• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

G. Kajian Produk Akhir

Produk akhir diperoleh berdasarkan penilaian, saran, dan komentar dari exper judgement. Expert judgement tersebut, antara lain ahli materi pembelajaran bahasa Indonesia, ahli media pembelajaran, dan guru bahasa Indonesia kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Selain itu, produk akhir juga perlu mendapatkan penilaian dari para siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena- Upakara Wonosobo melalui angket penilaian. Produk akhir termasuk pada jenis media pembelajaran konvensional.

Produk dikemas dalam bentuk papan catur. “Scrabble” bahasa Indonesia dibuat dengan ukuran 44 x 44 cm, terbuat dari kayu dan triplek. Pembuatan kerangka fisik dari media tersebut menggunakan alat-alat manual sedangkan semua desain media pembelajaran menggunakan aplikasi, yaitu Corel Draw X7 dan Adobe Photoshop CC version 14.0. Berikut ini pemaparan komponen- komponen pada produk media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia.

1. Papan “Scrabble” bahasa Indonesia

Papan “Scrabble” bahasa Indonesia merupakan komponen pertama untuk bermain “Scrabble” bahasa Indonesia. Papan tersebut berukuran 44x44 cm. Papan “Scrabble” bahasa Indonesia terbuat dari kayu dan triplek. Media pembelajaran tersebut memadukan berbagai warna yang menarik, yaitu biru langit, jingga, hijau, coklat muda, dan kuning.

Gambar 41 Papan “Scrabble” bahasa Indonesia 2. Keping huruf

Keping huruf merupakan komponen kedua dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Keping huruf berukuran 2,8 cm. Keping huruf pada “Scrabble” bahasa Indonesia berjumlah 100 keping. Keping huruf berfungsi untuk menyusun kosakata bahasa Indonesia.

Gambar 42 Keping huruf

3. Petunjuk penggunaan

Petunjuk penggunaan merupakan komponen ketiga dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Petunjuk permainan berfungsi sebagai penjelasan berbagai aturan yang harus dilaksanakan saat bermain “Scrabble” bahasa Indonesia. Aturan-aturan tersebut meliputi konten, persiapan permainan, dan cara bermain.

4. Kartu topik

Kartu topik merupakan komponen keempat dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Kartu topik berisi topik-topik pembelajaran kelas VIII. Topik- topik tersebut nantinya menjadi acuan kosakata yang harus dicari oleh para pemain melalui permainan “Scrabble” bahasa Indonesia.

Gambar 44 Kartu topik 5. Kantong tas kecil

Kantong tas kecil merupakan komponen kelima dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Kantong tersebut berfungsi sebagai tempat keping huruf saat permainan “Scrabble” sedang berlangsung.

H.Pembahasan

Proses pembelajaran zaman sekarang sudah tidak lagi bergantung pada guru. Oleh karena itu, sumber belajar siswa juga harus mencakup berbagai aspek dengan memanfaatkan segala sesuatu yang dapat memfasilitasi belajar siswa. Sumber belajar tidak lagi bersumber pada guru. Hal ini sejalan dengan pernyataan (Dewi: 2012) yang menyatakan bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar. Guru zaman sekarang justru dituntut untuk lebih mampu memanfaatkan berbagai sumber belajar, mengkombinasi antara sumber belajar satu dengan yang lainnya. Pernyataan tersebut sama dengan pernyataan Association Educational Communication and Technology (AECT) (1977), yaitu semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu dapat digunakan siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi yang akan mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.

Guru yang memiliki kompetensi untuk mampu mengkombinasi berbagai sumber belajar berupa data, orang, wujud tertentu akan semakin mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Maka dari itu, guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar melainkan guru menjadi fasilitator yang mampu mengkombinasi sumber-sumber belajar. Guru dalam penyampaian sumber belajar tersebut juga menggunakan sebuah penyalur atau penghubung sehingga pesan ajar akan semakin mudah terserap oleh siswa. Penyalur atau penghubung tersebut adalah media pembelajaran. Media pembelajaran adalah penyalur/penghubung pesan ajar yang diadakan dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik (Munadi, 2010: 5).

