1. Pengertian Pernikahan
Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut arti majazi (mathaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian) yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita. Dalam bahasa Indonesia sehari-hari disebut akad Nikah dari kata aqad Nikah.16
Nikah artinya perkawinan sedangkan aqad artinya perjanjian. Jadi aqad nikah berarti perjanjian suci untuk mengikat diri dalam perkawinan antara seorang wanita
23
dengan seorang pria membentuk keluarga bahagia dan kekal (abadi). Suci berarti disini mempunyai unsur agama atau ketuhanan yang maha esa.
Menurut Sajuti Thalib, perkawinan ialah suatu perjanjian yang suci kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan membentuk keluarga yang kekal, santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tentram dan bahagia.17
Pernikahan itu bukan hanya untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lainnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.18
2. Bimbingan Pranikah
Bantuan yang diberikan berupa bimbingan tidak semata-mata hanya ketika seorang mendapatkan masalah, tetapi setelah masalah tersebut terselesaikan maka tetap terus diberikan bimbingan dalam hal pemeliharaan fisik, psikis maupun sosial. Jadi bimbingan yang diberikan tetap berjalan selama proses bimbingan berlangsung dan yang paling terpenting adalah mencegahan dari pada mengobati sehingga mereka bisa hidup lebih sejahtera. Proses bimbingan lebih mengarah kepada preventif atau
17 Mohd. Idris Ramulyo. Hukum Perkawinan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara 1996), h. 2.
24
pencegahan dan pemeliharaan yang dilakukan dan lebih cenderung kepada bimbingan kelompok.19
Begitu pula dalam bimbingan Pra_Nikah ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam bimbingan atau yang biasa disebut dengan kursus pranikah, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum diberlakukannya kursus pra-nikah adalah untuk mewujudkan keluarga yang sakînah, mawaddah, wa rahmah melalui
pemberiaan bekal pengetahuan, peningkatan pemahaman dan keterampilan tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga. Sedangkan tujuan khusus dari kursus pra-nikah adalah untuk menyamakan persepsi badan/lembaga dan terwujudnya pedoman penyelenggara kursus pra-nikah bagi remaja usia nikah dan calon pengantin.20
3. Penyelenggara Kursus Pra-nikah
Pedoman penyelenggaraan kursus pra-nikah dimaksudkan sebagai pedoman untuk para pejabat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam C.q Direktorat Urusan Agama Islam di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan KUA Kecamatan serta badan/lembaga yang menyenggarakan kegiatan kursus pra-nikah.10 Pedoman penyelenggaraan kursus pra-nikah tertera dalam Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kursus Pra-Nikah.21
19 Subekti Masri, Bimbingan Konseling Teori dan procedural, (Makassar: Aksara Timur 2016), h. 3-4.
20Badaruddin, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kursus Nikah: Modul Kursus
Pra-Nikah, (Yogyakarta: Seksi Urusan Agama Islam, 2012), h. 2.
25
Ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Dirjen Masyarakat Islam Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, bahwa penyelenggara kursus pra-nikah adalah Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau lembaga/organisasi keagamaan Islam lainnya sebagai penyelenggara kursus pra-nikah yang telah mendapat Akreditasi dari Kementerian Agama. Dengan adanya ketentuan ini, maka penyelenggaraan kursus pra-nikah dapat dilaksanakan oleh lembaga/badan di luar instansi pemerintah, dalam hal ini adalah KUA kecamatan, tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh badan/lembaga swasta yang telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama berfungsi sebagai regulator, pembina dan pengawas. Penyelenggaraan kursus pra-nikah sebagaimana diatur dalam pedoman ini dan memberi kesempatan yang luas kepada masyarakatuntuk ikut serta mengurangi angka perceraian dan kekerasan dalam keluarga.22
4. Sertifikat dan Pembiyaan Kursus Pra-Nikah
Setelah pasangan calon suami-isteri mengikuti kursus calon pengantin, kemudian BP4 membuat sertifikat sebagai bukti bahwa pasangan tersebut telah mengikuti suscatin. Sertifikat akan menjadi syarat perlengkapan pencatatan perkawinan pada saat mendaftar di KUA. Walaupun dokumen sertifikat ini sifatnya tidak wajib, tetapi sangat dianjurkan memilikinya, karena dengan memiliki sertifikat berarti pasangan pengantin sudah mempunyai bekalpengetahuan tentang membangun rumah tangga dan berupaya mempersiapkan diri secara matang untuk mengarungi
22 Badaruddin, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kursus Nikah: Modul Kursus
26
kehidupan baru, yaitu dengan membekali dirinya dengan pengetahuan dan pemahaman tentang seluk-beluk berumahtangga, sehingga apapun goncangan yang mereka hadapi nantinya akan diantisipasi secara baik.
