BAB 2 DASAR TEORI
2.1 KAJIAN PUSTAKA
2.2.9 D-ITG
Distributed Internet Traffic Generator (D-ITG) merupakan sebuah platform yang dapat menghasilkan traffic dengan menganut pada platform dengan akurat karena pola traffic tersebut sudah ditentukan oleh waktu keberangkatan pada paket atau Inter Departure Time (IDT) serta pada proses stokastik Packet Size (PS).
17
Gambar 2.8. Arsitektur D-ITG
Pada Gambar 2.8 menunjukkan sebuah arsitektur yang dimiliki oleh D-ITG, pada gambar tersebut terlihat hubungan antara platform yang disediakan oleh D-ITG. Berikut merupakan penjabaran tiga komponen utama yang terdapat pada arsitektur D-ITG :
a. ITG Send
ITG send merupakan sebuah komponen pengiriman pada D-ITG. Pada ITG Send dapat beroperasi pada tiga mode yang berbeda yaitu :
1. Mode aliran tunggal, ITG send hanya menghasilkan satu aliran saja.
Satu utas tersebut bertanggung jawab dalam membangkitkan arus serta memanajemen dari saluran sinyal melalui protokol TSP.
2. Mode beberapa aliran, ITG send menghasilkan satu set arus, pada mode ini beroperasi sebagai aplikasi dengan satu utas yang menerapkan prokol TSP mendorong proses pembuatan dan utas lain menghasilkan traffic
3. Mode daemon, pada mode ini ITG Send dikelola melalui jarak jauh oleh ITGManager menggunakan ITGApi. Dalam mengumpulkan data yang dihasilkan pada saat proses pembangkitan ITGSend baik secara lokal maupun jarak jauh menggunakan server ITGLog.
b. ITG Recv
Pada ITGRecv bekerja sebagai daemon. Saat permintaan koneksi TSP datang, ITGRecv bertanggung jawab dalam mengelola komunikasi
18
dengan pengirim. ITGRecv dapat menyimpan informasi baik secara lokal maupun dalam jarak jauh dengan menggunakan ITGLog server log.
c. ITGLog
ITG Log merupakan server log yang bekerja pada server yang berbeda dengan host yang dimiliki ITGSend dan ITGRecv, ITGLog menyimpan serta menerima informasi log dari pengirim dan penerima. Hal tersebut ditangani oleh signaling protocol, protocol ini memungkinkan setiap pengirim dan penerima untuk mendaftar dan meninggalkan server log.
Informasi log dapat dikirim dengan TCP dan UDP [24].
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 ALAT YANG DIGUNAKAN
Dalam pembuatan sistem ini dibutuhkan software dan hardware untuk menunjang penelitian dalam mendapatkan data data yang pada akhirnya akan diolah untuk dianalisis. Perancangan sistem ini bertujuan untuk mempermudah dalam menguji parameter QoS dalam skalabilitas controller POX.
3.1.1 Perangkat Hardware
Perangkat hardware yang digunakan dalam pembuatan sistem ditunjukkan pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Spesifiksi Perangkat
Perangkat Spesifikasi
Sistem Operasi Windows 10
Processor Intel Celeron CPU N3060
RAM 4 GB
3.1.2 Perangkat Software
Perangkat software yang dibutuhkan dalam menunjang terbangunnyam sistem ini adalah sebagai berikut:
a. Virtualbox digunakan dalam membuat virtualisasi sistem operasi tambahan yang digunakan dalam sistem operasi utama. Virtual machine yang digunakan pada penelitian ini yaitu pada versi
b. Mininet digunakan untuk membuat jaringan serta mensimulasikan data plane pada SDN. Mininet akan digunakan pada sistem operasi ubuntu versi 14.04 LTS
c. Controller POX, RYU, ONOS digunakan untuk mengkontrol seluruh infrastruktur jaringan
d. D-ITG dan Iperf digunakan untuk membangkitkan trafik saat melakukan proses pengujian
3.2 ALUR PENELITIAN
20
Pada gambar 3.1 menunjukkan alur pengujian yang dijalankan dengan melalui beberapa tahap meliputi studi literatur, merancang arsitektur jaringan, melakukan konfigurasi sistem, pengujian controller, pengambilan data dan menganalisa data
Gambar 3.1. Flowchart Alur Penelitian a. Studi Literatur
Pada gambar 3.1 merupakan alur penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini, pada tahap awal yang dilakukan yaitu studi literatur. Hal yang dilakukan dalam studi literatur yaitu melakukan pengumpulan referensi, materi, penelitian yang akan diajukan sebagai acuan dan tolak ukur dalam melakukan penelitian ini.
