• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kritis Teologis Tentang Ajaran Tauhid

Dalam dokumen T1 712008020 Full text (Halaman 31-35)

Pada bagian ini akan dikaji pemahaman tentang ajaran Tauhid mengenai pemahaman tentang Allah, pemahaman tentang Yesus, pemahaman tentang Roh Kudus dan pemahaman inkarnasi secara Kritis.

4. 1. Kajian kritis teologis terhadap pemahaman Allah

Dalam ajaran Tauhid pemahaman Allah sang khalik semesta alam, adalah Allah yang memiliki pribadi yang esa. Allah sang khalik semesta alam di dalam Perjanjian Lama disebut YHWH dan Perjanjian Baru disebut Bapa, yang adalah pribadi yang sama.YHWH dan Bapa, kedua sebutan ini menunjuk kepada Pribadi Mahabesar yang sama, satu-satunya Allah yang benar. YHWH sebagai Allah yang esa.125Pemahaman ini tentunya sangat bertendensi pada dogmaUnitarian, teologi yang dibangun adalahmonoteisme-teosentris. Dimana hakekat Allah adalah pribadi yang esa, satu-satunya Allah. Esa dari kata Ibrani echad yang bersifat numerik, yang artinya satu atau tunggal. Tunggalnya pribadi YHWH diungkapkan bukan hanya oleh kata esa atau satu, namun juga satu-satunya, tidak ada yang lain, kecuali Aku tidak ada Allah.126

Sementara itu pemahaman Allah dalam kekristenan, Tuhan Allah sebagai sekutu umat-Nya, telah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya sebagai yang esa dengan firman dan karya-Nya dalam tiga cara berada, yakni sebagai Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Pemahaman ini senada dengan Verkuyl,

123 Tjahjadi Nugroho, Agama Kekuasaan dan Kekuasaan Agama, 41. 124 Tjahjadi Nugroho, Manusia Yesus Kristus, 197.

125 Ellen Kristi, Bukan Allah tapi Tuhan, 28. 126 Ellen Kristi, Bukan Allah tapi Tuhan, 28.

24

Harun, dan Boland & Niftrik mengenai pribadi Allah yang esa dalam tiga cara berada, dalam ajaran kekristenan disebut Tritunggal.127 Tritunggal itu ada di dalam keesaan dan keesaan itu ada di dalam Tritunggal.128Pemahaman Allah dalam kekristenan ini tentunya sangat bertendensi pada dogma Trinitas, dimana teologi yang dibangun adalah trinitas-teosentis.

Tentunya pemahaman Allah ajaran Tauhid dan kekristenan sangatlah bertolak belakang dalam hal mengintepretasikan Allah. Pembedaan antara ajaran Tauhid dengan kekristenan terletak pada kristosentrisme dan pneumasentrisme, dimana dalam ajaran Tauhid tidaklah menekankan kedua pemahaman tersebut (bahkan menolak) dan hanya menekankan mono-teosentrisme. Sedangkan monoteisme yang dibangun dalam kekristenan adalah trinitas-teosentris, yang didalamnya terdapat unsur teosentrisme, kristosentrisme, dan pneumasentrisme.129 Karena menurut Niftrik dan Boland, penyataan Allah dengan tiga cara berada tidak boleh dilepaskan atau dipisah-pisahkan satu sama lain, oleh karena keesaan Allah yang Tritunggal adalah keesaan-hakekat, keesaan hakiki.130 Disamping itu, menurut Verkuyl pengakuan ketritunggalan Allah tidaklah menghancurkan pengakuan tentang keesaan Allah.131

4. 2. Kajian kritis teologis terhadap pemahaman Yesus

Pemahaman Yesus dalam ajaran Tauhid adalah Anak Allah, ciptaan Allah yang sulung yakni seorang makhluk surgawi yang disebut dengan Malaikat, kemudian diutus Allah dalam misi penyelamatan manusia, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah kepada manusia. Sehingga Yesus disebut sebagai Malaikat Perjanjian. Oleh karena diutus dan diurapi oleh Allah, Yesus disebut sebagai Mesias.132 Ajaran Tauhid sendiri berangkat dari kaum Yudeo-Kristen yang sedikit banyak pemahaman imannya dipengaruhi oleh iman Yahudi yang bersifat monoteime-teosentris. Secara teologis mereka mengikuti ajaran Yesus Kristus,

127 Bandingkan J. Verkuyl, Aku percaya, 43, Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 103 dan G.C. van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 184.

128 J. Verkuyl, Aku percaya, 47.

129 Emanuel Gerrit Singgih, Iman & Politik dalam era Reformasi di Indonesia, (Jakarta: Gunung Mulia 2002), 176.

130 G.C. van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 184-185. 131 J. Verkuyl, Aku Percaya, 43.

25

beriman kepada YHWH, Allah Abraham dan menuruti perintah Allah dengan taat.133 Kaum Yudeo-Kristen percaya Yesus Kristus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.134

Sementara itu, pemahaman Yesusdalam kekristenan telah diperdebatan secara dialektis dalam sebuah konsili ekumenis selama berabad-abad. Hingga diputuskan dan ditetapkan dalam konsili Nicea bahwa Yesus satu hakekat (homo-ousia) dengan Allah, yang kemudian dituangkan dalam sebuah Pengakuan Iman (kredo) yang dipakai gereja-gereja hingga saat ini.135 Secara teologis pemahaman iman yang dihasilkan dalam konsili ekumenis berangkat dari pemahaman akan Allah dan Yesus (kristologi atas dan kristologi bawah).

