• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Permainan Bulutangkis

Menurut Tony Grice (1996: 1) bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di dunia. Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur, berbagai tingkat keterampilan, pria maupun wanita memainkan olahraga ini. Bulutangkis adalah permainan yang menggunakan raket, shuttlecock, net, dan lapangan. Raket adalah alat pemukul shuttlecock sebagai objek pukulan. Permainan bulutangkis dibatasi oleh net yang memisahkan antara pemain satu dengan pemain lainnya. Pada saat permainan berlangsung masing-masing pemain harus berusaha agar

shuttlecock tidak menyentuh lantai di daerah permainan sendiri. Menurut

Herman Subardjah (2000: 13) apabila shuttlecock jatuh di lantai atau menyangkut di net maka permainan berhenti. Herman Subarjah (2000: 13) menyatakan bahwa permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan oleh satu orang melawan satu orang, dan dua orang melawan dua orang. Terdapat lima partai yang dipertandingakan yaitu, tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Menurut sistem kejuaran 2008 permainan bulutangkis dimainkan dengan menggunakan skor rally point dan sistem two winning

11

dinyatakan menang bila mencapai poin 21. Apabila terjadi douce salah satu pemain dinyatakan menang apabila selisih dua poin.

Menurut Herman Subardjah (2000: 10-11) kejuaran tingkat dunia dalam bulutangkis yang diselenggarakan oleh IBF (Internasional Badminton

Federational). Kejuaraan di nomor beregu diantaranya adalah Thomas Cup

untuk beregu putra, Uber Cup untuk beregu putri, dan Sudirman Cup untuk beregu campuran. Pada Kejuaran Dunia nomor perorangan diantaranya Kejuaraan Dunia (Word Badminton Championship) dan Kejuaraan Dunia Yunior (Word Badminton Junior of Bimantara Championship). Sedangkan kejuaraan dunia yang diselengarakan oleh negara tertentu seperti, All England, Japan Open, Indonesia Open, Malaysia Open, Swedia Open, Thailand Open, China Open dan beberapa kejuaraan dunia lainnya. Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat. Dengan adanya klub-klub bulutangkis dapat dijadikan bukti bahwa olahraga ini banyak diminati masyarakat. Sejalan dengan perkembangan olahraga bulutangkis pembinaan harus dilakukan sejak dini untuk mencapai prestasi yang optimal.

Herman Subardjah (2000: 13) menjelaskan bahwa tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan menjatuhkannya di lapangan sendiri. Maka pemain harus berusaha secepat

12

mungkin mengembalikan shuttlecock ke daerah lapangan lawan dan berusaha untuk menyulitkan lawan dalam pengembalian shuttlecock.

Menurut Herman Subarjah (2000: 14) bulutangkis adalah permainan yang memerlukan keterampilan gerak yang bersumber dari tiga keterampilan dasar yaitu, lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif. Gerak lokomotor terdapat gerakan menggeser, melangkah, berlari, berbalik arah, memutar badan, dan melompat. Gerak non-lokomotor terlihat dari sikap berdiri, misalnya saat menerima servis, saat melakukan servis, menjangkau, dan saat siap berdiri di lapangan, sedangkan gerak manipulatif yaitu, gerakan memukul shuttlecock dari berbagai posisi.

Pemain bulutangkis yang baik dituntut untuk menguasai salah satu komponen dasar, yaitu teknik dasar bulutangkis. Menurut Tohar (1992: 34) teknik dasar permainan bulutangkis adalah penguasaan pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis. Teknik-teknik tersebut harus dapat dikuasi dengan tujuan dapat mengembalikan shuttlecock ke daerah lapangan lawan.

2. Hakikat Postur Tubuh a. Pengertian Postur Tubuh

Menurut kamus besar bahasa Indonesia postur tubuh adalah bentuk, keadaan tubuh, sikap perawakan, perawakan seseorang. Tubuh adalah seluruh jasad manusia atau binatang yang kelihatan dari ujung kaki sampai ujung rambut. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (2003: 109), bahwa postur tubuh merupakan perpaduan antara tinggi badan, berat badan, serta berbagai ukuran