Tujuan lain dalam melakukan studi literatur yaitu pengembangan penelitian dari penelitian sebelumnya sehingga terdapat inovasi inovasi terbarukan. Pengumpulan materi dapat berupa jurnal, e-book, buku, dan website-website rujukan lainnya.
21 b. Perancangan Arsitektur Jaringan
Pada pengujian ini, arsitektur jaringan yang digunakan yaitu topologi liner dengan menempatkan 1 controller pada topologi yang memiliki switch dan host yang berbeda. h menunjukan host, s menunjukkan switch dan c0 menunjukan controller yang digunakan, penghubung antara switch dan host berlaku sebagai protocol openflow Pada perancangan arsitektur jaringan ini menggunakan 4 topologi dengan menerapkan 1 network yang sama serta jenis topologi yang sama dan terdiri dari 10 switch, 12 switch, 14 switch dan 16 switch.
Gambar 3.2. Topologi Linear dengan 10 Switch dan 10 Host
Pada gambar 3.2 menunjukan topologi linear dengan menggunakan 10 switch dan 10 host, pada setiap host terhubung dengan switch dan switch tersebut terhubung dengan semua switch serta satu buah controller.
22
Gambar 3.3. Topologi linear dengan 12 switch dan 12 host
Pada gambar 3.3 menunjukan topologi linear dengan menggunakan 12 Switch dan 12 Host, setiap switch terhubung dengan dengan host dan pada setiap switch terhubung dengan switch lainnnya serta satu buah controller.
Gambar 3.4. Topologi linear dengan 14 switch dan 14 host
Gambar 3.4 menunjukan topologi linear dengan menggunakan 14 switch dan 14 host. Setiap host terhubung dengan satu switch dan setiap switch terhubung dengan switch lainnya serta satu buah controller.
23
Gambar 3.5. Topologi linear dengan 16 switch dan 16 host
Pada gambar 3.5 menunjukan topologi linear dengan menggunakan 16 switch dan 16 host. Sama dengan pada pengujian pada topologi sebelumnya, setiap host terhubung dengan satu switch dan setiap switch terhubunga dengan switch lainnya serta satu buah controller.
Tabel pengalamatan untuk host yang digunakan pada saat menjalankan simulasi terdapat pada tabel 3.2. Apabila dalam membangun arsitektur jaringan mengalami kegagalan maka dilakukan perbaikan pada script program yang dijalankan.
Tabel 3.2 Skenario Pengujian Controller
Topologi Linear Awal Tujuan
Host IP Address Host IP Address 10 Switch dan Host Host – 10 10.0.0.10 Host - 1 10.0.0.1 12 Switch dan Host Host – 12 10.0.0.12 Host - 1 10.0.0.1 14 Switch dan Host Host – 14 10.0.0.14 Host - 1 10.0.0.1 16 Switch dan Host Host – 16 10.0.0.15 Host - 1 10.0.0.1
c. Konfigurasi sistem
Sistem yang digunakan adalah melakukan konfigurasi pada mininet. Mininet digunaan dalam pembuatan topologi jaringan, menghubungkan controller POX, Ryu dan ONOS yang akan disimulasikan pada pengujian ini. Pada gambar 3.6 menunjukan topologi linier yang dibuat pada mininet telah terhubung dengan controller POX, pada gambar 3.7 menunjukan tampilan controller
24
ONOS pada web yang telah terhubung dengan mininet, pada gambar 3.8 menunjukan controller Ryu yang telah terhubung dengan mininet. Pada gambar 3.5 hingga gambar 3.7 menunjukan script yang dibuat dengan menggunakan mininet.
