XV. KAJIAN (STUDI) 1. Safeguard Lingkungan
XV.2. Kajian Kelembagan BKM
62. Kegiatan kajian kelembagaan, dengan lokasi kajian di Provinsi NTT (Ngada dan Kupang) tersebar di 5 kelurahan/desa dan Provinsi Bali (Badung dan Denpasar) di 4 kelurahan/desa. Dari hasil sementara kajian kelembagaan, secara keseluruhan menunjukan hal yang positif, diantaranya beberapa BKM secara organisasi sudah cukup baik, diantaranya diindikasikan dengan administrasi dan kesekretariatan yang cukup baik, adanya pertemuan rutin antar anggota BKM, hampir seluruh BKM yang dilihat memiliki hubungan yang baik dengan Aparat Pemerintah setempat, diantaranya dengan melibatkan mereka dari mulai perencanaan bahkan terjun monitoring kegiatan bersama-sama BKM. Khususnya di Kabupaten Ngada, Banyak sumberdaya alam yang masih belum tergali dengan baik, misalnya Rempah-rempah, kopi, hasil pertanian dll.Modal sosial yang sangat tinggi, mengingat mereka sangat menjunjung tinggi adat istiadat, diindikasikan dengan a) Ada perkampungan adat, b) ada tradisi pertemuan rutin, seperti mingguan dlm malam wajib, tahunan dalam Pesta Reba, dan pertemuan-pertemuan lainnya. C) Ada juga Arisan Pendidikan yang disebut dengan Papa Dho'o, yaitu Arisan yang bertujuan untuk membiayai anak-anak anggota suatu kelompok untuk menempuh pendidikan pada jenjang tertentu, bahkan sampai perguruan tinggi. d) Ada tradisi lumbung padi di setiap perkampungan adat, sebagai cermin tradisi menabung di masyarakat.
63. Partisipasi. Dari sisi Partisipasi, Pelibatan/partisipasi masyarakat yang cukup tinggi, hampir di setiap kegiatan BKM, keterlibatan masyarakat cukup baik, mengingat kerukunan yang masih tinggi karena hubungan kekerabatan dan aturan adat istiadat yang masih dijaga dengan baik. Beberapa BKM sudah mulai belajar menjalin kemitraan, misalnya di Kabupaten Ngada dengan Replikasi program PAKET (PAKEM). Secara umum, adanya kelembagaan masyarakat yang sudah dibangun oleh program, turut memberikan warna terhadap kelembagaan lokal yang ada, dan kemanfaatannya juga dirasakan oleh masyarakat.
64. Layanan BKM/LKM. Dari sisi pelayanan warga miskin, Mayoritas BKM telah mampu menjalankan peran dan fungsinya dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Namun yang perlu diperhatikan adalah masyarakat harus lebih dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusannya. Di samping itu BKM masih belum dapat mengidentifikasi secara presisi, berapa jumlah KK miskin PS 2 yang telah terlayani dan berapa lagi yang belum terlayani. BKM mampu membuktikan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan penanggulangan kemiskinan. Hal ini setidaknya dibuktikan oleh BKM dalam pembangunan infrastruktur yang terbukti lebih mengena, tepat waktu, tepat sasaran dan berbudget lebih rendah dibandingkan jika dikerjakan oleh kontraktor. Masyarakat bahkan meyakini derajat ketepatan sasaran dan murahnya melebihi 30 % karena dibangun secara partisipatif bersama masyarakat secara gotong-royong. Hal yang sama juga dibuktikan pada pelaksanaan kegiatan ekonomi dan sosial meskipun derajat ketepatan sasaran dan efisiensinya lebih rendah ketimbang infrastruktur.