13

anthropometrik lainnya yang ada pada diri seseorang. Tinggi badan merupakan bagian tubuh yang sangat penting mempengaruhi senua aktivitas kegiatan olahraga, sehingga dalam permainan bulutangkis disamping diperlukan kelincahan juga membutuhkan tinggi badan untuk mencapai hasil ysng maksimal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ditimbulkan dari pengaruh ibu sejak masih dalam kandungan, kondisi ibu yang berpengaruh seperti gizi makanan, aktivitas fisik dan kondisi emosional. Faktor eksternal adalah faktor yang ditimbulkan dari pengaruh lingkungan (keturunan, gizi makanan, sistem kelenjar hormon, musim dan iklim, suku bangsa, kondisi sosial ekonomi, kondisi psikososial dan kecenderungan sekuler (Saputra, 2000: 21). Setiap individu mempunyai tingkat postur tubuh yang berbeda-beda, adapun pandangan yang mengungkapkan perbedaan itu meliputi perbedaan kualitatif dan kuantitatif, perbedaan kualitatif menunjukkan bahwa pada dasamya memang berbeda sedangkan perbedaan kuantitatif menunjukan semata-mata karena adanya perbedaan dalam proses, adanya persamaan dari keduanya mengakui bahwa tiap-tiap individu akan berbeda tingkat postur tubuhnya.

Menurut wahjoedi (2001: 57), berpendapat bahwa tinggi badan diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna tanpa alas kaki, dari pendapat di atas dapat diukur dari kepala bagian atas sampai telapak kaki bagian bawah,

14

sehingga tinggi badan sangat mempengaruhi dalam permainan bulutangkis. “Furqon H. (2003: 13), menyatakan bahwa tinggi badan adalah jarak vertical dari lantai ke ujung kepala (vertex)”. Tinggi badan ini merupakan faktor penting di dalam berbagai cabang olahraga. Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata anak remaja laki-laki adalah 69 inci, sedangkan tinggi rata-rata remaja perempuan hanya 64 inci. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia sekitar11 atau 12 untuk anak perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak laki-laki. Dalam tahun ini, tinggi kebanyakan anak perempuan bertambah sekitar 3 inci dan tinggi kebanyakan anak laki-laki bertambah lebih dari 4 inci (Zigler & Stevenson, 1993).

Adapun faktor penyebab laki-laki rata-rata lebih tinggi dari pada perempuan adalah karena laki-laki memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak perempuan. Dengan demikian, mereka mengalami penambahan pertumbuhan selama 2 tahun pada masa anak-anak. Tinggi rata-rata anak perempuan pada saat ia memulai percepatan pertumbuhan adalah sekitar 54 atau 55 inci, sedangkan tinggi rata-rata anak laki-laki adalah sekitar 59 atau 60 inci. Karena penbambahan tinggi anak laki-laki dan anak perempuan selama masa remaja sekitar 9 atau 10 inci dan setelah itu pertumbuhan relatif lebih sedikit, maka perempuan pada akhirnya lebih pendek dibanding dengan rata-rata laki-laki (Seifert & Hoffnung, 1994).

15

Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil, pada masa remaja menjadi terlalu besar. Hal ini terlihat jelas pada pertunbuhan tangan dan kaki, yang sering terjadi tidak proporsional. Perubahan proporsi tubuh yang tidak seimbang ini menyebabkan remaja merasa kaku dan canggung, serta khawatir bahwa badannya tidak akan pernah serasi dengan tangan dan kakinya. Perubahan-perubahan dalam proporsi tubuh selama masa remaja juga terlihat pada perubahan ciri-ciri wajah, dimana wajah anak-anak mulai terhilang, seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi lebih luas, mulut melebar, dan bibir menjadi lebih penuh. Di samping itu, dalam perubahan struktur kerangka, terjadi percepatan pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak dalam tubuh. Perkembangan otot dari kedua jenis kelamin terjadi dengan cepat ketika tinggi meningkat. Akan tetapi, perkembangan otot laki-laki lebih cepat, dan mereka memiliki lebih banyak jaringan otot, sehingga anak laki-laki lebih kuat dari anak perempuan.

Postur tubuh, struktur badan dan fisik yang baik merupakan salah satu hal penunjang yang sangat penting bagi seseorang agar bisa menjadi seorang atlet. Karena untuk menjadi seorang atlet tidak hanya berdasarkan pada minat yang tinggi, tetapi harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti syarat motoric, somatik, dan ukuran tubuh atau fisik yang baik sehingga bisa tercapai prestasi yang diinginkan.

