• Tidak ada hasil yang ditemukan

A Kajian Eksposisi Yakobus 2:14-

Dalam dokumen Bahan Skripsinya Endy part2 (Halaman 86-91)

RELASI ANTRA IMAN DAN PERBUATAN DALAM KONTEKS KESELAMATAN

1. A Kajian Eksposisi Yakobus 2:14-

Douglas J. Moo seorang penafsir konservatif memberi judul untuk Yakobus 2:14-26, Iman yang

menyelamatkan menyatakan dirinya dalam perbuatan-perbuatan[20]. Kalau memperhatikan isi dan unsur retorik dalam Yakobus 2:14, 17, 20 dan 26, jauh lebih baik Yakobus 2:14-26 dibagi menjadi tiga bagian subbagian: Yakobus 2:14-17, 18-20, 21-26. Dengan pembagian ini, tiga subbagian berdiri sendiri namun saling berkaitan. Garis besar seperti ini akan lebih memperhatikan argument-argumen Yakobus yang kuat dan menarik. Pembagian ini dilakukan karena masing-masing subbagian mempunyai pembahsan yang utuh. Ditambah lagi ayat 17, 20 dan 26 mempunyai topik dan pola yang mirip yang menandakan berakhirnya suatu subbagian.[21]

1) Yakobus 2:14-17 (Iman dan Prakteknya)

Yakobus 2:14, Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?

Tafsiran J.J.W. Gunning menyatakan, “Tidak ada gunanya kalau seseorang mempunyai iman yang tidak disertai perbuatan. Iman itu sendiri tidak dapat menyelamatkan atau dengan kata lain iman itu tidak akan diteima Allah.[22] Iman itu tidak menyelamatkan dirinya dan karena itu tidak berguna.

Kata Iman di dalam ayat 14 kemungkin besar adalah kepercayaan kepada Yesus Kristus secara pribadi. Pengertian ini dikuatkan oleh kenyataan bahwa iman dihubungkan dengan keselamatan seseorang. Kemudian kata perbuatan jangan diartikan sama dengan pengertian yang biasa terdapat dalam surat-surat Paulus yaitu menaati peraturan hukum Musa. Disini yang dimaksud adalah perbuatan-perbuatan baik seperti belas kasihan (ay 13) dan pemberian sedekah kepada orang miskin yang berkekurangan (ay 15 dan 16)[23] Perbuatan yang dimaksud oleh Yakobus bukanlah perbuatan menurut pemahaman Yahudi yaitu sarana untuk memperoleh keselamatan, namun perbuatan iman hasil moral dari kesalehan sejati da khususnya perbuatan kasih.[24]

Kalimat dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Di sini Yakobus seolah-olah tidak sepakat bahwa keselamatan hanya oleh iman saja. Namun, umumnya penafsir menjawab pertanyaan ini “tidak”. Charles F. Pfeifer dan Everent F. Harrison menyatakan, “Jawaban yang diharapkan dari pertanyaan dalam ayat ini adalah “tidak” yang tegas. Mengapa? Karena penting untuk dicatat bahwa iman yang dibahas di sini adalah iman yang palsu. Hal ini di jelaskan oleh: (1) pernyataan jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman dan (2) pemakaian kata sandang tertentu yang digabungkan dengan kata iman pada anak kalimat terakhir. Hanya iman palsu yang tidak dapat menghasilkan perbuatan dan tidak mampu menyelamatkan.”[25] Apa yang ingin ditekankan Yakobus adalah kenyataan bahwa iman tanpa perbuatan tidak memiliki kekuatan: iman itu tidak dapat menyelamatkan.