Gambar 3.6. Controller POX terhubung dengan mininet
Gambar 3.7. Controller ONOS terhubung dengan mininet
25
Gambar 3.8. Controller Ryu terhubung dengan mininet
Gambar 3.9. Script pada mininet
26
Gambar 3.10. Script pada mininet
Gambar 3.11. Script pada mininet
d. Skenario Pengujian Controller
Pada simulasi ini terdapat beberapa skenario pengujian yang digunakan dalam mendapatkan nilai QoS untuk membandingkan performansi pada controller yang digunakan yang diterapkan pada 4 topologi jaringan. Pada topologi 3.2 h1 dan h10 digunakan sebagai komunikasi data yang akan diamati, h1 berperan sebagai penerima trafik data dan h10 sebagai pengirim trafik data sedangkan h9 dan h2 digunakan sebagai pembangkit background traffic h9 sebagai user dan h2 sebagai server, pada topologi 3.3 h1 dan h12 digunakan sebagai komunikasi data yang akan diamati, h1 berperan sebagai penerima
27
trafik data dan h12 sebagai pengirim trafik data sedangkan h11 dan h2 digunakan sebagai pembangkit background traffic h11 sebagai user dan h2 sebagai server, pada topologi ketiga yang terdapat pada gambar 3.4 h1 dan h14 digunakan sebagai komunikasi data yang akan diamati, h1 berperan sebagai penerima trafik data dan h14 sebagai pengirim trafik data sedangkan h13 dan h2 digunakan sebagai pembangkit background traffic h13 sebagai user dan h2 sebagai server, pada topologi yang terakhir yang terdapat pada gambar 3.5 h1 dan h16 digunakan sebagai komunikasi data yang akan diamati, h1 berperan sebagai penerima trafik data dan h16 sebagai pengirim trafik data sedangkan h15 dan h2 digunakan sebagai pembangkit background traffic h15 sebagai user dan h2 sebagai server. Pada pengujian ini, host yang digunakan sebagai komunikasi data yang akan diamati menggunakan tools D-ITG sedangkan host yang digunakan sebagai pembangkit background traffic menggunakan Iperf.
Nilai background traffic yang digunakan bervariatif sesuai dengan yang diuraikan pada tabel 3.3 serta pengujian diterapkan pada topologi yang berbeda bertujuan untuk melihat pengaruh bertambahnya switch dan host pada performansi dalam jaringan. Untuk setiap background traffic yang diujikan, dilakukan pengujian sebanyak 30 kali. Dalam kurun waktu 20 detik pada setiap percobaan, dari percobaan tersebut dapat diambil hasil data untuk dilakukan analisa nilai QoS.
Tabel 3.3 Besaran Background Traffic
Protokol Data
28
Gambar 3.12 Perintah pada Iperf
Pada gambar 3.12 menunjukan perintah yang dijalankan dengan menggunakan iperf untuk membangkitkan background traffic, pada perintah -u merupakan jenis paket yang dikirimkan adalah paket UDP sedangkan untuk -c menunjukan bahwa host 9 berlaku sebagai user dan disertakan ip server sebagai penerima, untuk -t merupakan waktu yang digunakan untuk mentransmiskan data, yaitu selama 20 detik dan -b merupakan bandwidth
e. Pengambilan data
Pengujian dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter QoS troughput, delay dan jitter. Data yang akan digunakan dalam pengujian menggunakan protocol UDP dalam pengujiannya menggunakan tools bernama D-ITG. Pada D-ITG seluruh pengujian akan disimpan pada log file, dalam log file ini terdapat beberapa jenis paramater yang diujikan.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan unjuk kerja controller POX, Ryu dan ONOS yang diterapkan pada topologi dengan jumlah switch dan host yang berbeda dan background traffic yang berbeda.
Gambar 3.13. Perintah untuk mengirimkan data pada D-ITG.
Pada gambar 3.13 merupakan salah satu contoh pengiriman data pada topologi dengan 10 host. Pada script di atas h10 berperan sebagai pengirim data karena pada script yang dijalankan terdapat perintah ITGSend, untuk -a menunjukan bahwa host yang berperan sebagai penerima data memiliki alamat ip 10.0.0.1, -T menunjukan protocol yang digunakan saat melakukan pengujian, pada pengujian diatas menggunakan protocol UDP, untuk perintah -C merupakan jumlah paket yang dikirimkan setiap detiknya dan pada perintah di atas paket
29
yang dikirimkan sebanyak 10 paket per detik, pada perintah -c merupakan paket yang dikirimkan dari h10 menuju h1 yaitu sebesar 64.000 byte sehingga besar data yang dikirimkan menjadi 12,8 MByte dan bernilai konstant terhadap background traffic yang berubah untuk perintah -t yaitu waktu yang dibutuhkan dalam melakukan pengiriman trafik data, pada pengujian ini dibutukan waktu 20.000 ms atau 20 s dan pada script terakhir terdapat perintah -x yang mana perintah tersebut digunakan untuk menyimpan file hasil pengujian atau yang disebut log file pada host penerima data.