16

Menurut Haryono (2008: 3), masalah ukuran postur tubuh beserta bagian-bagian tubuh yang dimiliki oleh setiap atlet dapat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam penampilan olahraga”. Dalam beberapa cabang olahraga, postur tubuh yang tinggi dengan berat badan yang ideal dan kondisi fisik yang baik akan menunjang pencapaian prestasi olahraga yang tinggi. Pendapat di atas menerangkan bahwa, penting untuk pelatih mengetahui ukuran-ukuran tubuh atlet-atletnya, sehingga dengan mengetahui postur tubuh, struktur badan, ukuran-ukuran tubuh yang baik pada atlet bisa meningkatkan pencapaian prestasi.

Menurut Supariasa (2002:57) tinggi badan merupakan bagian dari antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dari telapak kaki sampai ujung kepala. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Aspek biologis yang berupa struktur dan postur tubuh seperti halnya tinggi badan adalah salah satu penentu pencapaian kemampuan. Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur, dan diulang. Berat badan merupakan ukuran yang terpenting yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak pada semua kelompok umur karena berat badan merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak saat pemeriksaan (akut). Alasannya adalah berat badan sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja

17

seperti sakit dan pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran obyektif dan dapat diulangi dengan timbangan apa saja, relatif murah dan mudah, serta tidak memerlukan waktu lama. Penggunaan antropometri khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik, berikut ukuran antropometri:

1. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan keturunan (Supariasa, 2001). Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang di konsumsi. Maka BB merupakan ukuran antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo, dkk, 1989). Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.

18 2. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan cepat. Di samping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, factor umur bisa dikesampingkan. Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan rangka. Dalam penelitian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan berat badan (Supariasa, 2001).

3.

Panjang Tungkai

Panjang tungkai sebagai salah satu anggota gerak bawah memiliki peran penting dalam unjuk kerja olahraga. Sebagai anggota gerak bawah, panjang tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta penentu gerakan baik dalam berjalan, berlari, melompat maupun menendang. Panjang tungkai adalah jarak vertikal antara telapak kaki sampai dengan pangkal paha yang diukur dengan cara berdiri tegak. Panjang tungkai

19

sebagai bagian dari postur tubuh memiliki hubungan yang sangat erat dalam kaitannya sebagai pengungkit disaat melompat.

Panjang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2012) adalah:1) tidak pendek, lanjut; 2) selama, seluruh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2012) tungkai adalah kaki (seluruh kaki dari pangkal paha ke bawah). Menurut Amari dalam Heri Purwanto (2006: 163) panjang tungkai adalah ukuran panjang tungkai seseorang mulai dari alas kaki sampai dengan

trocantor mayor, kira-kira pada bagian tulang yang terlebar disebelah luar

paha dan bila paha digerakan trocantor mayor dapat diraba dibagian atas dari tulang paha yang bergerak. Menurut Hidayat (1999: 255) panjang tungkai melibatkan tulang-tulang dan otot-otot pembentuk tungkai baik tungkai bawah dan tungkai atas.

Pengukuran panjang tungkai menurut Hasan dalam Hidayat (1999: 256) pengukuran panjang tungkai dapat dilakukan dengan cara: “setelah testee berdiri tegak, diukur tinggi badan, tinggi duduk, maka panjang tungkai tidak perlu diukur melainkan hanya mengurangi tinggi badan dengan tinggi duduk.” Seorang olah ragawan yang memiliki proporsi badan tinggi biasanya diikuti dengan ukuran tungkai yang panjang, meskipun hal itu tidak demikian, ukuran tungkai yang panjang tidak selalu memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya hal ini dikarenakan kelincahan masih dibutuhkan.

Komponen pendukung lainya yang diperlukan untuk membantu dalam mencapai jangkauan langkah yang panjang. Komponen yang dibutuhkan

20

membantu jangkauan langkah yang panjang diantaranya adalah kemampuan biomotor, teknik, koordinasi, serta proporsi fisik yang bagus didalamnya. Sehingga semakin panjang tungkai akan dapat diikuti dengan jangkauan langkah yang semakin panjang sehingga waktu yang diperlukan 11 untuk menempuh suatu jarak tertentu lari akan semakin pendek, dengan kata lain waktu tempuhnya menjadi lebih cepat dan energi yang dikeluarkan akan semakin sedikit. Dengan demikian panjang tungkai yang dimaksud peneliti adalah jarak antara pangkal paha sampai dengan pangkal kaki seseorang. Istilah ini selanjutnya akan digunakan dalam penulisan ini, mengingat istilah panjang tungkai sudah merupakan istilah umum yang dipakai dalam kegiatan olahraga.