Yakobus menekankan bahwa tidak ada pemisahan antara iman dan perbuatan. Tidak ada seorangpun dapat mengatakan bahwa dirinya memiliki iman jika tidak ada perbuatan yang membuktikannya. Iman yang sesungguhnya harus diungkapkan dalam perbuatan.[26] William Barclay, “Satu hal yang yang ditentang penulis surat yakobus adalah pengakuan iman tanpa dibarengi praktek, kata-kata tanpa perbuatan.”[27]

Pada ayat 15 Yakobus memberi gambaran seseorang yang sangat miskin sehingga kebutuhan hidup yang paling dasarpun seperti pakaian dan makanan, tidak dapat dipenuhi. Ini merupakan gambaran seorang yang kedinginan (kalau daerah itu memang dingin) atau kelaparan. Pada ayat 16 dia melanjutkan ilustrasinya yang hampir sama maknanya.

William Barclay menyatakan, “Yakobus memilih ilustrasi yang secara gamblang menjelaskan yang ia maksud. Jikalau seorang tidak meiliki pakaian untuk melindungi dirinya ataupun makanan untuk dimakan, dan sahabat orang itu mengungkapkan rasa simpatinya yang terdalam untuk keadaan yang menyedihkan itu, namun simpatinya itu berhenti hanya pada kata-kata dan tidak ada usaha yang dilakukannya untuk mengatasi keadaan orang yang malang itu, apa gunanya semua itu? Apakah gunanya simpati itu tanpa ada usaha mewujudkannya dalam tidndakan nyata. Iman tanpa perbuatan adalam mati.”[28]

Dalam Yakobus 2:17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Klausa ‘demikian juga halnya dengan iman’ merupakan kesimpulan dari perbandingan pada ayat sebelumnya. Yakobus melakukannya dengan menggunakan kata “demikian” yang mempunyai arti sejajar dengan contoh yang diberikan. Demikian di sini sama artinya dengan frasa “dengan cara yang sama”.

Kata iman (ay 17) yang digunakan Yakobus menunjuk pada apa yang disebut iman pada ayat 14.

[29] Demikianlah juga iman yang tidak disertai dengan perbuatan tidak ada artinya. Iman yang demikian tidak boleh sama sekali disebut iman.[30]

Kata-kata jika iman itu tidak disertai perbuatan secara harafiah berarti “jika iman tidak memiliki perbuatan” maka jelas bahwa perbuatan bukan sesuatu yang ditambahkan pada iman – keduanya harus ada bersama-sama. Penulis tidak bermaksud untuk membedakan antara iman dan perbuatan; yang dibedakan adalah antara iman yang disertai perbuatan dan iman yang tidak disertai perbuatan. Bagi Yakobus iman harus disertai oleh perbuatan. Yang satu tidak dapat ada tanpa yang lain, sebab iman yang tanpa perbuatan adalah mati.

Kemudian Yakobus menyatakan, “Maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Kata mati dipakai sebagai kiasan yang artinya “tidak hidup, tidak bekerja, tidak berguna”. Dalam banyak bahasa, penerjemah perlu mengatakan sebagai berikut:kepercayaanmu tidak berguna, atau percaya seperti itu tidak berguna/(tidak menghasilkan apa-apa). Kesimpulan itu menjelaskan bahwa orang Kristen tidak cukup hanya mengucapkan

kata-kata harapan kepada saudara dan saudarinya yang berkekurangan. Orang yang mengaku Kristen harus memberikan pertolongan kepada yang membutuhkannya. Kalau tidak kepercayaan itu keparcayaan yang mati. Ronald A. Ward menyatakan, “Dalam hal ini kita mendapat suatu ajaran bila membandingkan dengan Lukas 23:43. Penjahat yang bertobat itu tidak mempunyai waktu lagi untuk berbuat sesuatu sedangkan imannya tidak mempunyai waktu untuk mati. Tentu Yakobus tidak mau menyangkal hal ini. Yang dimaksud ialah iman yang sungguh-sungguh mempunyai kesempatan untuk dinyatakan di dalam perbuatan, tetapi kesempatan yang ada tidak digunakannya.”[31]