Gambar 3.14. Penamaan Log file
Pada gambar 3.14 terdapat script yang menunjukan perintah ITGRecv yang mana perintah tersebut digunakan untuk menerima data dan file.log tersebut untuk membuat file sebagai tempat tersimpannya hasil pengujian setiap data
Gambar 3.15. Perintah untuk menguraikan Log file
Pada perintah gambar 3.15 ITGDec merupakan perintah yang digunakan untuk menguraikan log file dan nama file.log digunakan untuk melihat parameter – parameter hasil uji.
30
Gambar 3.16 Log File pengujian D-ITG
Pada gambar 3.16 merupakan log file pengujian D-ITG, pada log file tersebut tersimpan informasi – informasi yang berisi parameter QoS berupa jumlah waktu yang dibutuhkan, minimal delay, maksimal delay, rata rata delay, rata rata jitter, rata rata bitrate semua pengujian tersebut akan tersimpan pada log file dan akan dianalisa.
31
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, mengujikan performansi beberapa jenis controller yang digunakan dalam jaringan Software Defined Network dengan mengujikan tiga jenis controller yaitu controller POX, Ryu dan ONOS. Pengujian performansi menggunakan protocol UDP pada topologi linear dengan jumlah switch dan host yang berubah. Pengujian ini dilakukan dengan mengkomunikasikan dua buah host yang akan diujikan yang terdapat pada skema yang terdapat pada gambar 3.2, 3.3, 3.4 dan 3.5, dengan pengujian menggunakan background traffic sebesar 50Mbps, 100Mbps, 150Mbps dan 200Mbps. Pengujian ini dilakukan selama 20 detik dengan setiap detiknya mengirimkan 10 paket data dan setiap background traffic diujikan sebanyak 30 kali. Untuk membangkitkan background traffic menggunakan iperf sedangkan untuk mengirimkan besar data menggunakan tools D-ITG, dalam D-ITG tertera hasil parameter QoS, dalam penelitian ini menganalisa parameter troughput, delay dan jitter yang akan dibandingkan pada hasil nilai setiap controller. Hasil data dari pengujian QoS ini akan dianalisa menggunakan standarisasi pada TIPHON.
4.1. PENGUKURAN PARAMETER TROUGHPUT
Troughput dari penelitian yang diambil dari log file yang tersimpan pada host server, semakin besar nilai troughput yang didapatkan pada sebuah pengujian jaringan maka semakin bagus pula kualitas sebuah jaringan tersebut. Dalam pengujian parameter troughput memiliki satuan Kbits/sec. Pada pengujian ini membandingkan nilai parameter troughput pada controller POX, Ryu dan ONOS dengan menggunakan topologi linear yang memiliki jumlah switch dan host yang berbeda.
4.1.1 Pengujian Topologi 10 Switch dan 10 Host
Pada tabel 4.1 menunjukan grafik data dengan pengujian menggunakan controller POX, Ryu dan ONOS dengan menggunakan pengujian background traffic 50Mbps, 100Mbps, 150Mbps dan 200Mbps.
Tabel 4.1. Hasil data troughput 10 switch dan 10 host
Nswitch & NHost
32 10 Switch & 10 Host
50 5.138,285 5.131,776 5.139,034 100 5.141,357 5.132,200 5.140,465 150 5.139,268 5.130,486 5.139,439 200 5.138,913 5.128,925 5.138,935
Gambar 4.1 Grafik data pengujian troughput 10 switch dan 10 host Pada pengujian pertama menggunakan background traffic sebesar 50Mbps, controller POX menghasilkan nilai troughput sebesar 5.138,285 Kbits/sec dan mengalami rata rata peningkatan tertinggi pada pengujian menggunakan background traffic sebesar 100 Mbps menjadi 5.141,357 Kbits/sec, kemudian mengalami penurunan nilai troughput pada pengujian background traffic 150 Mbps menjadi 5.139,268 Kbits/sec dan terjadi penurunan kembali pada pengujian background traffic sebesar 200 Mbps menjadi sebesar 5.138,913 Kbits/sec.
