• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

D. Kajian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak usia 0-8 tahun dimana pada usia ini anak merupakan periode diletakkan dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya atau yang biasa disebut masa emas (golden age). Pada masa ini anak-anak mudah mempelajari suatu keterampilan tertentu. Hal ini dikarenakan anak-anak senang mengulang-ulang suatu aktifitas sampai mereka terampil melakukannya. Anak-anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka yang lentur. Dan keterampilan yang dimiliki masih sedikit sehingga keterampilan yang baru dikuasai tidak menggangu keterampilan yang sudah ada.

Marjory (Aswarni Sudjud, 1998: 5), mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak usia nol sampai delapan tahun. Usia ini merupakan usia kritis bagi perkembangan anak. Anak usia dini memiliki keterampilan dan kemampuan

meskipun belum sempurna sebagai manusia. Masa-masa semenjak kelahiran hingga 3 tahun merupakan masa yang special dalam kehidupan anak-anak, masa dengan pertumbuhan yang paling hebat. Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 pasal 1 ayat 4 pendidikan Taman Kanak-Kanak secara spesifik menangani anak-anak usia 4-6 tahun. Usia 4- 6 tahun tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu anak kelompok A dengan rentang usia 4-5 tahun dan kelompok anak B dengan rentang usia 5-6 tahun.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui iteraksi dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini, yang subjek penelitian adalah anak Kelompok A dengan rentang usia 4-5 tahun.

2. Karakteristik anak usia dini

Anak usia dini adalah individu yang unik yang memiliki karakteristik sebagai ciri khasnya. Menurut Richard D. Kellogh (Sofia Hartati, 2005: 8) karakteristik anak usia dini adalah sebagai berikut:

a. Anak itu bersifat egosentris, ia cenderung melihat dan memahami dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.

b. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, menurut persepsi anak, dunia ini penuh dengan hal-hal yang menarik.

c. Anak adalah makhluk social, anak senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial.

d. Anak bersifat unik, anak merupakan individu yang unik dimana memiliki sitat bawaan, minat, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain.

e. Anak kaya dengan fantasi, anak senang dengan hal-hal yang imajinatif, sehingga pada umumnya ia kaya akan fantasi.

f. Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek, anak sulit berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Ia terlalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain , kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan, juga bervariasi dan tidak membosankan. g. Anak merupakan masa belajar yang paling potensial, masa anak usia dini

disebut sebagai masa golden age atau magic years. Hal ini disebabkan bahwa selama rentang waktu usia dini mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek.

Anak usia dini mengalami proses perkembangan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi fisik-biologis, kognitif maupun sosial-emosional dan karakteristik tertentu. Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kwantitatif maupun kwalitatif pada tahap selanjutnya (Depdikbud, 2009: 2).

Terkait dengan karakteristik membaca, kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun tercantum dalam permendiknas 58 tahun 2009 dapat digambarkan pada tingkat pencapaian berikut ini:

Tabel 1. Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun Lingkup

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Bahasa

1. Menerima bahasa

Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya)

Mengerti dua perintah yang diberikan secara bersamaan

Memahami cerita yang dibacakan

Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, jelek, dsb.)

2. Mengungkapkan bahasa

Mengulang kalimat sederhana Menjawab pertanyaan sederhana

Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, jelek, dsb.) Menyebutkan kata-kata yang dikenal

Mengutarakan pendapat kepada orang lain

Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan

Menceritakan kemabali cerita atau dongeng yang pernah didengar

Keaksaraan Mengenal simbol-simbol

Mengenal suara-suara hewan atau benda yang ada di sekitarnya

Membuat coretan yang bermakna Meniru huruf

Pada permainan bola huruf ini dapat mengembangkan aspek kognitif, sosial emosiaonal, motorik dan bahasa. Hal ini menyesuaikan bentuk permainan yang dilakukan. Pada permainan ini peneliti membatasi pada pengembangan aspek bahasa saja. Terkait dengan kemampuan membaca permulaan melalui permainan bola huruf, kemampuan anak yang dapat tersimulasi adalah sebagai berikut: (a) kempuan menerima bahasa yang meliputi mengerti dua perintah yang diberikan

bersamaan; (b) mengungkapkan bahasa yang meliputi menjawab pertanyaan sederhana, menyebutkan kata-kata yang dikenal, menceritakan kembali cerita atau dongeng yang pernah didengar; (c) keaksaraan yang meliputi mengenal simbol- simbol dan meniru huruf.

3. Prinsip pembelajaran anak usia dini

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak perlu memperhatikan prinsip belajar yang berorientasi pada perkembangan anak dan dengan metode permainan yang menyenangkan, didasarkan pada minat dan pengalaman anak, mendorong terjadinya komunikasi baik individu maupun kelompok, dan bersifat fleksibel. Solehuddin (Masitoh, 2005: 6) mengungkapkan prinsip dasar pembelajaran anak usia dini sebagai berikut:

a. Anak aktif melakukan sesuatu atau bermain dalam situasi menyenangkan. b. Kegiatan pembelajaran dibangun berdasarkan pengalaman dan minat.

c. Mendorong terjadinya berkomunikasi dan belajar secara bersama dan individual.

d. Mendorong anak belajar dari resiko dan belajar dari kesalahan. e. Memperhatikan variasi perkembangan anak.

f. Bersifat fleksibel.

Peran guru dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak lebih bersifat sebagai pembimbing, motivator dan fasilitator. Guru perlu menyiapkan lingkunngan, bahan-bahan, kegiatan yang menantang dan dapat menstimulasi anak. Menurut Muslihatun (Masitoh, 2005: 6) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak yaitu:

a. Taman Kanak-kanak perlu menciptakan situasi pendidikan yang memberikan rasa aman dan menyenangkan;

b. Sifat kegiatan belajar adalah pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari;

c. Sifat kegiatan merupakan pengembangan berbagai kemampuan dasar anak.

Dokumen terkait