BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1.4 Kain Tenun Cual Bangka
2.1.4.1 Pengertian Kain Tenun Cual
Cual berasal dari kata celupan awal pada benang yang akan diwarnai. Tenun Cual merupakan perpaduan antara tenun ikat dan teknik sungkit atau songket, namun yang menjadi ciri khasnya adalah susunan ragam hias yang menggunakan teknik tenun ikat (Elvian, 2014: 91).
Menurut Jusuf dan fashionPro (2012: 118) Cual adalah pencelupan atau pewarnaan benang sebelum ditenun menjadi sehelai kain yang indah. Sebelum dicelup benang sutera yang halus tersebut diikat sesuai dengan ragam hias setelah itu dicelup oleh pewarna. Kain tenun Cual ditenun dengan menggunakan teknik tenun ikat dan songket.
Gambar 2.44 Kain Tenun Cual (Sumber: Kartiwa, 2007: 34)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kain tenun Cual atau kain limar merupakan kain tradisional masyarakat Bangka Belitung. Kata Cual berasal dari proses pembuatan kain tenun tersebut, yaitu celupan awal. Penenun kain Cual menggunakan dua cara yaitu teknik tenun ikat dan sungkit.
2.1.4.2 Sejarah Kain Tenun Cual
Menurut ibu Maslina ketika diwawancarai pada saat peneliti PKL di Koperasi kain tenun Cual, kain tenun Cual pada zaman dahulu disebut Limar Muntok. Awal mula kain tenun Cual berada di daerah Muntok. Muntok
merupakan nama sebuah kota di Bangka. Kain Cual berbeda dengan kain tenun lainnya, begitu juga dengan kain Palembang. Songket Palembang teknik pencungkitan lebih dominan, sehingga ragam hiasnya didominasi oleh benang emas. Sedangkan kain tenun Cual Muntok lebih didominasi teknik tenun ikat, sehinggga dalam bentuk ragam hias lebih banyak menggunakan susunan benang pakan dengan pewarnaan melalui teknik tenun ikat, dan pencelupan.
Bahan pembuatan kain tenun Cual adalah sutera, ditenun menggunakan alat tradisionl bernama gedogan. Penggunaan benang emas pada kain tenun membuat tenun terlihat gemerlap sehingga membuat kain tenun Cual terlihat mewah.
Pada zaman dahulu Bangka Belitung dipimpin oleh Wan Akub. Kerabat Wan Akub melakukan kegiatan menenun di Kampung Petenun. Kampung ini merupakan nama sebuah kampung yang terdiri dari kegiatan perempuan-perempuan yang sedang menenun kain Cual. Kampung Petenun saat ini berada di daerah Teluk Rubiah Mentok. Namun saat ini Kampung Petenun tidak lagi menjadi kampung menunun. Hal itu dikarenakan kepandaian menenun hanya terbatas dilingkungan bangsawan. Hasil tenunan tidak diperjual belikan, hasil tenun tersebut hanya digunakan untuk keperluan mereka sendiri, dan menurut kepercayaan yang ada, menenun merupakan bagian dari proses pendewasaan.
Menurut perempuan bangsawan Muntok pada saat itu, apabila seorang anak gadis telah dapat menenun dengan baik, artinya gadis tersebut sudah cukup dewasa dan segera dinikahkan. Hasil tenun yang dihasilkan merupakan cerminan kepribadian penenun sehingga kain tenun pada masa itu dibuat dengan secermat dan sehalus mungkin. Proses pembuatan tenun membutuhkan waktu yang cukup
lama, akan tetapi hal tersebut tidak mengganggu aktivitas dan pekerjaan perempuan. Menenun dapat dilakukan ketika pekerjaan rumah telah selesai.
Abad ke 18 kain Cual mulai diproduksi untuk kepentingan perdagangan dan dipasarkan hingga ke Palembang, Belitung, Pontianak, Singapura, dan tanah melayu lainnya. Hal tersebut menyebabkan kain Cual mulai dipakai kalangan diluar Bangsawan sehingga keterampilan menenun mulai disebarkan kepada masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar (Elvian, 2014: 90).
Menurut Zumar (2009: 52) pada zaman dahulu daerah Muntok yang terdapat di Bangka merupakan daerah yang pernah terkenal sebagai penghasil kain Cual yang luar biasa halusnya, sehingga kain Cual banyak dipesan oleh keluarga bangsawan di Palembang. Kain halus tersebut berbahan utama pembuatan kain Cual adalah sutera, menggunakan pewarna alam, dan menggunakan benang emas bermutu tinggi. Konon benang emas tersebut terbuat dari benang emas murni.
Terjadinya Perang Dunia I pada tahun 1914 sampai 1918 menyebabkan kejayaan Cual menyurut dikarenakan kurangnya pasokan bahan baku dan naiknya harga bahan baku pembuatan tenun. Berbagai macam cara dilakukan untuk menyiasati bahan-bahan yang dibutuhkan seperti benang sutera diganti dengan benang katun dan lain sebagainya, namun tetap saja hal tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah yang ada, sehingga produksi kain tenun Cual terhenti (Elvian, 2014: 92).
2.1.4.3 Bahan dan Alat Kain Tenun Cual
1. Bahan
Menurut Karya Sumadi, dkk. (2009) praktik seni tenun tradisi hingga seni tekstil kontemporer, bahan baku serat yang paling banyak digunakan adalah katun. Katun banyak terdapat didaerah Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Timor. Katun impor dari Belanda, India, dan Amerika Serikat teksturnya lebih halus. Dahulu sutera alam dianggap sangat mewah yang diimpor dari Cina.
Menurut Langewis dan Wagner (1962), diacu dalam Kartiwa (1982:11) mengatakan bahwa pada abad ke 15 untuk pertama kalinya di Palembang ditanam pohon murbei, ternakan ulat sutera dan memproduksi benang sutera, sehingga benang sutera tidak lagi diimport dari luar. Selain itu, serat nanas, ramie, lontar, pisang dan kulit kayu juga digunakan dalam bahan baku tenun, namun tetap saja katun dan sutera lebih banyak digunakan oleh masyarakat.
Menurut Jusuf dan fashionPro (2012: 116) Benang sutera adalah bahan baku kain Cual yang merupakan barang impor dari India, Cina, atau Thailand. Untuk menghasilkan warna-warna yang dikendaki, benang sutra dicelup dengan pewarna kimia atau alami. Kain Cual juga memakai benang emas. Pada masa lalu benang emas terbuat dari benang kapas yang dicelup kedalam cairan emas murni, namun sejak tahun 1914 benang emas jenis itu tidak lagi diproduksi. Para pengrajin kini menggunakan benang emas sartibi benang emas sinetis keluaran Jepang, atau menggunakan benang emas jeli dan kristal.
2. Alat Tenun Cual
Alat tenun yang digunakan adalah adalah gedogan. Menurut Suparli S, dkk (1977: 8) bagian-bagian alat tenun antara lain :
a. Gun adalah alat membawa benang lusi helai demi helai, agar dapat diatur membentuk mulut lusi sesuai dengan rencana anyaman dan jumlah benangnya. b. Terpong adalah alat pembawa palet pada waktu terjadinya peluncuran benang
pakan menembus mulut lusi.
c. Sisir tenun adalah alat untuk merapatkan benang pakan.
d. Rol penggulung kain adalah sebuah batang berbentuk bulat panjang yang digunakan untuk menggulungkain pada alat tenun