“Scrabble” bahasa Indonesia merupakan media pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan siswa tunarungu SMPLB Dena- Upakara Wonosobo. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan menyatakan bahwa siswa tunarungu tersebut membutuhkan media pembelajaran yang berupa benda nyata/riil, memiliki warna yang menarik, mampu menciptakan pembelajaran yang interaktif. Maka dari itu, pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia disesuaikan dengan kebutuhan siswa tunarungu SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Pengembangan media tersebut juga bertolok ukur pada taksonomi Briggs. Dalam taksonomi tersebut menjabarkan bahwa media “Scrabble” bahasa Indonesia bersifat nyata, digunakan dalam kelompok, cocok untuk siswa dengan gaya belajar visual dan bermodel permainan. Model permainan memiliki kelebihan, yaitu mampu menciptakan interaksi satu sama lain. Penjabaran di atas sudah sesuai dengan hasil analisis kebutuhan siswa tunarungu SMPLB Dena-Upakara Wonosobo.

Anak tunarungu merupakan salah satu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sehingga dalam proses pembelajaran mereka perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu usahanya adalah mengembangkan sebuah media pembelajaran yang dirancang sesuai dengan keterbatasan mereka. Oleh karena itu, ABK memang harus mendapatkan taraf pendidikan yang baik dan mampu untuk bersaing dengan anak normal pada umumnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan Thompson (2010: 12) yang mengatakan bahwa ABK harus ditawarkan akses penuh terhadap pendidikan yang luas, seimbang, relevan, dan termasuk kurikulum yang tepat. Anak tunarungu menurut Shane adalah anak yang indera pendengarannya tidak

berfungsi sebagaimana mestinya (Shane, 1982: 3) atau Delphi (2006: 102) menyebutnya dengan istilah anak hendaya pendengaran yang berarti seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengarnya. Anak tunarungu memiliki beberapa keterbatasan dalam pembelajaran, seperti kurang memperhatikan guru di kelas, kesulitan mengikuti petunjuk lisan, enggan berpartisipasi secara oral, tergantung pada instruksi langsung dari guru, kemampuan akademik rendah (Delphi, 2006: 102).

Keterbatasan-keterbatasan di atas ternyata dapat dibuktikan melalui wawancara dengan guru Bahasa Indonesia kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Beliau menjelaskan fakta-fakta terkait dengan dinamika pembelajaran siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Maka dari itu, pengembangan media pembelajaran memang perlu untuk memperhatikan keterbatasan siswa tunarungu tersebut. Selain keterbatasan siswa, pengembangan media pembelajaran juga memperhatikan gaya belajar siswa tunarungu, yaitu gaya belajar visual. Pengembangan media pembelajaran dengan cara tersebut akan membantu siswa tunarungu untuk dapat mengatasi setiap keterbatasan mereka terutama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan menunjang pula gaya belajar mereka.

Jika anak tunarungu disamakan dengan anak normal pada umumnya dalam pemerolehan bahasa, seharusnya memiliki kemampuan lebih baik dalam menguasai sebuah bahasa daripada orang dewasa. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Darjowidjojo (2010: 43) yang menyatakan bahwa kemampuan anak untuk memahami bahasa jauh lebih cepat dan jauh lebih baik. Namun,

kemampuan anak tunarungu dalam menguasai bahasa mungkin akan berbeda dengan anak normal pada umumnya. Keterbatasan mereka menjadi hambatan untuk dapat menguasai bahasa lebih cepat dan lebih baik.