Mengenai pembiayaan kursus pra-nikah ini sesuai ketentuan Pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra-Nikah, dapat bersumber dari dana APBN, APBD, dan sumber lain yang halal dan tidak mengikat. Selain sumber dana tersebut dapat pula dari iuran peserta atau bantuan dari masyarakat yang halal dan tidak mengikat serta mempunyai komitmen kuat untuk membantu berpartisipasi dalam pembinaan keluarga.
5. Dasar Hukum Perkawinan dalam Islam Menurut Fiqh Munakahat;
Dalil Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam Q.S An – Nisa/ 4:3
... Terjemahnya:
Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika
27
kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki...23
Ayat ini memerintahkan kepada orang laki-laki yang sudah mampu untuk melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah adil didalam memberikan kepada istri berupa pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan bahwa Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum Nabi Muhmmad saw. Ayat ini membatasi poligami sampai 4 orang saja. Ayat ini juga menjelaskan tentang diperbolehkannya seorang budak diperistrikan oleh tuannya. Namun hamba sahaya dan perbudakan pada zaman ini sekarang sudah tidak ada dan telah di hapuskan. 24
6. Perkawinan menurut kompilasi hukum Islam
Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 2 perkawinan adalah suatu pernikahan yang merupakan akad yang sangat baik untuk mentaati perintah Allah dan pelaksanaanya adalah merupakan ibadah.25
Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang smenurut perundang-undangan yang berlaku.
7. Sahnya perkawinan menurut hukum Islam
23Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Al-karim dan Terjemahan edisi
keluarga, Lajnah Pentashinan Mushaf Al-Qur’an. (Surabaya: Halim Publishing dan distributing, 2013),
h.. 77.
24Mohd. Idris Ramulyo. Hukum Perkawinan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara 1996), h. 4.
28
Menurut Undang–Undang Perkawinan tahun 1974; Landasan hukum terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan yang rumusannya:
Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Tiap–tiap perkawinan dicatat menurut peraturan–peraturan, pereundang –undangan yang berlaku.26
8. Perceraian Menurut Hukum Islam
a. Pengertian perceraian
Perceraian ialah putus hubungan perkawinan antara suami dengan isteri. Dan percerain biasanya terjadi disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1) Istri atau suami mandul
Jika istri mandul, maka untuk kemaslahatan suami, dia boleh menceraikannya, selanjutnya kawin lagi dengan wanita lain yang mungkin dapat melahirkan anak. Sebaliknya jika suami yang mandul, maka untuk kemaslahatan isteri, dia dapat mengajukan gugatan perceraian untuk selanjutnya dapat kawin dengan laki-laki lain yang mungkin beranak atau berketururnan. Jadi perceraian itu ada kalanya untuk kemaslahatan suami, ada kalanya untuk kemaslahatan isteri dan ada kalanya untuk kemaslahatan mereka berdua dan anak.27
Salah satu tujuan utama dari perkawinan ialah untuk memperoleh anak atau keturunan. Dengan kemandulan salah seorang diantara mereka berdua, maka berarti salah satu tujuan pokok perkawinan menjadi lenyap.
2) Tidak terdapat kerukunan dalam rumah tangga
26Ibid, h. 50.
29
Kerukunan dan kesepakatan adalah merupakan unsur utama bagi pembinaan rumah tangga bahagia. Jika hubungan perkawinan dalam situasi kemelut yang melanda rumah tangga itu dilanjutkan terus, tentu akibatnya akana menimbulkan rasa permusuhan yang berkesinambungan antara mereka berdua dan akhirnya rumah tangga hancur berantakan. Maka salah satu jalan keluar dari kemelut itu, mereka harus bercerai. Dan untuk menertibkan perceraian itu, agama islam menetapkan beberapa peraturan.28
Tujuan dari peraturan-peraturan itu ialah untuk kebahagiaan suami atau isteri, atau keduanya atau utnuk kebahagiaan mereka berdua dan anak-anak. Perceraiana menurut hukum Islam amat tidak disukai, kecuali jika kemelut dalam rumah tangga tidak dapat lagi di atasi.
