat dan mampu untuk membantu peningkatan

Dokumen terkait