Pengujian menggunakan controller Ryu pada background traffic 50 Mbps menghasilkan nilai troughput sebesar 5.131,776 Kbits/sec dan pada pengujian background traffic 100 Mbps kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 5.132,200 Kbits/sec, namun ketika pengujian menggunakan background traffic 150 Mbps terjadi penurunan troughput menjadi sebesar 5.130,486 Kbits/sec dan kembali mengalami penurunan pada pengujian background traffic 200 Mbps menjadi sebesar 5.128,925 Kbits/sec. pada pengujian menggunakan controller ONOS menghasilkan nilai troughput sebesar 5.139,034 Kbits/sec pada pengujian
5122
Troughput 10 Switch & 10 Host
POX RYU ONOS
33
background traffic 50 Mbps dan mengalami peningkatan kembali pada pengujian background traffic 100 Mbps menjadi sebesar 5.140,465 Kbits/sec, namun mengalami penurunan nilai troughput pada pengujian background traffic 150 Mbps menjadi sebesar 5.139,439 Kbits/sec dan kembali mengalami penurunan pada pengujian background traffic 200 Mbps menjadi sebesar 5.138,935 Kbits/sec 4.1.2 Pengujian troughput pada 12 switch dan 12 host
Pada tabel 4.2 Menunjukan pengujian menggunakan 12 switch dan 12 host.
Dengan menggunakan background traffic 50 Mbps, 100 Mbps, 150 Mbps dan 200 Mbps.
Tabel 4.2. Hasil data troughput pada 12 switch dan 12 host
Nswitch & NHost 100 5.142,960 5.132,352 5.141,546 150 5.141,521 5.131,731 5.141,341 200 5.141,291 5.131,377 5.140,164
Gambar 4.2. Grafik data pengujian troughput pada 12 switch dan 12 host Pada pengujian menggunakan controller POX dengan background traffic 50 Mbps menghasilkan nilai troughput sebesar 5.139,891 Kbits/sec kemudian mengalami peningkatan pada pengujian menggunakan background trafic 100 Mbps
5124
Troughput 12 Switch & 12 Host
POX RYU ONOS
34
menjadi 5.142,96 Kbits/sec, namun pada pengujian menggunakan background traffic 150 Mbps mengalami penurunan menjadi sebesar 5.141,521 Kbits/sec dan kembali mengalami penurunan pada pengujian background traffic menjadi sebesar 5.141,291 Kbits/sec. Pada controller Ryu menghasilkan nilai 5.132,935 Kbits/sec menggunakan percobaan background traffic 50 Mbps kemudian mengalami penurunan pada background traffic 100 Mbps menjadi sebesar 5.132, 352 Kbits/sec, lalu kembali mengalami penurunan pada pengujian background traffic 150 Mbps menjadi sebesar 5.131,731 Kbits/sec dan kembali mengalami penurunan ketika pengujian background traffic 200 Mbps menjadi 5.131,377 Kbits/sec. Pada controller ONOS, pengujian menggunakan background traffic 50 Mbps menghasilkan nilai troughput sebesar 5.139,333 Kbits/sec kemudian nilai troughput meningkat menjadi 5.141,546 Kbits/sec pada pengujian menggunakan background traffic 100 Mbps, namun mengalami penurun pada pengujian background traffic 150 Mbps menjadi sebesar 5.141,341 Kbits/sec kemudian kembali mengalami penurunana pada pengujian menggunakan background traffic 200 Mbps menjadi sebesar 5.141,341 Kbits/sec.
4.1.3 Pengujian troughput pada 14 Switch dan 14 Host
Pada tabel 4.3 menunjukkan hasil pengujian menggunakan 14 Switch dan 14 Host dengan menggunakan background traffic sebesar 50 Mbps, 100 Mbps, 150 Mbps dan 200 Mbps.