Penelitian dan pengembangan ini merupakan pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Perbendaharaan kata bahasa Indonesia merupakan salah satu cara untuk melihat seberapa berhasilnya seorang anak terutama anak tunarungu dalam menguasai bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia diharapkan mampu untuk membantu siswa tunarungu SMPLB Dena-Upakara Wonosobo dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

Hasil uji coba penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2016 memberikan hasil yang cukup baik terkait dengan pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia. Uji coba penelitian dilakukan dengan membagi dua subjek penelitian, kelompok kecil dan kelompok besar. Berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil, media “Scrabble” bahasa Indonesia mendapatkan rata-rata skor

sebesar 4,06 dengan kriteria “ sangat baik”, sedangkan pada kelompok besar, media “Scrabble” bahasa Indonesia mendapat rata-rata skor sebesar 3,51 dengan kriteria “baik”.

Dua uji coba penelitian tersebut kemudian direkapitulasi menjadi hasil validasi secara keseluruhan. Berdasarkan hasil rekapitulasi, media “Scrabble” bahasa Indonesia mendapatkan rata-rata skor sebesar 3,78 dengan kriteria “baik”. Selain data tersebut, para siswa tunarungu kelas VIII yang terbagi dalam kelompok kecil dan kelompok besar juga menghasilkan beragam kosakata bahasa

Indonesia. Kelompok kecil yang terdiri dari dua siswa tunarungu kelas VIII menghasilkan kosakata yang beragam dengan topik Drama. Kosakata- kosakatanya, antara lain: percakapan, tokoh, tema, karakter, latar, dan judul. Kelompok kecil mendapatkan skor sebesar 172. Kelompok besar yang terdiri dari delapan siswa tunarungu, dibagi ke dalam dua kelompok, dan masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa tunarungu. Kelompok besar pertama mendapatkan topik Poster menghasilkan kosakata, antara lain: warna, terang, gambar, menarik, tema, dan gelap. Kelompok besar pertama mendapatkan skor sebesar 170. Kelompok besar kedua mendapatkan topik Surat Resmi menghasilkan kosakata, antara lain: tulisan, bahasa, penutup, kepada, pembuka, kalimat, undangan, kop surat, isi surat, tanggal surat. Kelompok besar kedua mendapatkan skor 327. Penskoran tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan skor “Scrabble” bahasa Indonesia yang sudah tercantum di petunjuk penggunaan.

Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Dena-Upakara Wonosobo dapat disimpulkan bahwa media “Scrabble” bahasa Indonesia membantu siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Selain itu, media tersebut juga mampu untuk menciptakan pembelajaran interaktif dan meningkatkan keaktifan siswa tunarungu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

132

BAB V

PENUTUP

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pengembangan media “Scrabble” bahasa Indonesia bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) khususnya Siswa Tunarungu di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo dikembangkan dengan mengacu jenis penelitian Research and Development (R&D) dari Borg and Gall. Langkah-langkah penelitian R&D mengacu pada teori Borg and Gall yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Maka dari itu, langkah penelitian yang seharusnya ada sepuluh langkah diadaptasi menjadi enam langkah penelitian dan pengembangan. Langkah-langkah penelitian yang sudah dimodifikasi tersebut, meliputi (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, dan (6) uji coba produk dan (7) revisi dan penyempurnaan produk. “Scrabble” bahasa Indonesia merupakan media pembelajaran yang memiliki tujuan khusus, yaitu memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

2. Pengembangan media “Scrabble” bahasa Indonesia mendapatkan penilaian

kualitas “sangat baik” dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kosakata bahasa Indonesia. Penilaian kualitas media berasal dari para expert judgement yang sudah memiliki kompetensi dalam menilai sebuah media pembelajaran dan materi Bahasa Indonesia. Expert

