• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Pemberian Makanan Tambahan Modisco

2.4.3 Keuntungan Penggunaan Formula Modisco

Keuntungan penggunaan formula modisco sebagai berikut (Adi, A.C, 2001).

a. Porsi makanan/ minuman relatif kecil, tetapi mengandung kalori dan protein yang tinggi .

c. Cara alternatif bagi anak atau seseorang yang tidak menyukai susu murni .

d. Meningkatkan berat badan secara cepat (30 – 100 g/hari). 2.4.4 Penggunaan Modisco dalam Penatalaksanaan Gizi Buruk

Perawatan dan pengobatn anak gizi buruk terdiri dari 4 fase (Depkes RI, 2007) yaitu :

a. Fase Stabilisasi

Fase stabilisasi adalah fase awal dimana ditemui anak gawat darurat dan harus segera dilakukan tindaka, karena keterlambatan akan mengakibatkan kematian. Pada umumnya fase ini berlangsung dalam dua hari pertama, tetapi dapat berlanjut sampai satu minggu atau lebih sesuai kondisi klinis anak (Modisco I,II frekuensi pemberian 12x, 8x dan 6x setiap 2 jam ).

b. Fase Transisi

Fase transisi adalah masa peralihan dari fase stabilisasi ke fase rehabilitasi. Pada fase ini pemberian energy dinaikkan secara bertahap dari 100kkal/kg/BB menjadi 150/kkal/kg/BB, dan umumnya berlangsung selama satu minggu (Modisco 1, II frekuensi pemberian 6x setiap 3 jam )

Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi adalah fase pemberian makanan untuk tumbuh kejar. Pemberian energi sebesar 150-220 kkal/kg/BB, umumnya berlangsung selama 2-4 minggu (Modisco III Frekuensi 3x setiap 4 jam) ditambah makanan bayi yang lumat.

Adalah fase setelah anak dipulangkan dari rumah sakit/puskesmas/Panti Pemulihan Gizi. Fase ini merupakan fase pemberian makanan tumbuh kejar dengan pemberian makanan keluarga dan pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) 2.5. Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, dkk, 2002).

Untuk mengetahui pertumbuhan anak, secara praktis dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan secara teratur. Ada beberapa cara menilai status gizi yaitu dengan pengukuran antropometri, klinis, biokimia dan biofisik yang disebut dengan penilaian status gizi secara lansung. Pengukuran status gizi anak berdasarkan antropometri adalah jenis pengukuran yang paling sederhana dan praktis karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Secara umum atropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri yang merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, dkk, 2002).

Sampai saat ini, ada beberapa kegiatan penilaian status gizi yang dilakukan yaitu kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG), kegiatan bulan penimbangan dan dalam kegiatan penelitian. Jenis pengukuran yang paling sering dilakukan adalah

antropometri, karena mudah, prosedurnya sederhana dan dapat dilakukan berulang serta cukup peka untuk mengetahui adanya perubahan pertumbuhan tertentu pada anak balita.

Cara pengukuran dengan antropometri dilakukan dengan mengukur beberapa parameter antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit. Kombinasi umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat Badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut tinggi Badan (BB/TB) (Soekirman, 2000).

Pilihan indeks antropometri tergantung pada tujuan penilaian status gizi, indeks BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lalu karena dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan tinggi badan atau panjang badan relatif – sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu yang singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Sedangkan indeks BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini, dapat dikatagorikan sebagai kurus merupakan pengukuran antropometri yang terbaik (Soekirman, 2000).

1) Indeks BB/U

b. Gizi kurang bila Z-Score terletak <-2 SD s\d -3 SD c. Gizi buruk bila Z-Score terletak <-3 SD

d. Gizi lebih bila Z-Score terletak > +2 SD 2) Indeks TB/U

a. Normal bila Z-Score terletak -2 SD s\d + 2 SD b. Pendek bila Z-Score terletak <-2 SD

3) Indeks BB/TB

a. Gizi baik bila Z-Score terletak -2 SD s\d + 2 SD b. Kuruz bila Z-Score terletak >-3 SD s\d <-2 SD c. Sangat Kurus bila Z-Score terletak <-3 SD

d. Gemuk bila Z-Score terletak > +2 SD (Arisman, 2004)

Perhitungan dengan nilai Z-Score berlaku untuk semua indeks dengan batas ambang yang sama, dengan cara :

Z-Score = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Buku Rujukan Nilai Simpangan Baku Rujukan

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks telah diperkenalkan seperti pada hasil seminar antropometri 1975. Di Indonesia ukuran baku pengukuran dalam negri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan baku Harvard yang disesuaikan untuk Indonesia (100% baku Indonesia = 50 persentil harvard) dan untuk Lingkar Lengan Atas (LLA) digunakan baku wolansky (Supariasa dkk, 2002).

Beberapa indeks antropometri antara lain : (Supariasa dkk, 2002) 1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan mendadak, misalnya karena serangan penyakit infeksi terhadap perubahan-perubahan mendadak, misalnya karena serangan penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter antropometri yang sangat labil (Supariasa dkk, 2002).

Berdasarkan karakteristik indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status) (Supariasa dkk, 2002)

Kelebihan indeks BB/U adalah lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut maupun kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan. (Supariasa dkk, 2002).

Kelemahan indeks BB/U adalah mengakibatkan intreprestasi yang keliru bila terdapat edema atau esites, umur sering sulit ditaksir dengan tepat, sering terjadi kesalahan pengukuran seperti pengaruh pakaian atau gerakan pada waktu penimbangan dan secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya.

Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin (Supariasa dkk, 2002).

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan, keadaan normal tinggi badan tumbuh sama dengar pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu yang relatif pendek. Pengaruh defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa dkk, 2002).

Keuntungan indeks TB/U adalah baik untuk menilai status gizi pada masa lalu, ukuran panjang dapat di buat sendiri, murah dan mudah dibawa. Sedangkan kelemahan indeks TB/U tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya dan ketepatan umur sulit didapat.

Alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa (micritoise). Namun untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi (Supariasa dkk, 2002).

3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan tertentu.

Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini/sekarang.

Keuntungan indeks BB/TB tidak memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus). Kelemahan indeks BB/TB adalah tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, sering mengalami kesulitan pengukuran tinggi badan, membutuhkan dua macam alat ukur, pengukuran relatif lama, membutuhkan dua orang yang melakukannya dan sering terjadi kesalahan dalam pengukurannya terutama oleh kelompok non-profesional (Supariasa, dkk, 2002).

Dokumen terkait