b. Proporsi Tubuh

Manusia mengalami perubahan proporsi tubuh sejak bayi hingga dewasa. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan-perubahan pada organ dan sistem organ pada tiap tahap kehidupan individu. Perbedaan kecepatan tumbuh pada organ-organ tubuh mempengaruhi perbedaan proporsi tubuh pada tiap tahap kehidupan individu. Kepala tumbuh lebih cepat dibandingkan badan pada neonatus, oleh karena itu proporsi kepala lebih besar dibandingkan badan. 6 Pertumbuhan lingkar kepala akan melambat sebelum usia 2-3 tahun. Batang tubuh akan terus menerus bertumbuh dengan kecepatan yang lambat sampai pada usia pubertas. Hal ini menyebabkan proporsi kepala akan mengecil dibandingkan dengan badan. Pada remaja, tangan dan kaki akan

21

tumbuh dengan cepat. Hal ini berkaitan dengan maturasi osseus yang dipengaruhi oleh sistem endokrin.

3. Hakikat Footwork a. Pengertian Footwork

Menurut Herman Subardjah (2000: 27), footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa, sehingga mempermudah dalam melakukan gerakan memukul shuttlecock sesuai dengan posisinya. Sapta Kunta Purnama (2010: 26) berpendapat bahwa:

Prinsip dasar footwork dalam permainan bulutangkis adalah kaki yang sesuai dengan tangan tangan yang digunakan untuk memegang raket saat memukul selalu berakhir sesuai arah tangan tersebut. Misalnya tangan memukul ke arah depan net, maka langkah akhir kaki yang sesuai tangannya juga didepan. Demikian pula saat memukul bola di daerah belakang, maka langkah akhir kaki yang sesuai tangannya juga di belakang.

Bentuk-bentuk latihannya dapat berupa mengambil bola yang sudah diletakkan di tepi-tepi lapangan untuk dipindahkan ke tengah lapangan atau sebaliknya, atau bergerak meniru gerakan model (pasangan latihan), aba-aba pelatih, isyarat lampu, dan lain-lain. Menurut James Poole (2013: 49) secara spesifik dalam bulutangkis ada enam daerah kerja kaki yang dituju yaitu: 1) pergerakan ke kiri muka, 2) pergerakan ke kanan muka, 3) pergerakan ke samping kiri, 4) pergerakan ke samping kiri, 5) pergerakan ke kanan belakang, dan 6) pergerakan arah kiri belakang.

22

Prinsip dasar footwork dalam bulutangkis adalah kaki yang sesuai dengan tangan yang digunakan untuk memukul selalu berakhir sama sesuai arah tangan yang memukul. Tumpuan kaki untuk pemain yang menggunakan tangan kanan, kaki kanan selalu berada di depan sesuai arah tangan, apabila pemain menggunakan tangan kiri maka tumpuan kaki saat memukul ada pada kaki kiri. Adapun model-model latihan footwork diantaranya, langkah kaki

shadow bulutangkis, pukulan stroke, penguatan kaki, reaksi, akselerasi,

kelincahan, kecepatan, dan koordinasi gerak. Kualitas footwork yang baik ditentukan oleh irama, ketapatan langkah kaki, dan berpendoman pembiasaan latihan sesering mungkin dengan simulasi gerakan sesuai teknik dalam permainan bulutangkis.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa footwork dalam bulutangkis adalah gerakan-gerakan kaki untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa untuk menghadapi shuttlecock, sehingga dapat melakukan pukulan dengan baik dan selalu dalam keadaan seimbang. Tujuannya adalah agar pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala arah dari lapangan permainan dan berfungsi untuk menghasilkan pukulan berkualitas dan terarah, apabila footwork tersebut dilakukan dengan posisi baik.

b. Macam-Macam Pergerakan Footwork Bulutangkis

Menurut Poole (2013: 48) cara mengatur kaki (footwork) yang baik mutlak diperlukan oleh seorang pemain bulutangkis. Sehingga cara tersebut harus dapat dilakukan dengan berbagai teknik langkah. Ada enam sudut

23

daerah dasar lapangan bulutangkis dan satu posisi kembali yaitu posisi siap di tengah lapangan.