judgement tersebut, yaitu ahli pembelajaran Bahasa Indonesia, ahli media pembelajaran, dan guru bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia menyatakan bahwa materi kosakata bahasa Indonesia layak digunakan. Ahli media memberikan skor 4,58 dengan kriteria sangat baik untuk media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia memberikan skor 4,25 dengan kriteria sangat baik untuk media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Dalam uji coba lapangan, para siswa tunarungu juga memberikan penilaian umpan balik yang baik terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Subjek penelitian memberikan skor 3,78 dengan kriteria baik. Selain itu, berdasarkan pemerolehan kosakata dengan media “Scrabble” bahasa Indonesia dan kegiatan pengamatan membuktikan bahwa kegiatan belajar dengan media “Scrabble” bahasa Indonesia sudah baik dan layak digunakan. Hasil-hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berhasil dalam membantu para siswa tunarungu belajar bahasa Indonesia terutama kosakata bahasa Indonesia. Media pembelajaran tersebut sangat tepat digunakan untuk anak-anak yang mempunyai kekurangan pada indera pendengaran mereka.

B.Implikasi

Pengembangan media “Scrabble” bahasa Indonesia ini dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa tunarungu kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Hal ini karena pengembangan produk media

“Scrabble” bahasa Indonesia dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan siswa kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo.

Namun, media “Scrabble” bahasa Indonesia juga dapat digunakan di lembaga atau sekolah lain. Maka dari itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia. Hal-hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut ini.

1. “Scrabble” bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai media untuk

memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

2. Kesesuaian media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia dengan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.

3. Kesesuaian media “Scrabble” bahasa Indonesia dengan taraf berpikir pembelajar.

4. Kesesuaian media “Scrabble” bahasa Indonesia dengan usia pembelajar. 5. Penerapan metode pembelajaran yang akan dilakukan di lembaga atau sekolah.

C.Keterbatasan Penelitian

Penelitian dan pengembangan media “Scrabble” bahasa Indonesia tidak selalu berjalan lancar dalam proses pengembangannya. Pengembangan media tersebut memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya sebagai berikut.

1. Analisis kebutuhan hanya bersumber pada wawancara dengan guru Bahasa Indonesia dan wali kelas VIII karena keterbatasan waktu dan jarak lokasi penelitian.

2. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan hanya dilakukan sampai langkah ketujuh dari prosedur penelitian dan pengembangan Borg and Gall karena keterbatasan biaya dan waktu.

3. Papan “Scrabble” bahasa Indonesia tidak diberi lubang dan keping huruf tidak diberi paku kecil.

4. Petunjuk penggunaan “Scrabble” bahasa Indonesia hanya menggunakan petunjuk penggunaan secara tertulis.

D.Saran

Saran-saran yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia sehingga jika ada penelitian dan pengembangan media seperti “Scrabble” bahasa Indonesia dan atau media konvensional lainnya dapat menghasilkan produk yang lebih baik. Berikut saran-saran yang dapat diperhatikan sebagai pertimbangan.

1. Analisis kebutuhan baiknya dilakukan dengan mewawancarai berbagai pihak seperti guru, kepala sekolah, dan siswa.

2. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan sebaiknya dilakukan sampai langkah kesepuluh dari prosedur penelitian dan pengembangan Borg and Gall agar menghasilkan produk yang lebih baik.

3. Papan “Scrabble” bahasa Indonesia baiknya diberi lubang dan keping hurufnya diberi paku kecil sehingga ketika penyusunan kosakata tidak mudah lepas.

4. Petunjuk penggunaan baiknya menggunakan rekaman video sehingga petunjuk lebih mudah untuk dimengerti.

5. “Scrabble” bahasa Indonesia dapat dikembangkan menjadi media

pembelajaran dengan model Braille, yaitu media yang dapat digunakan untuk anak tunanetra.

137

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Obor.

Delphi, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Setting Pendidikan Inklusi. Bandung: Refika Aditama.

Desiana, Eka. 2014. “Pengembangan Scrabble Hanacaraka sebagai Media Pembelajaran Aksara Jawa untuk Siswa Kelas VI di SD Negeri Keputran A Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Dewi. Rishe Purnama. 2012. Penentuan Cakupan, Urutan Materi, dan Penentuan Materi Pembelajaran. Disajikan pada mata kuliah bahan ajar dan media pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Gall, Meredith D, Joyce P. Gall, Walter R. Borg. 2007. Educational Research: An Introduction 8th. Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Guntara, Gun Gun. 2014. “Pengembangan Media Kartu Gambar Isyarat untuk Meningkatkan Kosa Kata Anak Tunarungu Kelas Dasar di SLB Kota Cimahi. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Holden, Stewart. 2012. The Scrabble Player’s Handbook. United States and Canada: Hasbro Inc.

Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Kompas.

Linawati, Ririn. 2013. “Penerapan Metode Mathernal Reflektif dalam Pembelajaran Berbahasa pada Anak Tunarungu di Kelas Persiapan SLB Negeri Semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Pranowo, Yuliana Setyaningsih, R. Kunjana Rahardi. 2015. Prosiding Seminar Nasional PIBSI XXXVII Optimalisasi Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Wahana Pembentukan Mental dan Karakter Bangsa di Era Globalisasi Menuju Indonesia Emas 2045. Artikel berjudul Pengembangan Media

Video Tematik Kelas V Tema 2 Subtema 1 Kurikulum 2013 karya Rishe Purnama Dewi dan Apri Damai Sagita Krissandi. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1989. PELLBA 2 Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya: Kedua. Yogyakarta: Kanisius.

______. 1990. PELLBA 3 Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya: Ketiga. Yogyakarta: Kanisius.

Rules Committee. 2011. Official Rules Tournament. United States and Canada: North American Scrabble Players Association. (NASPA).

Sadiman, Arief. 2008. Media Pendidikan, P engertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sedarmayanti. Syarifudin Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.

Shane. 1982. An Introduction Excepetional Children. United States: WCB. Smith, Keith W. 2009. Total Scrabble The (Un)Official Scrabble Record Book.

United States and Canada: Hasbro Inc.

Soedjito. 2011. Kosakata Bahasa Indonesia. Malang: Aditya Media.

Sudjana. Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Susantiyatno, Wastu Bondan. 2011. “Efektivitas Scrabble untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Thompson. Jenny. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Esensi Erlangga Group.

Widoyoko, Eko Putro. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

139

Lampiran 1 Lembar validasi media pembelajaran

Lembar Penilaian Media Pembelajaran oleh Ahli

Nama : ______________________

Berilah skor yang sesuai dengan memberikan tanda (√) pada kolom skor dan berilah komentar (bila diperlukan).

Keterangan:

1: Sangat tidak baik 2: Tidak baik 4: Baik 5: Sangat baik

A. Penilaian Media Pembelajaran

No. Aspek yang Dinilai Skor Keterangan 1 2 4 5

1. Kekreatifan pembuatan media “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata.

2. Kemenarikan media “Scrabble” digunakan dalam proses

pembelajaran.

3. Ketepatan pemilihan warna antara papan “Scrabble”, keping huruf, dan kartu topik.

4. Kesesuaian ukuran papan

“Scrabble” dengan keping huruf (tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar).

5. Media “Scrabble” mudah untuk disimpan.

6. Media “Scrabble” mampu menciptakan pembelajaran yang interaktif.

7. Kemudahan penggunaan media “Scrabble” untuk menunjang belajar kosakata bahasa Indonesia.

8. Kejelasan petunjuk penggunaan media “Scrabble”.

No. Aspek yang Dinilai Skor Keterangan 1 2 4 5

9. Media “Scrabble” cocok digunakan untuk siswa berkarakteristik belajar visual.

10. Media “Scrabble” mampu

meningkatkan kualitas belajar siswa. 11. Media “Scrabble” memiliki potensi

keberhasilan untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. 12. Media “Scrabble” mampu

meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.

Jumlah

B. Komentar dan Saran

C. Simpulan

Pengembangan media pembelajaran “Scrabble” dinyatakan: 1. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi.

2. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran. 3. Tidak layak digunakan/uji coba lapangan.