Pembedaan antara ajaran Tauhid dengan kekristenan, secara teologis terletak pada pemahaman kristologi. Titik tolak pemahaman kristologi dalam ajaran Tauhid yang berangkat dari pemahaman iman kaum Yudeo-Kristen adalah sebuah pemahaman yang berangkat dari pengalaman iman mereka terhadap Yesus yang kemudian dikonsep dan dibahasakan menjadi sebuah iman percaya (kristologi bawah). Sehingga dengan tegas dalam ajaran Tauhid menolak adanya kesatuan Yesus dengan Allah, oleh karena Yesus adalah ciptaan Allah, bukan Allah, yang diangkat menjadi Anak Allah bukan Allah Anak. Hal ini sangatlah bertolak belakang dengan kekristenan, karena dalam kekristenan penekanan terhadap pemahaman iman akan Allah dan Yesus adalah homo-ousia (sezat, sehakikat), sehingga hakekat Yesus adalah Allah, Yesus adalah pribadi Allah dari cara-Nya berada.

Secara teologis ketika pengikut ajaran Tauhid ini berangkat dari pemahaman Yudeo-Kristen yang adalah pengikut Yesus Kristus dan menyebut dirinya sebagai orang Kristen, akan tetapi tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan Allah (homo-ousia) adalah sebuah kekeliruan, karena dalam teologi Soedarmo mengenai orang Kristen adalah orang yang mengikut Kristus, yang berarti bahwa ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus, mengakui Dia sebagai Tuhannya (1Kor 12:2, Mat 16:16) dan berusaha melayani Dia dengan segenap hatinya.136

133 Tjahjadi Nugroho, Manusia Yesus Kristus, 57. 134 Tjahjadi Nugroho, Manusia Yesus Kristus, 58.

135 Lihat bagian 2.1 Pemahaman Tuhan dalam sejarah kekristenan.

26

4. 3. Kajian kritis teologis terhadap Roh Kudus

Pemahaman Roh Kudus dalam ajaran Tauhid sebagai kuasa dari Allah yang dapat bekerja pada ciptaannya.137 Sedangkan dalam ajaran kekristenan, perdebatan Roh Kudus sama halnya dengan Yesus, telah diputuskan dan ditetapkan dalam konsili Nikea dan dikuatkan lagi dalam konsili Konstantinopel pertama bahwa Roh Kudus adalah pribadi yang sehakekat dengan Allah menurut ajaran Athanasius.138

Secara teologis pemahaman Roh Kudus dalam ajaran Tauhid, hanyalah sebatas kuasa dari Allah yang bekerja, akan tetapi dalam kekristenan, pemahaman Roh Kudus lebih dari sebuah kuasa, yakni sebuah pribadi yang memiliki kuasa. Sehingga sangatlah kurang tepat ketika kuasa Roh Kudus tidaklah berkepribadian, karena kuasa ada karena adanya pribadi yang bekerja. Roh Kudus adalah pribadi yang sehakekat dengan Allah yang bekerja dengan kuasanya sebagai wujud penyataan Allah kepada manusia dalam memperkenalkan diri-Nya di dalam firman dan karya-Nya.

4. 4. Kajian Kritis terhadap Yesus dalam pemahaman Inkarnasi menurut Ajaran Tauhid

Yesus dalam pemahaman inkarnasi menurut ajaran Tauhid sangat berbeda dengan ajaran Kekristenan pada umumnya. Hal ini karena, dalam ajaran Tauhid mereka mengklaim bahwa Yesus bukan Allah anak tetapi anak Allah.139 Jadi proses inkarnasi atau penyatuan dalam ketritunggalan dipandang dari sisi ketidaksetaraan atau hubungan yang tidak setara karena Yesus juga adalah ciptaan Allah. Bahkan ketidaksetaraan tersebut dapat dipahami dari pemahaman ajaran Tauhid yang menganggap bahwa Yesus sama atau setara dengan malaikat.

Berbeda dengan paham kekristenan pada umumnya yang menegaskan bahwa Yesus sehakekat dengan Allah atau satu dengan Allah dan bukan sebagai malaikat. Menurut Verkuyl, di dalam Firman atau Anak (Yesus), Allah keluar menyerahkan dan menyatakan diri sendiri, yang hakikatnya adalah Allah sendiri

137 Lihat bagian 3.3 Roh Kudus dalam ajaran Tauhid.

138 Lihat bagian 2.1 Pemahaman Tuhan dalam sejarah kekristenan. 139Ellen Kristi, Bukan Allah tapi Tuhan, 47.

27

dan telah menjadi sama dengan manusia di dalam Yesus Kristus dan hidup di antara manusia.140 Pada konteks penjelasan ini dapat dipahami bahwa Yesus adalah Allah dan Allah adalah Yesus dalam hubungan Tritunggal itu sebagai proses yang Ilahi dalam pemahaman Inkarnasi.

Dalam dokumen T1 712008020 Full text (Halaman 31-35)

Dokumen terkait