Berikut penjelasan teknik pergerakan latihan footwork dalam bulutangkis. 1) Pergerakan ke Kiri Depan

Pergerakan ke kiri depan bertujuan untuk melakukan pukulan/gerakan

backhand underhand, net drop, atau clear dapat dijelaskan sebagai berikut:

Keterangan:

a) Langkah pertama ialah langkah kecil ke kiri depan.

b) Langkah kedua ialah langkah panjang dengan kaki kanan. Ibu jari kaki kanan menunjuk ke sudut kiri dari jaring. Berat badan pemain berpindah ke kanan pada saat memukul.

c) Langkah berikutnya merupakan langkah kaki kiri, bisa panjang atau pendek, tergantung seberapa jauh jangkauan shuttlecock.

Gambar 1. Pergerakan Ke Kiri Depan James Poole (2013: 49)

24

d) Langkah terakhir harus selalu kaki kanan, berat badan berpindah ke kaki kanan. Kaki akan terlentang berjauhan, pinggul akan merendah pada saat merentangkan kaki, untuk menjaga keseimbangan.

e) Saat kembali ke tengah lapangan, tariklah kaki kanan kebelakang, dan mundurlah dengan melakukan langkah-langkah pendek, kemudian kembalilah ke posisi siap.

2) Pergerakan ke Kanan Depan

Pergerakan ke kanan depan adalah untuk melakukan pukulan/gerakan

forehand underhand, net drop, dan clear. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2. Pergerakan Ke Kanan Depan

James Poole (2013: 50) Keterangan:

a) Langkah pertama adalah langkah yang panjang ke arah kanan depan.

b) Kemudian langkah kedua dengan kaki kiri, merupakan langkah panjang. Berat badan berada pada kaki kanan sebagai tumpuan akhir saat memukul

25

c) Langkah berikutnya dapat berupa langkah-langah kecil mengeser, sesuaikan dengan datangnya shuttlecock.

d) Untuk kembali ke tengah lapangan, tariklah kaki kanan kebelakang, mundur dengan melakukan langkah pendek, kemudian kembalilah ke posisi siap 3) Pergerakan ke Samping Kiri

Pergerakan ke samping kiri untuk mengembalikan pukulan smash atau drive pada sisi backhand, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 3. Pergerakan Ke Samping Kiri James Poole (2013: 51)

Keterangan:

a) Kaki kiri melangkah mundur mempersiapkan langkah ke arah samping kiri. Berat badan berpindah ke kaki kiri , badan berputar sehingga bahu kanan mengarah ke jaring, sedangkan bahu kiri mengarah kebelakang.

b) Langkah selanjutnya melakukan langkah panjang ke arah kiri dengan kaki kanan sedemikian rupa menunjuk ke arah garis sisi kiri lapangan, dan tekuk kaki kanan, lakukanlah langkah pendek mengeser untuk jarak yang jauh.

26

c) Akhiri selalu dengan kaki kanan yang selalu berada di depan sebagai tumpuan akhir.

d) Untuk kembali ketengah lapangan tarik kaki kanan, sembari berputar ke arah jaring begitu juga dengan kaki kiri, lakukan langkah pendek menggeser untuk kembali ke posisi.

4) Pergerakan ke Samping Kanan

Pergerakan ke samping kanan untuk mengembalikan pukulan smash dan drive pada posisi forehand, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Keterangan:

a) Langkah pertama dilakukan dengan kaki kanan. Bahu sedikit berputar sehingga menunjuk ke arah tengah jaring dan bahu kanan mengarah ke sudut kanan belakang lapangan. Berat badan berada pada kaki kanan, tekuk lutut kaki kanan dengan ujung ibu jari mengarah ke samping kanan lapangan. b) Langkah kedua kaki kiri yang bergerak mengeser ke arah tumit kaki kanan.

Gambar 4. Pergerakan ke Samping Kanan James Poole (2013: 51)

27

c) Langkah terakhir selalu dengan kaki kanan, pada saat memukul kaki terentang terbuka sedemikian rupa.

d) Untuk kembali ke tengah lapangan tarik kaki kanan dan bergeraklah ke posisi tengah dengan melakukan langkah-langkah pendek menggeser.

5) Pergerakan ke Kanan Belakang

Pergerakan ke kanan belakang untuk melakukan pukulan forehand, overhead, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Keterangan:

a) Pertama putarlah kaki kiri ke arah kanan, melangkahlah dengan kaki kanan ke arah sudut kanan belakang lapangan. Bahu harus berputar sehingga bahu kanan menunjuk ke arah sudut kanan belakang lapangan.

b) Langkah kedua dengan menggeser kaki kiri ke dekat ibu jari kaki kanan. Berat

Dokumen terkait