Yogyakarta, _______________

Lampiran 2 Pedoman wawancara

Lembar Wawancara Guru

1. Proses Pembelajaran

a. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII SMPLB Dena- Upakara Wonosobo?

b. Berapa lama durasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo?

2. Metode pembelajaran

a. Metode pembelajaran apa yang paling sering anda gunakan ketika mengajar bahasa Indonesia?

b. Berdasarkan karakteristik siswa tunarungu, metode pembelajaran apa yang paling cocok?

3. Hambatan dalam proses pembelajaran

a. Selama proses pembelajaran, masalah apa yang sering anda temukan di dalam kelas?

b. Apakah hambatan tersebut sudah teratasi dengan baik? Jelaskan.

4. Ketersediaan sumber bahan ajar dan media pembelajaran

a. Apa sajakah sumber belajar yang selama ini anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo? b. Apakah sajakah media pembelajaran yang sering anda gunakan untuk mengajar

5. Media Pembelajaran yang digunakan ketika proses pembelajaran bahasa

Indonesia.

a. Apakah jenis media pembelajaran yang sering digunakan ketika proses pembelajaran bahasa Indonesia?

6. Harapan tentang media pembelajaran baru

a. Media pembelajaran seperti apakah yang tepat digunakan sebagai sarana penyampaian materi untuk kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo? b. Apakah harapan anda berkaitan dengan media pembelajaran khusus untuk

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lembar Obervasi Siswa

Petunjuk pengisian: berilah tanda (√) pada hasil pengamatan sesuai dengan keadaan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

No. Aspek yang diamati Hasil Keterangan Ya Tidak

1. Memahami penggunaan media “Scrabble” sesuai petunjuk dan arahan dari guru.

2. Mampu menyusun keping-keping huruf menjadi sebuah kata sesuai dengan ejaan pada papan

“Scrabble”.

3. Media “Scrabble” mampu memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

4. Media “Scrabble” meningkatkan konsentrasi belajar.

5. Media “Scrabble” membangun pembelajaran yang interaktif.

6. Antusias untuk menggunakan media “Scrabble”.

7. Terlihat gembira selama proses permainan “Scrabble”.

8. Proses pembelajaran belajar secara kondusif.

Wonosobo, ...

Lampiran 4 Angket umpan balik siswa

Nama :

Kelas/Semester :

LEMBAR EVALUASI MEDIA “SCRABBLE” UNTUK SISWA

Petunjuk Pengisian

Pilih satu jawaban yang paling tepat dengan melingkari angka 1, 2, 4, dan 5 pada lembar jawaban yang tersedia.

1. Menurut kamu, apakah media “scrabble” ini menarik?

1 2 4 5

Sangat kurang menarik Kurang menarik Menarik Sangat Menarik

2. Menurut kamu, apakah warna media “scrabble” ini menarik?

1 2 4 5

Sangat kurang menarik Kurang menarik Menarik Sangat Menarik

3. Menurut kamu, apakah ukuran bentuk media “scrabble” ini tepat? (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil?

1 2 4 5

Sangat kurang tepat Kurang tepat Tepat Sangat tepat

4. Apakah kamu tertarik menggunakan media “scrabble”?

1 2 4 5

5. Menurut kamu, apakah media “scrabble” mudah digunakan untuk belajar kosakata bahasa Indonesia?

1 2 4 5

Sangat kurang mudah Kurang mudah Mudah Sangat mudah

6. Setelah bermain “scrabble”, apakah media “scrabble” ini membantu dalam menambah kosakata bahasa Indonesia?

1 2 4 5

Sangat kurang membantu

Kurang membantu

Membantu Sangat membantu

7. Setelah bermain “scrabble”, apakah kamu semakin suka belajar kosakata bahasa Indonesia?

1 2 4 5

Sangat kurang suka Kurang suka Suka Sangat suka

8. Setelah bermain “scrabble”, apakah kamu mampu belajar kosakata bahasa Indonesia secara mandiri?

1 2 4 5

Lampiran 6 Hasil wawancara analisis kebutuhan

Dokumen terkait