Tabel 4.3. Hasil data troughput 14 switch dan 14 host
Nswitch & NHost 100 5.143,154 5.131,881 5.142,606 150 5.142,179 5.131,050 5.140,690 200 5.141,441 5.129,470 5.140,278
35
Gambar 4.3. Grafik pengujian troughput 14 switch dan 14 host Pada pengujian menggunakan controller POX dengan background traffic 50 Mbps menghasilkan nilai troughput sebesar 5.139,987 Kbits/sec kemudian mengalami peningkatan pada pengujian menggunakan background traffic 100 Mbps menjadi 5.143,154 Kbits/sec, namun pada pengujian menggunakan background traffic 150 Mbps mengalami penurunan menjadi sebesar 5.142,179 Kbits/sec dan kembali mengalami penurunan pada pengujian background traffic 200 Mbps menjadi sebesar 5.141,441 Kbits/sec. Pada controller Ryu menghasilkan nilai 5.131,529 Kbits/sec menggunakan percobaan background traffic 50 Mbps kemudian mengalami peningkatan pada background traffic 100 Mbps menjadi sebesar 5.131,881 Kbits/sec, lalu mengalami penurunan pada pengujian background traffic 150 Mbps menjadi sebesar 5.131,05 Kbits/sec dan kembali mengalami penurunan ketika pengujian background traffic 200 Mbps menjadi 5.129,47 Kbits/sec. Pada controller ONOS, pengujian menggunakan background traffic 50 Mbps menghasilkan nilai troughput sebesar 5.139,541 Kbits/sec kemudian nilai troughput meningkat menjadi 5.142,606 Kbits/sec pada pengujian menggunakan background traffic 100 Mbps, namun mengalami penurun pada pengujian background traffic 150 Mbps menjadi sebesar 5.140,69 Kbits/sec kemudian kembali mengalami penurunan pada pengujian menggunakan background traffic 200 Mbps menjadi sebesar 5.140,278 Kbits/sec.
4.1.4 Pengujian troughput pada 16 switch dan 16 host
5120
Troughput 14 Switch & 14 Host
POX RYU ONOS
36
Pada tabel 4.4 menunjukan hasil percobaan menggunakan 16 Switch dan 16 Host dengan menggunakan background traffic 50 Mbps, 100 Mbps, 150 Mbps dan 200 Mbps.
Tabel 4.4. Hasil data troughput 16 Switch dan 16 Switch
Nswitch & NHost 100 5.144,082 5.132,105 5.143,444 150 5.142,344 5.131,177 5.139,240 200 5.141,919 5.062,968 5.137,562
Gambar 4.4 Grafik pengujian troughput 16 Switch dan 16 Host Pada pengujian menggunakan controller POX dengan background traffic 50 Mbps menghasilkan nilai troughput sebesar 5.140,211 Kbits/sec kemudian mengalami peningkatan pada pengujian menggunakan background trafic 100 Mbps menjadi 5.144,082 Kbits/sec, namun pada pengujian menggunakan background traffic 150 Mbps mengalami penurunan menjadi sebesar 5.142,344 Kbits/sec dan kembali mengalami penurunan pada pengujian background traffic 200 Mbps menjadi sebesar 5.141,919 Kbits/sec. Pada controller Ryu menghasilkan nilai 5.132,559 Kbits/sec menggunakan percobaan background traffic 50 Mbps kemudian mengalami penurunan pada background traffic 100 Mbps menjadi
5020
Troughput 16 Switch & 16 Host
POX RYU ONOS
37
sebesar 5.132,105 Kbits/sec, lalu mengalami penurunan pada pengujian background traffic 150 Mbps menjadi sebesar 5.131,177 Kbits/sec dan kembali mengalami penurunan ketika pengujian background traffic 200 Mbps menjadi 5.062,968 Kbits/sec. Pada controller ONOS, pengujian menggunakan background traffic 50 Mbps menghasilkan nilai troughput ssebesar 5.140,664 Kbits/sec kemudian nilai troughput meningkat menjadi 5.143,444 Kbits/sec pada pengujian menggunakan background traffic 100 Mbps, namun mengalami penurun pada pengujian background traffic 150 Mbps menjadi sebesar 5.139,240 Kbits/sec kemudian kembali mengalami penurunan pada pengujian menggunakan background traffic 200 Mbps menjadi sebesar 5.137,562 Kbits/sec.