Realitas yang terlihat dari masyarakat, terjadinya kadangkala penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. yang tidak sempurna juga menjadi penyebab tidak terwujudnya kebahagiaan dalam rumah tangga. Pada hal keimanan dan ketaqwaan manusia, sesungguhnya sangat berpengaruh kepada kemampuan seseorang menghadapi berbagai masalah atau problema kehidupan. Hasil penelitian Dadang Hawari menunjukkan bahwa kebahagiaan hidup di dalam keluarga ternyata erat kaitannya dengan komitmen agama, sebagai berikut:
a) Pasangan yang berpegang teguh kepada ajaran agama dalam kehidupan berkeluarga menduduki peringkat tertinggi bagi keberhasilan dan kebahagiaan dalam berumah tangga.
30
b) Pasangan yang tidak berpegang kepada ajaran agama dalam kehidupan sehari hari menduduki peringkat tertinggi untuk kegagalan dan ketidak bahagiaan dalam berumah tangga.
c) Rumah tangga yang tidak mempunyai komitmen agama, mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk mengalami broken home (suami/isteri/anak minggat, kekerasan dalam rumah tangga, penyalahgunaan NAZA (Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif).29
Perceraian dapat terjadi dengan cara: Talak, Khulu, Fasakh, Li’an, Ila’.30
Pengertian:
Talak menurut bahasa artinya “mengungkai” atau “melepaskan ikatan” (hallul ‘aqdi). dan menurut hukum Islam mengungkai (melepaskan) ikatan perkawinan dan
mengakhiri hubungan suami-isteri.
Adapun landasan hukum talak itu firman Allah, hadis nabi SAW dan ijma’ ulama antara lain Q.S Al-Baqarah / 2:229
... Terjemahnya:
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.31
29Dadang Hawari, Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi, (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002), h.10.
30 Fuad Said. Perceraian Menurut Hukum Islam, op.cit, h. 2,
31 Kementrian Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an Al-karim dan Terjemahan edisi
keluarga, Lajnah Pentashinan Mushaf Al-Qur’an. (surabaya: Halim Publishing dan distributing, 2013),
31
Dan hadis Nabi SAW riwayat Abu Daud dan Al-Hakim (sahih) dari Ibnu Umar:
َبْغَضُْ َْ َْلَالِ إْلَْ ْل َّهلَ لِ إْلَّى َّل َْْاَلِ
Artinya:“Halal yang paling dibenci Allah adalah thalak.”32
Ayat dan hadis yang tersebut di atas menunjukkan adanya hukum talak menurut ajaran Islam. Dan tentang adanya hukum talak itu, para ulama ijma’ mengakuinya. Tidak terdapat ikhtilaf di antara mereka. Dan menunjukkan pula dari semua yang halal yang paling tidak di sukai Allah adalah Talak.33
Khulu’ menurut bahasa artinya “tanggal”. Misalnya disebutkan “khala’a
tsaubahu” artinya “dia telah meninggalkan pakaiannya.” Dinamakan demikian karena wanita itu adalah pakaian laki-laki dan laki-laki itu adalah pakaian wanita, sebagaimana maksud firman Allah Q.S Al-Baqarah 2/187:
.... Terjemahnya:
32Ammi Nur Baits, Halal yang Dibenci Allah, https://konsultasisyariah.com/29419-halal-yang-dibenci-allah.html. diakses 31/07/2018
32
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.”34
Khulu’ disebut juga “fida” atau tebusan, karena isteri meminta cerai kepada
suaminya dengan membayar sejumlah tebusan atau imbalan. Adapun khulu’ menurut hukum islam ialah ”perceraian suami isteri dengan tebusan atau imbalan dari isteri kepada suami.”35
Fasakh ialah pembatalan akad dan melepaskan ikatan perkawinan antara
suami dengan istri. Fasakh dapat terjadi karena cacat dalam akad atau karena sebab lain yang datang kemudian dan mencegah kelanjutan perkawinan.36
Li’an menurut bahasa artinya “berjauhan” (Al-Muba’adah). Misalnya, firman
Allah (La’anahullahu) artinya Allah telah menjauhkan atau menyingkirkannya. Dinamakan demikian karena suami isteri dalam perkara ini jauh dari rahmat Allah atau karena mereka saling berjauhan, sehingga tidak boleh berhimpunan lagi untuk selama-lamanya.