65. Pemahaman, Masih sangat minim penggalian pengetahuan-pengetahuan baru yang berbasis pengetahuan lokal, Tim merekomendasikan Perlu mendorong proses belajar dari Lapangan, dan menyusunnya menjadi bentuk-bentuk pengetahuan baru yang bermanfaat untuk BKM dan juga seluruh pelaku
23 66. Anggaran Dasar, Masih banyak Anggaran Dasar yang tidak mengikuti perkembangan kebutuhan dan juga minimnya adopsi aturan main program menjadi aturan main masyarakat, merekomendasikan Perlunya Review AD & Mengembangkan Aturan Lokal sesuai kebutuhan setempat.
67. Administrasi, Pada umumnya struktur administrasi Arsip dan Kesekretariatan BKM kurang tertata, merekomendasikan Segera perbaiki struktur administrasi arsip dan kesekretariatan BKM, minimal KMP merumuskan standar administrasi yang harus ada seluruh BKM.
68. Kemitraan, Kemitraan BKM masih memanfaatkan fasilitasi program-program SKPD dan belum banyak kemitraan dengan inisiasi BKM sendiri. Rata-rata kemitraan yang dibangun oleh BKM bukan merupakan kemitraan yang dibangun secara terrencana namun diawali secara personal. Namun hasilnya cukup bagus pada sejumlah BKM ketika telah berhasil bermitra dengan dunia usaha, apalagi swasta internasional. Beberapa BKM juga berhasil bermitra memfasilitasi pendidikan dasar dimediasi oleh kader-kader PKK yang juga menjadi relawan dan anggota BKM. Sebagaimana terlihat pada kemitraan antara BKM Dalung Kab Badung dengan Yayasan Cening Bali (Cening Bali foundation) Australia yang membiayai anak-anak sekolah yang kurang mampu. Program ini lumayan berkelanjutan karena diberikan tiap tahun kepada tiap siswa miskin baru. Besarnya Rp. 100 ribu per siswa ditambah US 5 dollar untuk tabungan yang hanya bisa diperuntukkan bagi biaya pendidikan. Hal ini menunjukan Masih minimnya variasi kegiatan kemitraan lokal. Tim Merekomendasikan Fasilitasi dan mendorong berbagai bentuk kegiatan kemitraan dengan berbagai pihak untuk peningkatan kapasitas BKM
69. Dana Bergulir, Sejumlah KSM ekonomi produktif yang telah meningkat pendapatannya (dibuktikan dengan LAR, PAR serta collateral) yang bagus dapat meminjam lebih dari Rp 1 juta.
Namun jika telah mencapai lebih dari Rp 2 juta dichannelkan dengan BRI. Sejumlah KSM telah diakseskan ke BRI. Di beberapa wilayah terjadi kemacetan, Pelatihan Pengembangan Kapasitas KSM belum teridentifikasi dengan baik sesuai kebutuhan KSM, terbukti beberapa KSM tidak berkelompok dengan teman-teman yang sesuai kapasitasnya masing-masing. Sebagian anggota KSM memiliki usaha yang tidak sejenis dan mengakses dana BLM secara individual. Beberapa alumni pelatihan bahkan dilepas di pasar kerja, sebelum dikelompokkan dalam KSM. Dibutuhkan peran-peran BKM untuk melembagakan peran-peran pengembangan kapasitas dan pengorganisasian SDM yang memperkuat modal sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terukur secara IPM, Minimnya inovasi peningkatan kinerja dana bergulir terjadi dibeberapa wilayah. Tim Merekomendasikan KMP Perlu mengembangkan strategi baru pengelolaan dana bergulir, untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan UPK, misalnya dengan mendorong pengembangan KSM dengan mentradisikan kebiasaan menabung sebelum mengakses dana bergulir. BKM di dorong memperbanyak pelatihan-pelatihan peningkatan kapasitas agar mempermudah peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin sebelum mengakses dana bergulir. Saran ini dikemukanan masyarakat seiring harapan agar syarat administrasi BKM lebih dipermudah agar warga miskin mampu mengakses program-program BKM. BKM harus lebih mentaati ketentuan AD dan ART secara tegas, termasuk dalam penerapan reward and punsihment. Terkait hal ini, dalam konteks pengelolaan dana bergulir, para responden menginginkan agar UPK lebih giat lagi dalam penanganan penagihan pinjaman kepada KSM-KSM yang menunggak sehingga KSM-KSM yang lancar pengembalian pinjaman dapat menerima dana pinjaman bergulir di antrian selanjutnya.