Jadi, ayat 14 menjelaskan dengan terus terang bahwa iman tidak berguna tanpa perbuatan. Dalam ayat 17, Iman demikian tidak ada gunanya. Karena iman yang tanpa perbuatan itu tidak ada gunanya, maka iman kepercayaan demikian tidak dapat menyelamatkan jiwanya. Artinya Iman tanpa perbuatan adalah iman yang palsu. Karena iman ini mati, maka iman ini tidak dapat menyelamatkan orang yang bersangkutan.[32]

2) Yakobus 2:18-20 (Iman dan Perbuatan Tidak Dapat Dipisahkan)

Dalam lalimat ‘tetapi mungkin ada orang berkata’ penerjemah menghadapi masalah karena tidak tahu siapa lawan bicaranya ini, ada bebrapa kemungkinan pemecahannya, tetapi tidak ada satupun yang benar-benar meyakinkan, sehingga kita harus puas dengan pemecahan yang paling sedikit kesulitannya:

a) Beberapa ahli menganggap bahwa orang lain itu lawan Yakobus. Hal ini berarti kata tetapi menrupakan pengantar terhadap suatu sanggahan. Masalahnya, di manakah kata-kata orang yang membantah itu selesai dan di manakah kata-kata Yakobus dimulai. Kebanyakan ahli menganggap kata-kata orang lain itu hanya padamu ada iman dan padaku ada perbuatan. Tafsiran ini yang diikuti oleh TB

b) Kemungkinan yang lain adalah dengan menganggap kata ganti “mu” dan “ku” pada bagian pertama ayat ini bukan lawan Yakobus, tetapi sebagai wakil dari dua kelompok dalam jemaat. Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa mereka hanya hanya memiliki iman (tanpa perbuatan), sedangkan yang lain memiliki perbuatan saja. Orang-orang itu menyatakan bahwa iman dan perbuatan merupakan anugerah yang terpisah satu sama lain (1Kor. 12:4-10); Seseorang dapat memiliki salah satu saja dari keduanya, tetapi tidak selalu meiliki keduanya secara bersamaan. Kemudian Yakobus membantah pendapat yang mengatakan bahwa tidak ada pemisahan antara iman dan perbuatan. Jadi, kata ganti “mu” dan “ku” sama dengan ‘orang’ dan “yang lain”. Tafsiran ini diikuti oleh BIMK (“ada orang yang bersandar kepada imannya dan ada pula yang bersandar kepada perbuatannya”) dan salah satu terjemahan membuatnya sebagai “seorang memilih iman, yang lain memilih perbuatan atau ada orang yang berkata, aku mempunyai dan yang lain berkata aku mempunyai

perbuatan”. Agar urutan percakapan itu jelas, kita perlu menambahkan sesuatu yang tersirat dalam teks untuk memperjelas perkembangan pemikirannya, umpamanya aku akan menjawab dia (TB), saya akan menjawab (BIMK).

Walaupun masih ada kesulitan, mungkin kita harus mengikuti tafsiran (b), karena tafsiran itu kelihatannya paling sesuai dengan konteks sehingga lebih banyak penerjemah dan ahli tafsir yang mengikutinya.[33]

Yakobus 2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. Kini Yakobus membandingkan iman yang tidak ditunjukkan dengan perbuatan dengan iman yang dimiliki setan-setan. Untuk memulai pendapatnya dia mengutip apa yang menjadi inti iman Yahudi, yang diakui oleh dirinya dan lawannya.

Kata percaya di sisni adalah kepercayaan berdasarkan pemikiran saja yaitu bahwa hanya ada satu Allah saja. Pengakuan ini bersumber dari pengakuan imanshema yang terkandung dalam ajaran agama Yahudi (Ul. 6:4) dan dipakai juga oleh orang Kristen (Mrk. 12:29; Rm. 3.30). Yabobus bermaksud mengatakan bahwa orang yang percaya bahwa Allah itu esa tanpa membiarkan kepercayaan ini mengubah perilakunya, memiliki iman yang sama dengan setan-setan, yaitu roh-roh jahat. Iman itu tidak dapat menyelamatkan.