Menurut hukum Islam, li’an ialah : suami bersumpah empat kali apabila menuduh istrinya berzinah, bahwa ia termasuk orang-orang yang benar. Pada kali yang kelima dikatakannya bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang pendusta. Dan isterinya bersumpah empat kali untuk menolak (mendustakan keterangan suami), bahwa ia (suami) termasuk orang-orang pendusta. Pada kali yang
34 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Al-karim dan Terjemahan edisi
keluarga, Lajnah Pentashinan Mushaf Al-Qur’an.. (surabaya: Halim Publishing dan distributing,
2013), h. 29
35 Fuad Said. Perceraian Menurut Hukum Islam, op.cit., h. 95.
33
kelima dikatakannya bahwa kemurkaan Allah atasnya, jika dia (suami) termasuk orang-orang yang benar.37
Ila’ menurut bahasa artinya “bersumpah” atau “terlarang dengan sumpah”.
Dan menurut istilah hukum islam, ialah “bersumpah suami yang sah talaknya, tidak akan mencampuri istrinya tanpa batas waktu atau lebih dari empat bulan”.
Pada masa jahiliah, ila’ itu adalah talak. Suami tidak mencampuri istrinya selama setahun atau dua tahun, dengan maksud utnuk menyakitinya semata-mata. Maka agama islam merubahnya, dengan menetapkan batas waktu empat bulan.
Dalam masa itu, suami dapat berfikir kembali untuk kembali atau menceraikannya.
Jika ia rujuk dalam masa itu, dan mencampuri isterinya, maka ia wajib membayar kifarat sumpah, tetapi jika ia tidak mau rujuk dan masa empat bulan itu sudah lewat, maka dia harus mentalaknya.
Adapun landasan hukum ila’ itu firman Allah Q.S Al-Baqrah / 2:226
Terjemahnya:
kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
34
Pada firman Allah swt yang lain Q.S Al-Baqrah / 2:227
Terjemahnya:
dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.38
Meng-ilaa' isteri Maksudnya: bersumpah tidak akan mencampuri isteri. Dengan sumpah ini seorang wanita menderita, karena tidak disetubuhi dan tidak pula diceraikan. Dengan turunnya ayat ini, maka suami setelah 4 bulan harus memilih antara kembali menyetubuhi isterinya lagi dengan membayar kafarat sumpah atau menceraikan.39
9. bimbingan dan konseling Islam a. pengertian bimbingan
secara etimologis kata bimbingan merupakan kata terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, menuntu, ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat di aritikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Kalau sekiranya seorang mahasiswa datang kepada penasehat akademiknya menyampaikan bahwa sampai saat terakhir pembayaran uang SPP hari ini, uang kirimannya belum datang, lalu dosen penasehat akademiknya meminjamkan mahasiswa tersebut uang
38 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Al-karim dan Terjemahan edisi
keluarga, Lajnah Pentashinan Mushaf Al-Qur’an. (surabaya: Halim Publishing dan distributing, 2013),
h. 36
35
utuk pembayaran SPP nya itu, tentu saja bantuan ini bukan bentuk bantuan yang dimaksudkan dengan pengertian bimbingan.40
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam year’s book of
education 1995, yang menyatakan :
“Guidance is a proses of helping individual through their own effort to
discover and develop their potentialities both for personal happiness and social usefulness”.
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanyan sendiri utnuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial.41
Menurut Arthur J . Jhones, seperti yang dikutip olrh Dr. Tohari Musnamar Bimbingan sebagai pertolongan yang di berikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan ialah membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendri.42
Berdasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan para ahli di atas serta prinsip-prinip yang terkandung di dalam pengertian bimbingan maka dapat di simpulkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah di persiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang di milikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan tehnik bimbingan
40 Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), h. 3
41 Ibid, h. 4 42 Ibid, h. 5,
36
dalam suasana asuhan yang normatif agar mencapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.43
b. Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologi berarti “to give advice” atau member saran dan nasihat. Di samping itu istilah bimbingan selalu di rangkaikan dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral.
Konseling merupakan salah satu tehnik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa tehnik lainnya, namun konseling sebagaimana di katakan oleh Schmuller adalah “the heart of guidance program”. Selanjutnya dikatakan pula oleh Ruth Strang bahwa “guidance is breader; counseling is a most importance tool of guidance”. Bimbingan itu lebih luas, dan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan.44
c. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontiniu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragam yang di miliki secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah saw ke dalam diri, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.
43 Ibid, h. 9.
37
Bila internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits itu telah di capai dan fitrah beragama itu telah berkembang secara optimal maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah swt. dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus juga berfungsi untuk menyembah/mengabdi kepada Allah swt. Jadi karakteristik manusia yang menjadi tujuan bimbingan islam ini adalah manusia yang mempunyai hubungan baik dengan Allah swt dengan manusia dan alam semesta (Hablum minal lahi wa hablum minan nas).45