24 XVI. MANAJERIAL OSP & KORKOT
70. Uji Petik Korkot. Pengelolaan kegiatan uji petik masih lemah baik ditingkat OSP (Prov. Jatim) dan Korkot. Pelaksanaan uji petik OSP dan Korkot baru berjalan untuk Triwulan-1; hambatan terjadi karena Laporan SPPD dari Korkot masih belum lengkap. Uji petik yang dilakukan di Korkot adalah uji petik pemanfaatan BLM sedangkan uji petik siklus belum dilakukan. Hasil uji petik Korkot tidak dikonsolidasi di tingkat Provinsi.
Direkomendsasikan agar memberikan penguatan kapasitas dan dukungan kepada tim Korkot berdasarkan peta masalah yang diperoleh dari Uji Petik Tim OSP maupun analisa hasil uji petik tim korkot.
71. Uji Petik OSP Provinsi.
Temuan-temuan tentang uji petik antara lain :
Pengelolaan kegiatan uji petik masih lemah baik di tingkat OSP (Prov. Maluku Utara) dan Korkot.
Selama tahun 2013 belum ada realisasi kegiatan uji petik siklus (basis pendanaan kontrak OSP) baik yang dilakukan OSP maupun ditingkat Korkot akibatnya kegiatan pemantauan terhadap kualitas maupun ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan siklus (Master Schedule) sangat lemah.
Sejak mobilisasi OSP Provinsi, para Tenaga Ahli belum melaksanakan uji petik karena adanya kendala administratif penganggaran. Dalam kontrak dialokasikan dana uji petik TA dengan perjalanan dari Sorong ke Manokwari (PP); sedangkan para TA berkedudukan di Manokwari.
Perubahan penganggaran dalam proses revisi kontrak (dalam amandemen).
Biaya uji petik untuk tim tenaga ahli OSP maupun tim korkot telah disampaikan sesuai dengan besaran yang ada dalam kontrak.
Realisasi Usulan Uji Petik sangat minim baik untuk tim Tenaga Ahli OSP maupun untuk tim Korkot.
Dari awal mobilisasi OSP-7 di Bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013 : untuk Tim Tenaga Ahli Provinsi baru 1X di bulan Juni 2013 untuk 3 tenaga ahli, dan untuk tim Korkot baru terealisir 1X dengan capaian 4,6% di bulan Juni 2013.
Tim OSP telah menyusun rencana pengendalian langsung/Uji Petik sesuai dengan ketentuan project.
PD tidak memastikan dukungan manajemen terhadap kebutuhan pembiayaan program dilakukan secara tepat waktu.
OSP kurang intensif dalam memberikan support kepada tim korkot, dengan indikasi diantaranya; a).
Kurang maksimal memfasilitasi uji petik korkot, b). Tidak maksimal melakukan pengendalian uji petik tim korkot, c). Tidak memberikan feedback kepada tim korkot terhadap hasil uji petik baik yang dilakukan oleh tim OSP maupun oleh tim korkot sendiri melalui laporan uji petik yang harusnya direspon dan dianalisis oleh tim OSP, dan d). Tidak melakukan feedback dari hasil uji petik berupa penguatan/pengembangan kapasitas kepada tim korkot sesuai dengan persoalan dan permasalahan yang dihadapi tim korkot.
72. Administrasi Personalia.
Kontrak manajemen OSP 7 Provinsi NTB telah disosialisasikan dengan semua personil tenaga ahli dan tim korkot. Semua personil OSP telah dimobilisasi dan menyusun rencana kerja. Tim OSP telah memberikan dukungan kepada Satker dan PPK P2KP Provinsi NTB dalam hal administratif
73. Kelengkapan Personil.
Posisi Team Leader OSP Provinsi Papua Barat kosong sejak Juni 2013 dan sedang dalam proses persetujuan pergantian. Team Leader baru yang sudah ditetapkan tetapi belum bisa dimobilisasi karena
25 pendanaan untuk personil tersebut dikaitkan dengan amandemen kontrak yang saat ini belum selesai.