Kepercayaan demikian hanya berada dalam tahap pengetahuan dan belum diwujudkan dalam kelakuan. Iman kepercayaan seperti ini bukanlah iman yang sejati, karena di dalamnya tidak ada pertobatan dan kasih. Tanpa kedua unsur ini, iman kepercayaan setan-setan tidak menolong diri mereka. Analogi ini cukup keras, terlebih bagi orang Kristen yang mempunyai latar belakang Yahudi. [34]

Yakobus 2:20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Kalimat Hai manusia yang bebal berarti “orang bodoh yang kosong kepalanya”. Kata kosong di sini menunjukkan kurangnya pengertian yang berarti “tidak berakal” atau “bodoh”. Maukah engkau mengakui bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong. Pemikiran yang sama dengan ini telah dinyatakan beberapa kali. Iman tidak ada perbuatan disebut tidak ada gunanya pada ayat 14,

disebut mati pada ayat 17 dan di sini disebut kosong yang secara harafiah berarti “tidak bekerja”, yaitu “tidak berpengaruh” atau “tidak menghasilkan”. Dapat diamati permainan kata-kata di sini: “iman tanpa perbuatan adalah tidak berbuat”. Pernyataan ini menyimpulkan pokok pikiran utama dalam bagian ini.

Yakobus hendak menegaskan adanya iman tidak dapat dibuktikan tanpa melalui perbuatan. Iman justru menyatakan keberadaannya memalui perbuatan. Perbuatan-perbuatan Yakobus merupakan bukti nyata tentang adanya iman pada dirinya. Ini tidak berarti perbuatan itu lebih penting daripada iman. Bila seseorang berbuat baik (membuahkan perbuatan) tetapi itu bukan hasil dari beriman, maka sia-sialah perbuatan itu. Maksudnya perbuatan itu tidak ada artinya di mata Tuhan. Bukankah kita diselamatkan oleh iman kepada Yesus, bukan karena perbuatan baik kita? Kita tidak berbuat baik untuk diselamatkan, tetapi kita berbuat baik karena sudah diselamatkan.[35]

3) Yakobus 2:21-26 (Iman dan Buktinya)

Sub unit ini mengambil dua tokoh dalam sejarah orang Yahudi Abraham dan Rahab sebagai contoh. Mereka telah membuktikan iman mereka dengan berani dalam tindakan nyata. Iman Abraham terbuti dengan mempersemahkan anak yang dikasinya. Sedangkan Rahab menyatakan imannya melalui pertolongan yang dia berikan kepada dua orang pengintai.

Yakobus 2:21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?

Penafsiran tentang kata “dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya” perlu diperhatikan suasana perselisihan di antara yang kaya dan yang miskin. Berita utama Yakobus dalam konteks ini tidak berkaitan langsung dengan soteriologi. Maka kalimat “dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya” di Yakobus 2:21 harus dimengerti dari Perjanjian Lama. Tindakan Abraham mempersembahkan Ishak diperkenan Allah (Kejadian 22:1- 19). Dengan konteks ini kata “dibenarkan” mempunyai arti dikenal dan diberi pahala oleh Allah; Perbuatannya diperkenankan Allah.[36] Dengan demikian pembaca surat Yakobus mendapat dorongan besar untuk mengikuti jejak bapak leluhur mereka, Abraham. Di lain pihak, contoh ini mengingatkan mereka akan keputusan berani yang diambil Abraham. Banyak hal memang membutuhkan keberanian. Ini amat dirasakan oleh pembaca kitab ini. Tidak mudah untuk tidak memandang muka atau memberi bantuan kepada saudara seiman yang kelaparan. Dalam masyarakat yang kebanyakan penduduknya miskin, tidak mudah membantu orang lain. Bukan saja karena kebutuhan sendiri belum terjamin, tetapi juga karena pemberian sedikit bantuan akan menarik lebih banyak orang datang untuk minta bantuan. Ini semua sangat tidak mudah di atasi.[37]

