• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Efikasi Diri

5. Kajian Islam Efikasi Diri

Telah ditegaskan di dalam Al-Qur’an bahwa setiap orang akan mampu untuk menghadapi setiap peristiwa yang terjadi. Sebab Allah swt telah berjanji tidak akan memberikan suatu permasalaahan yang diluar batas kemamampuan seseorang. Seperti firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 268:

ِسًَ ْىِإ اًَْرِخاَؤُت لا اٌَهبَز ْتَبَسَتْكا اَه اَهْيَلَعَو ْتَبَسَك اَه اَهَل اَهَعْسُو لاِإ اًسْفًَ ُ هاللَّ ُفِّلَكُي لا ْوَأ اٌَي ِّوَحُت لاَو اٌَهبَز اٌَِلْبَق ْيِه َييِرهلا ىَلَع ُهَتْلَوَح اَوَك اًسْصِإ اٌَْيَلَع ْلِوْحَت لاَو اٌَهبَز اًَْأَطْخَأ َه اٌَْل َةَقاَط لا ا فْعاَو ِهِب اٌََل َييِسِفاَكْلا ِمْىَقْلا ىَلَع اًَْسُصًْاَف اًَلاْىَه َتًَْأ اٌَْوَحْزاَو اٌََل ْسِفْغاَو اهٌَع Artinya:

―Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yang diusahakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau beban kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir‖ (QS.Al-Baqarah:286)

Jalalayn menafsirkan makna yang terkandung dalam QS. Al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut:

―Allah tidaklah membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kemampuannya, artinya sekadar kesanggupannya. Ia mendapat dari apa yang diusahakannya berupa kebaikan, artinya ialah pahalanya. Dan ia beroleh pula dari hasil kejahatannya, artinya ialah dosanya.

Maka seseorang tersebut tidaklah menerima hukuman dari apa yang tidak dilakukannya, hanya baru menjadi angan-angan danlamunan mereka. Mereka memohon,― Wahai Tuhan kami! Janganlah kami

dihukum dengan siksa jika kami lupa atau bersalah, artinya

meninggalkan kebenaran tanpa sengaja, sebagai mana dihukumnya orang-orang sebelum kami. Sebenarnya hal ini telah dicabu Allah terhadap umat ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hadis. Permintaan ini merupakan pengakuan terhadap nikmat Allah. Wahai

Tuhan kami! Janganlahengkau bebankan kepada kami beban yang berat yang tidak mungkin dapat kami pikul sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami, yaitu Bani Israil

berupa bunuh diri dalam bertobat, mengeluarkan seperpat harta dalamzakat dan mengorek tempat yang kena najis. Wahai Tuhan

kami! Janganlah kamu pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup

atau tidak kuat kami memikulnya berupa tugas-tugas dan cobaan-cobaan. Beri maaflah kami atau hapuslah sekalian dosa kami

ampunilah kami dan beri rahmatlah kami dalam rahmat itu

terdapatkelanjutan atau tambahan keampunan, Engkau pembela kami, artinya pemimpin dan pengatur urusan kami maka tolonglah kami

terhadap orang-orang kafir. Yakni dengan menegakkan hujah dan

memberikan kemenangan dalampengaturan dan pertempuran dengan mereka, karena ciri-ciri seorang maula ataupembela adalah menolong anak buahnya terhadap musuh-musuh mereka. Dalam sebuah hadis tercantum bahwa tatkala ayat ini turun dan dibaca oleh Nabi Saw maka setiap kaliamat diberikan jawaban oleh Allah Swt, ―Telah engkau penuhi!‖

Sedangkan tafsir Quraish Shihab mengenai QS. Al-Baqarah ayat 286 ialah:

―Allah tidak membebani hamba-hambaNya kecuali dengan sesuatu yang dapat dilaksanakan.maka setiap orang yang mukallaf, amalnya akan dibalas: yang baik dengan kebaikan, dan yang jelek dengan kejelekan. Tunduklah kamu sekalian, hai orang-orang Mukmin, dengan berdoa, ― Ya Tuhan, janganlah hukum kami jika kami lupa dalam melaksanakan perintah-Mu atau bersalah karena beberapa sebab. Janganlah Engkau beratkan syariat untuk kami seperti Engkau memberatkan orang-orang Yahudi oleh sebab kekerasan dan kelaliman mereka. Dan janganlah Engkau bebankan kepada kami tugas yang tidak mampu kami lakukan. Berilah kami maaf dengan kemuliaan-Mu. Ampunilah kami dengan karunia-Mu. Berilah kami rahmat-Mu yang luas. Engkaulah penolong kami,maka tolonglah kami,ya Tuhan-untuk menegakkan dan menyebarkan agama-Mu— terhadap kaum yang kafir.‖

Saat turun ayat di atas, kaum muslimin mengeluhkan was-was yang kadang menimpa hati mereka, dan mereka keberatan dengan

dihisabnya apa yang ada dalam hati mereka, maka turunlah ayat selanjutnya, yaitu ayat 286. Dengan turunnya ayat tersebut, berarti Allah Swt memaafkan segala yang terlintas dalam hati dan tidak sampai diucapkan atau dikerjakan. Demikian juga, Allah memaafkan perbuatan dosa yang terjadi karena lupa dan tidak disengaja

Dengan memahami kandungan dari surah Al-Baqarah ayat 286 dijelaskan bahwa Allah swt memberikan beban serta cobaan kepada hambanya. Namun beban dan cobaan yang diberikan adalah sesuai dengan kemampuan manusia dalam menghadapi dan menyelesaikan segala permasalahan yang sedang dihadapinya. Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan yang berpotensi sebagai modal untuk kesuksesan. Kemampuan tidak akan timbul apabila tidak ada keyakinan yang tertanam dalam diri seseorang, keyakinan tersebut akan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam berperilaku. Hal ini menunjukan bahwa setiap diri manusia harus memiliki keyakinan dalam dirinya.

Selain kemampuan, jiwa pun memiliki kecenderungan untuk melakukan perbuatan baik dan buruk. Kecenderungan yang baik akan Teresa ringan untuk dilakukan dan mendapatkan pahala. Adapun kecenderungan yang buruk, jiwa akan terasa berat untuk melakukannya. Jiwa adalah tempat untuk berjuang untuk cita yang baik yaitu cita ketaatan kepada Allah dan cita yang buruk yaitu hawa nafsu. Hal ini merupakan suatu keniscayaan yang di alami oleh setiap

orang. Bagi yang yakin akan kemampuannya yang baik, maka seseorang akan mampu untuk berbuat baik. Sebaliknya apabila seseorang tersebut tidak merasa yakin dengan kemampuannya maka perbuatan baik akan terasa berat untuk dilakukan.

Dalam hadist kitab Musnad Ahmad (As-Syarif Isdar Atsani) disebutkan dari Mus’ab bin Sa’id dari ayahnya berkata,‖ Wahai Rasulullah saw, siapa manusia yang paling berat cobaannya.‖ Rasulullah saw bersabda:

―Para nabi kemudia orang-orang sholih, kemudian generasi

setelahnya lagi, seseorang akan diuji sesuai dengan kadar keagamaannya, apabila ia kuat dalam agamanya maka ujiannya akan bertambah, apabila tidak kuat maka ujiannya akan diringankan darinya. Tidak henti-henti ujian yang menimpa seorang hambahingga di muka bumi ini dengan tiada memiliki kesalahan sedikitpun”. (Hadist Imam Ahmad)

Berdasarkan kedua sumber Islam di atas jelas mengatakan bahwa semua permasalahan pasti bisa diatasi karena besar kecilnya permasalahan telah disesuaikan dengan kemampuan setiap manusia.

Pemahaman Al-Qur’an dan As-Sunnah di atas sesuai dengan pengertian efikasi diri yaitu keyakinan atas kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas untuk tujuan tertentu karena Allah swt telah memberikan berbagai potensi pada setiap manusia dan telah menyempurnakan penciptaannya.

Dokumen terkait