Mendemobilisasi tenaga ahli untuk kepentingan manajemen OSP, TA SIM didemobilisasi untuk ditempatkan di project yang lain tanpa mempertimbangkan kinerja OSP selanjutnya
Direkomendasikan agar : ada percepatan proses amandemen kontrak OSP-9atau surat tugas kepada TL baru sambil menunggu amandemen. Rekomendasi PPK atas usulan demobilisasi personil OSP perlu diperketat, bagian dari penilaian terhadap komitmen dan kinerja OSP
74. Kuota Personil OSP. TA LG, Asisten CD Mandiri dan seorang Faskel Sosial Kab Manokwari mengundukan diri sejak September 2013. Agar dilakukan rekrutmen TA LG, Askot CD Mandiri dari internal tim dan untuk Faskel dari luar.
75. BOP Korkot. BOP Tim Korkot telah disampaikan sesuai dengan nilai yang ada dalam kontrak.
Pembukuan BOP tidak dilakukan sesuai SOP, tim korkot hanya membuat LPJ BOP. Pembayaran BOP tim korkot selalu terlambat dari jadwal yang telah disepakati. Agar dilakukan optimalisasi peran PD dalam menjembatani komunikasi antara manajamen dengan kebutuhan lapang. KMP ikut aktif mengendalikan support manajemen OSP terhadap pelaksanaan program melalui pengendalian usulan invoice manajemen.
76. Pelaksanaan Tugas Tim OSP.
Rencana kerja Tim OSP masih sangat umum, kurang tajam dan operasional menterjemahkan MS yang dibuat oleh KMP, sehingga keberadaan/peran tim OSP belum begitu dirasakan oleh tim korkot.
Interelasi dari masing-masing tenaga ahli dalam memfasilitasi pencapaian program belum terbangun Tim OSP tidak memanfaatkan keunggulan dimasing2 kab/kota sebagai bahan belajar bagi kab/kota yang lain, misalnya dalam hal siklus kota di Kab Lombok Tengah relatif mempunyai produk2 hukum yang sangat bagus dalam menjamin keberlangsungan nangkis serta pelaku tingkat kota sudah sangat aktif berkiprah; bagaimana kondisi di Lombok Tengah ini bisa ditularkan kepada kab/kota yang lainnya.
Rekomendasi :
Review terhadap strategy operasional OSP, bagaimana tataperan dan pemastian kualitas dapat dilakukan secara sistemik
Optimalisasi peran PD dalam mengendalikan pencapaian kuantitas dan kualitas program, yakni dengan memberikan feedback terhadap capaian di masing-masing provinsi dari hasil2 supervisi dimasing-masing level.
Segera dilakukan review terhadap rencana kerja tenaga ahli OSP agar lebih operasional dan tajam mengacu pada kebutuhan lapang serta interelasi antar tenaga ahli dalam pencapaian tujuan program.
77. Dukungan terhadap Pemerintah dan Masyarakat. Tim OSP kurang mensupport stakeholder tingkat provinsi (Kadis PU; Satker PBL Provinsi; PPK; dll) dalam mendorong pencapaian program, support yang selama ini telah dilakukan baru dalam hal administratif
Rekomendasi :
Tim OSP perlu mengolah produk2 pengetahuan di masing2 kab/kota untuk menjadi bahan belajar dan advokasi buat kab/kota yang lain.
26
Support dan memaksimalkan peran Stakeholder Provinsi dalam mensukseskan pencapaian keberhasilan program, diantaranya : a). Support Kadis PU dengan profil dan progress PLPBK agar beliau bisa memastikan bahwa semua satker dilingkungan PU bisa mempertimbangkan RPLP/RTPLP dalam perencanaan kegiatannya dan b). Support PU dengan mengisi PBL Corner (pojok pameran).