Menurut Charles F. Pfeiffer dan Everent F. Harison bahawa kata yang diterjemahkan

menjadi dibenarkan di sini jangan dikelirukan dengan pemakaian istilah tersebut oleh Paulus dalam hubungan dengan Abraham (bnd Rm. 4:1-5). Paulus menunjuk kepada pembenaran awal Abraham ketika “percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran (bnd. Kej 15:6). Yakobus mengacu pada suatu peristiwa yang terjadi beberapa tahun kemudian, yaitu ketika Abraham diminta untuk mempersembahkan anaknya Ishak. Melalui tindakan ini dia menunjukkan realitas dari pemahaman kejadian 15. [38]

Yakobus 2:22, Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan- perbuatan itu iman menjadi sempurna.Nya.

Bagi Yakobus, iman tidak mungkin bisa dipisahkan dengan perbuatan-perbuatan, karena seseorang yang mengaku diri beriman kepada Allah, ia harus menjalankan perintah-perintah-Nya dan otomatis perbuatan- perbuatannya mencerminkan bahwa seseorang itu beriman kepada Allah atau bukan. Doren Wjdana menyatakan bahwa Perbuatan tanpa iman adalah perbuatan yang sia-sia. Iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong. Iman yang bekerja sama dengan perbuatan adalah iman sejati.[39]

Perbuatan dan iman kepercayaan sama pentingnya. Untuk menegaskan maksud ini, Yakobus memakai kata “bekerja sama” dan menjadi “sempurna” (atau diterjemahkan “disempurnakan”, kata pertama “bekerja

sama” dapat dibaca sebagai suatu permaiman kata yang menanggapi kata “perbuatan” di ayat 21. Kata “bekerja sama” ini dapat juga diterjemahkan “membantu”. Terjemahan ini serasi dengan kata “disempurnakan” di ayat 22b.

Apa arti disempurnakan? Ini berkaitan dengan kedewasaan yang dibahas Yakobus 1:4. Kalau memperhatikan topik bagian ini, ayat ini sebaiknya dipahami sebagai “iman membantu perbuatan terlaksana dalam kehidupan; iman tidak dapat dikatakan “sejati” (sempurna) tanpa perbuatan yang nyata.”[40] Memisahkan iman dari perbuatan suatu yang mustahil (bnd ay 18). Di dalam kasus Abraham, kedua hal tersebut berjalan bersama-sama.”[41]

Yakobus 2:23, Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” Melalui ayat 23, Yakobus tetap mengatakan bahwa Allah memperhitungkan iman (kepercayaan) Abraham (bukan perbuatannya) kepada Allah sebagai status yang dibenarkan. Bagian ini mengutip kitab Kejadian 15:6 yang mengatakan, “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Iman Abraham berkaitan dengan kebenaran, menemukan makna terakhirnya dalam ketaatannya.[42]

Sebenarnya ayat ini dapat dipahami dengan pendekatan yang lebih sederhana.Yakobus menulis bagian ini dengan tujuan yang jelas. Dia menekankan bahwa iman kepercayaan tanpa perbuatan tidak berguna. Tetapi di lain pihak dia ingin menjaga keseimbangan. Abraham diperkenan Allah karena dia adalah seorang yang beriman. Iman kepercayaannya sudah terlihat jauh sebelum ia mempersembahkan Ishak. Apa yang dilakukan Abraham kemudian menggenapkan apa yang disabdakan Allah tentang dia di Kejadian 15:6. Allah berkenan padanya karena Abraham memperlihatkan iman kepercayaannya yang konsisten.[43]

Yakobus 2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

Dalam penafsiran ayat ini, Kata-kata “…bukan hanya karena iman” seharusnya dimengerti dalam subbab ini, khususnya Yakobus 2: 18, 19. Manusia dibenarkan bukan karena iman yang kosong, contohnya iman kepercayaan setan-setan (ay 19). Jadi iman yang sejati yang berguna bagi manusia. Iman seperti ini diwujudkan dalam perbuatan. Ayat ini ditunjukkan kepada “saudara-saudaraku” di Yakobus 2:14 bukan penentang di Yakobus 2:18.