Troughput merupakan nilai yang berhasil diterima dalam interval waktu tertentu. Secara keseluruhan, nilai troughput akan semakin besar ketika jumlah switch dan host bertambah. Kenaikan nilai troughput disebabkan karena background traffic yang diujikan semakin besar sedangkan penurunan nilai troughput disebabkan karena pemberian background traffic semakin besar dan dalam waktu yang relatif singkat sehingga mengakibatkan penurunan pada performa controller tersebut.
4.2 Pengukuran Parameter Delay
4.2.1 Pengukuran delay pada 10 Switch dan 10 Host
Pada tabel 4.5 menunjukan hasil pengujian parameter delay menggunakan background traffic 50 Mbps,100 Mbps, 150 Mbps dan 200 Mbps terhadap 10 Switch dan 10 Host.
Tabel 4.5 Hasil data nilai delay pada 10 Switch dan 10 Host
Nswitch & NHost
38
Gambar 4.5. Grafik data pengujian delay pada 10 Switch dan 10 Host Pada pengujian controller POX menggunakan background traffic 50 mbps menghasilkan nilai delay sebesar 0,076 ms kemudian meningkat pada percobaan menggunakan background traffic 100 Mbps menjadi sebesar 0,078 ms lalu meningkat kembali pada percobaan menggunakan background traffic 150 Mbps menjadi sebesar 0,080 ms lalu pada percobaan menggunakan background traffic 200 Mbps delay yang diperoleh 0,08 ms. Percobaan menggunakan controller Ryu menghasilkan 0,079 ms pada background traffic 50 Mbps kemudian mengalami peningkatan pada background traffic 100 Mbps menjadi 0,080 ms, lalu kembali meningkat pada background traffic 150 Mbps menjadi 0,084 ms dan kembali meningkat pada percobaan background traffic 200 Mbps menjadi 0,085 ms. Pada controller ONOS, percobaan dengan background trafik 50 Mbps menghasilkan nilai delay sebesar 0,098 kemudian pada background traffic 100 Mbps meningkat menjadi sebesar 0,100 ms lalu pada percobaan 150 Mbps menghasilkan nilai delay sebesar 0,100 ms dan kembali meningkat pada percobaan background traffic 200 Mbps menjadi 0,102 ms.
4.2.2 Pengujian delay pada 12 Switch dan 12 Host
Pada tabel 4.6 menunjukan hasil dari pengujian menggunakan 12 Switch
Delay 10 Switch & 10 Host
POX RYU ONOS
39
Tabel 4.6. Hasil data nilai delay pada 12 Switch dan 12 Host
NSwitch & NHost
4.6. Grafik data pengujian delay pada 12 Switch dan 12 Host
Pada pengujian controller POX menggunakan background traffic 50 Mbps menghasilkan nilai delay sebesar 0,090 ms kemudian mengalami penurunan pada percobaan menggunakan background traffic 100 Mbps menjadi sebesar 0,084 ms lalu meningkat kembali pada percobaan menggunakan background traffic 150 Mbps menjadi sebesar 0,087 ms lalu pada percobaan menggunakan background traffic 200 Mbps meningkat kembali menjadi 0,091 ms. Percobaan menggunakan controller Ryu menghasilkan 0,092 ms pada background traffic 50 Mbps kemudian mengalami peningkatan pada background traffic 100 Mbps menjadi 0,093 ms, lalu kembali meningkat pada background traffic 150 Mbps menjadi 0,099 dan pada percobaan background traffic 200 Mbps menghasilkan delay sebesar 0,099 ms.
Pada controller ONOS, percobaan dengan background trafik 50 Mbps menghasilkan nilai delay sebesar 0,110 ms kemudian pada background traffic 100
0
Delay 12 Switch & 12 Host
POX RYU ONOS
40
Mbps meningkat menjadi sebesar 0,111 ms lalu pada percobaan 150 Mbps nilai delay meningkat menjadi sebesar 0,112 ms dan pada percobaan background traffic 200 Mbps menghasilkan delay sebesar 0,112 ms.
Mbps meningkat menjadi sebesar 0,111 ms lalu pada percobaan 150 Mbps nilai delay meningkat menjadi sebesar 0,112 ms dan pada percobaan background traffic 200 Mbps menghasilkan delay sebesar 0,112 ms.