78. Evaluasi Kinerja Personil.
Temuan-temuan tentang evaluasi kinerja meliputi :
Evaluasi kinerja personil baik di level OSP maupun di level Korkot dan fasilitator telah dilakukan sesuai jadwal/periode yang telah ditentukan. Evaluasi kinerja Tenaga Ahli OSP oleh TL telah dilakukan sesuai instrumen yang ada. Evaluasi Kinerja Personil oleh Tim Korkot kepada Tim Fasilitator telah dilakukan sesuai instrumen yang ada. Evaluasi Kinerja Personil oleh Tim Korkot kepada Tim Fasilitator sudah dilakukan dengan mekanisme yang benar, termasuk didalamnya hak bagi personil untuk menyatakan keberatan atas hasil yang disampaikan. Tim OSP telah mengkombinasikan antara Evaluasi Kinerja Personil dengan Kinerja Output Program.
Evaluasi kinerja Tenaga Ahli OSP oleh TL, masih kurang objektif dimana terdapat beberapa tenaga ahli yang belum memberikan fasilitasi atau menjalankan fungsinya dengan baik masih mendapat nilai tercapai (TA Training; TA Sosialisasi; TA LG). OSP Provinsi belum melakukan pengendalian langsung terhadap proses evaluasi kinerja faskel yang dilakukan oleh tim korkot. OSP Provinsi belum memberikan feedback thd hasil evkin, terutama berupa penguatan kapasitas/pembinaan kepada pelaku yang kinerjanya masih kurang baik di level tenaga ahli OSP maupun level korkot dan faskel.
Agar OSP menggunakan kinerja personil sebagai barometer keberhasilan pendampingan program.
OSP menjadikan hasil evaluasi kinerja personil untuk menyusun strategy penguatan kapasitas disemua level. PD dan TL harus lebih objektif dalam melakukan penilaian kinerja personil OSP. KMP memberikan feedback atas hasil evaluai kinerja personil OSP.
--- eof
27 DAFTAR LOKASI PERJALANAN DINAS
Periode : 1 Juli - 30 September 2013
OSP PROVINSI KOTA /
KABUPATEN
KELURAHAN KETERANGAN
5 Jawa Tengah Kota Semarang --- Kegiatan tingkat kota
Kab. Batang 1. Kalibeluk Kota Yogyakarta 1. Karang War
6 Jawa Timur Kab. Jombang 1. Mojongapit 6 Kalimantan Timur Kab. Bulungan 1. Pulau Bunyu Timur
2. Pulau Bunyu Barat 3. Pulau Bunyu Selatan Kota Balikpapan 1. Gunung Samarinda
7 Bali Denpasar --- tingkat nasional
Nusa Tenggara Barat Kota Mataram 1. Dasan Agung 2. Sayang-sayang
8 Sulawesi Selatan Kota Makassar 1. Kampung Buyan
2. Pa Baeng Baeng
28
OSP PROVINSI KOTA /
KABUPATEN
KELURAHAN KETERANGAN
5. Paccinongan
Sulawesi Tengah Kota Palu 1. Besusu Timur
2. Tatura Utara 3. Pantoloan 4. Kawatuna 5. Besusu Barat 6. Lambara
9 Maluku Kota Ambon 1. Rumah Tiga,
2. Lisane, 3. Silale,
Kota Masohi 1. Ampera
Maluku Utara Kota Kep. Tidore 1. Saodara 2. Indonesiana
Papua Barat Kota Sorong 1. Klablim
2. Klasaman Kab. Manokwari 1. Binerauw
2. Manokwari Barat 3. Manokwari Timur
Wil-1 Jawa Barat Kota Bogor -- Kegiatan KMP-1 & 2
Kab. Bogor --- Kegiatan KMP-1 & 2,
Kegiatan nasional
NAD Kota Banda Aceh -- Kegiatan KMP-1 & 2,
---eof