Manusia tetap dibenarkan melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus, tetapi kalau iman yang

menyelamatkan itu saja yang menjadi pegangan, bagaimana orang lain dapat melihat bahwa diri kita beriman, kalau perbuatan-perbuatan kita sama jahatnya dengan orang-orang dunia? Di sini, Yakobus ingin

menyeimbangkan dan mengintegrasikan iman yang menyelamatkan dan hidup dengan perbuatan-perbuatan sehari-hari yang memuliakan Allah.

Yakobus 2:25 Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan- perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?Di sini Yakobus menambahkan satu contoh lagi untuk membuktikan pendapatnya bahwa iman harus dinyatakan dalam perbuatan agar diterima oleh Allah.

Rahab tokoh penting dalam PL. Dia dikenal karena dua hal, pertama, dia dikenal sebagai seorang pelacur bukan yahudi, yang mengeluarkan pengakuan yang terkenal “TUHAN”, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah (Yosua 2:11).” Kedua, dia juga dikenal sebagai orang asing yang menyamakan dirinya dengan orang Israel dan masuk dalam masyarakat tersebut, dan “sampai hari ini keturunan Rahab masih ada di Israel (Yosua 6:25, BIMK)”.

Dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya: kata-kata ini, artinya sama dengan di ayat 21. Dalam hal ini, perbuatan-perbuatan Rahab adalah penyambut pengintai-pengintai bangsa Israel dan menolong mereka untuk melarikan diri. Disini kata-kata “dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya”dapat juga diterjemahkan sebagai Allah menerimanya sebagai orang yang baik karena perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya. Lebih tepatnya Hasan Susanto menyatakan bahwa kata “dibenarkan” pada kalimat “dibenarkan karena perbuatan- perbuatannya” lebih mungkin berarti dikenal dan diberi pahala oleh Allah. Iman kepercayaan Rahab terbukti melalui perbuatannya. Dia diperkenan oleh Allah.[44]

Yakobus 2:26Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan- perbuatan adalah mati. Disini Yakobus menyimpulkan pendapatnya. Dia mengulangi pemikiran-pemikirannya

yang dinyatakan pada ayat 17, yaitu bahwa iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati, tetapi dia menambahkan perbandingan untuk membuatnya lebih jelas. Yakobus membandingkan iman tanpa perbuatan denga tubuh tanpa roh. Menarik sekali bahwa, dalam kalimat ini, iman disejajarkan dengan tubuh,

dan perbuatan denganroh. Mungkin hal ini tidak sesuai dengan yang kita harapkan, namun kita tidak perlu mencari rincian perbandingan itu yang setepatnya. Yakobus tidak tertarik akan hal ini, sebaliknya dia ingin menunjukkan bahwa yang satu tidak dapat hidup tanpa yang lain.

Tubuh tanpa roh adalah mati, pada kalimat iniada kemungkinan bahwa Yakobus menunjuk kepada pemikiran yang mendasari Kejadian 2:7, di mana manusia dianggap terdiri atas tubuh tanpa roh (baik dalam bahasa Ibrani maupun dalam bahasa Yunani kata yang dipakai untuk “roh” dapat diartikan “napas maupun roh). Ada hubungan antara keduanya; apabila keduanya dipisahkan, hasilnya adalah kematian. Di sini roh mungkin lebih ditafsirkan sebagai napas yang memberi kehidupan, umpamanya tubuh akan mati kalau tanpa napas, atau seperti tubuh mati jika tidak ada napas di dalamnya, dan setiap orang yang tidak bernapas adalah mati.

Jadi jika orang tidak melakukan perbuatan-perbuatan baik, iman orang itu tidak berguna, atau jadi jika seseorang berkata, aku percaya kepada Allah, tetapi tidak melakukan perbuatan-perbuatan baik, dia tidak sungguh-sungguh percaya.

Dalam dokumen Bahan Skripsinya Endy part2 (Halaman 86-91)

Dokumen terkait